"Kak, kapan ingin mengajariku sihir?" Tanyaku pada Luell yang sedang duduk mencatat sesuatu.
Hari ini aku istirahat sepuluh menit setelah berlatih Mana. Dua bulan terus-menerus melakukan itu lama-lama membuatku jengah. Aku seharusnya telah berada di tingkat yang lebih dari memadai untuk menggunakan sihir, tapi Luell tidak pernah mengajariku apapun tentang itu.
"Hm?" Gumam Luell tanpa menatapku. Dia menekan bawah bibirnya dengan tekukan jari telunjuk.
"Itu tidak mungkin," lanjutnya.
Dia membalik berkas yang Ia corat-coret sedari tadi. Aku tidak tahu Pemimpin Pasukan 0 akan berurusan dengan berkas, ku pikir hanya perlu menjalankan misi. Terima misi, selesaikan, pulang; ku pikir hanya begitu saja.
Aku masih menunggunya melanjutkan perkataannya.
"Kita masih belum mengetahui elemen apa yang ada pada dirimu. Aku tidak bisa membuatmu menggunakan sihir jika tidak tahu elemen apa yang kamu miliki. Setiap elemen memiliki sihirnya masing-masing, dan berbahaya jika kamu menggunakan sihir yang berbeda dengan elemen yang kamu miliki, apalagi jika sihir yang kamu gunakan memiliki elemen yang merupakan musuh dari elemenmu." Lagi-lagi Luell mengatakannya tanpa menatapku.
Aku bersandar pada sofa dan menghela nafas panjang kuat-kuat. Rasanya membosankan melakukan hal berulangkali dan hampir setiap hari, Luell pun hanya menjelaskan beberapa teori tentang Mana dan sihir, selain itu tidak ada.
Karena perkembanganku dinilai terlalu cepat, Luell pun mengurangi latihanku dan lebih memilih untuk membuatku membaca buku-buku tentang sihir. Memang lebih baik aku setidaknya memperlambat perkembanganku dengan sengaja.
Ilmu lebih penting dari apapun, katanya.
Aku tentu tahu itu, tapi tetap saja, aku bosan. Untuk menghadapi kebosanan, aku selalu meminta Luell untuk menunjukkan sihirnya, namun Ia tidak pernah menyetujuinya.
Terlalu berbahaya, katanya.
Luell sangat baik dalam mengajarkan Mana dan sihir, tapi dia tidak pernah mempraktekkannya di depanku. Hanya memberi teori, lalu menyuruhku melakukannya.
Pernah ku tanyai sekali, dan jawabannya adalah diam seribu bahasa.
Meskipun begitu aku tetap mendapatkan jawaban, walau dari orang lain. Aku terlalu penasaran untuk diam saja dan menerima jawaban diam Luell. Lalu orang yang memberi jawaban itu tak lain dan tak bukan adalah Zagreus. Aku pernah bertanya sekali waktu itu, dan dia menjawab,
"Itu karena Kakak memiliki keahlian yang sangat buruk dalam Mana dan sihir, dia memang mahir dalam bidang itu, meskipun secara teorinya. Kak Luell mampu mengumpulkan Mana sebesar gunung sekalipun, namun dia tidak pernah bisa mengendalikannya. Keahlian Kak Luell dalam mengendalikan Mana sangat buruk, maka dari itu dia tidak pernah menunjukkan sihirnya padamu. Berbahaya."
Zagreus pun pernah bercerita soal gunung-gunung selatan di wilayah Kaltain yang luluh lantak akibat sihir Luell. Dataran tinggi penuh pegunungan itu hancur lebur dan menjadi rata dengan tanah. Secara mengerikan kehancuran itu disebabkan oleh satu sihir Luell.
Yang bisa ku lakukan saat mendengar kisah itu hanyalah merasa ngeri dan kagum. Hanya dengan satu sihir Luell mampu meluluhlantakkan gunung-gunung selatan. Kekuatan dari anak sulung sekaligus Pemimpin Pasukan 0 selalu yang paling kuat. Aku beruntung Luell telah melepas hak suksesinya, jika tidak dia akan menjadi musuh yang merepotkan.
Luell meletakkan berkasnya, dan akhirnya menatapku.
"Tenang saja. Dalam waktu dekat akan ku ajari," ucapnya.
Aku menggerutu, "waktu dekat itu kapan?"
"Sekitar minggu depan. Setelah kamu menjalani pengecekan yang dilaksanakan setiap lima tahun." Luell menjawab sambil mengambil berkas lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTER
FantasyLibitina Kaltain, karakter fiksi figuran yang berada di novel jadul bertajuk 'Survive In Kaltain' yang kubaca secara kebetulan di perpustakaan umum kota karena memiliki sampul buku yang unik. Libitina adalah putri bungsu dari Kaltain yang terkenal s...