Beberapa hari berlalu dengan damai tanpa gangguan. Misi minggu ini terselesaikan dengan lebih cepat, bayaran kuterima tanpa masalah, dan Merikh tidak memanggilku untuk melapor. Entahlah apa alasannya.
Beberapa waktu lalu diriku benar-benar menjadi gila karena kelelahan. Membuat Haemal berlutut? Sialan! Aku benar-benar telah gila. Aku tahu betul kalau kewarasanku terbang entah ke mana beberapa kali di masa lalu, tapi aku tidak menyangka kewarasan itu terbang jauh waktu itu.
Untungnya, Haemal tidak merespon lebih kejadian itu, pun dia menjadi lebih aktif dan peka terhadap segala kebutuhanku tanpa kusuruh. Kemajuan bagus yang kuinginkan, walau caranya membuatku sungguh malu di kemudian hari.
Berjanjilah tidak akan melakukannya lagi di kemudian hari, Dea.
Tanith beberapa kali memandang aneh Haemal yang berubah sedemikian rupa, dan entah kenapa ia perlahan mengikuti Haemal dengan perlahan. Inilah yang dikatakan perubahan lingkungan juga perubahanmu.
Diingat-ingat aku urung memberitahu Merikh tentang Roux, pun semenjak hari itu diriku tidak memanggil makhluk kuno itu keluar. Saat ini aku kebingungan akan menggunakannya seperti apa. Karena urung memberitahu Merikh, diriku tidak bisa memberitahu orang lain juga.
Yah, urus saja nanti.
"Kak Luell," panggilku.
"Hm?"
Luell sedari tadi hanya memerhatikan berkas yang ada di tangannya tanpa memedulikan diriku padahal saat ini adalah jam kelas Sihir dan Aura. Tentu membuatku kesal, aku berakhir hanya berbaring di sofa menatap langit-langit ruangan yang berdebu sembari melamun. Buang-buang waktu.
"Tidak akan mengajariku?" Tanyaku sambil mendongak ke arahnya.
"Apa lagi yang bisa diajarkan?"
"Lalu Kakak akan melalaikan tugas sebagai guru? Kakak juga belum mengajariku aura pedang."
Kulihat kening Luell yang mengkerut. "Kamu tidak perlu hal semacam itu, 'kan? Sihirmu saja telah menakutkan, jika ditambah dengan aura, kamu bisa menjadi raja iblis," candanya dengan wajah bak triplek kayu. Datar.
Aku mengedikkan bahu dan menyeringai. "Lumayan juga?"
Luell melirikku sejenak dengan senyuman tipis. "Hentikan. Kalau kamu sebegitu senggangnya, carilah sesuatu semacam hobi."
Hobi, katanya. Diriku yang bahkan tidak pernah memiliki waktu luang di kehidupan lama? Yang benar saja. Memiliki waktu untuk tidur dengan tenang saja diriku bernapas lega. Waktu luang adalah anugerah bagi anak terkekang seperti diriku, dan ajaibnya diriku memiliki banyak waktu luang di sini. Meski begitu, diriku tidak memiliki ide atau gambaran sama sekali soal hobi yang kuminati.
"Kak Zagreus ke mana?" Tanyaku memilih mengalihkan pembicaraan.
"Peduli sekali kalian dengan satu sama lain," cibirnya.
Aku mengernyit tidak suka. "Bisa tidak jangan bersikap seperti orang aneh itu?"
Bunyi kekehan keluar dari Luell yang membalik selembar berkas. "Jika dia tahu kamu menyebutnya orang aneh, kuyakin dia akan mengamuk."
Aku mendengus mendengarnya. Zagreus selalu berhubungan dengan kata aneh, semua yang menempel padanya aneh. Meskipun dia bersikap jauh berbeda dengan kesan Kaltain, dia tidak begitu mencolok di antara ketujuh Kandidat. Sifatnya pun aneh, entah bagaimana dia dibesarkan hingga menjadi se-beda itu dengan keluarganya.
BRAK! "Aku datang!" Panjang umur, orang aneh yang dibicarakan datang tak lama kemudian.
Wajah penuh keringat dan ekspresi yang muak dengan sesuatu, datang dengan pakaian latihannya yang selalu ia kenakan saat mengajariku. Zagreus sang Buaya darat Kaltain telah datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTER
FantasyLibitina Kaltain, karakter fiksi figuran yang berada di novel jadul bertajuk 'Survive In Kaltain' yang kubaca secara kebetulan di perpustakaan umum kota karena memiliki sampul buku yang unik. Libitina adalah putri bungsu dari Kaltain yang terkenal s...