Di pagi hari saat mentari menyapa lembut di ujung cakrawala dan sepoi-sepoi angin melambai bersama rumput yang berdansa di bawah sana, waktu yang pas untuk pesta minum teh di rumah kaca. Hari Sabtu di saat semua jadwal dan agenda dikosongkan, hari libur yang menenangkan hingga esok hari.
Di sinilah diriku, di rumah kaca yang pernah kukunjungi bersama Zagreus. Walaupun diriku memiliki pengalaman tidak menyenangkan mengenai hari itu, hari itulah diriku memulai segalanya.
Terduduk anggun di kursi cantik dan ditemani oleh camilan dan seduhan teh Haemal. Dengan suasana hati berbahagia karena damainya pagi, diriku bersantai ria di sini.
"Haemal-"
"Ya, Nona." Sahutan Haemal yang cepat membuatku menelan ludah.
Aku benar-benar belum terbiasa dengan sikap baru Haemal yang seperti sungguh akan mati jika kusuruh. Kejadian beberapa waktu lalu membuatku mengintrospeksi diri untuk tidak membiarkan kewarasanku melayang begitu saja. Ikat dengan benar kewarasanmu sebelum dirimu mati konyol dengan memalukan.
"Temukan toko penutup makanan bernama 'Barney's' di ibu kota Kekaisaran. Buat janji temu dengan pemiliknya. Segera." Diriku memerintah tanpa melirik Haemal yang berada di belakangku setiap saat.
"Baik, Nona." Haemal membungkukkan tubuhnya sedikit.
"Jangan sebut namaku dan tempat asalku. Gunakan nama samaran 'Dea'," tambahku.
Haemal tidak menjawab dengan cepat, nampaknya dia merasa bingung dengan keputusanku.
"Mengapa, Nona? Bukankah akan lebih baik jika Anda menggunakan nama asli Anda, atau mungkin menyebutkan bahwa Anda berasal dari Keluarga termasyhur, Kaltain?" Benar dugaanku. Haemal kebingungan.
"Karena hanya menyusahkan, lagipula nama samaran itu hanya sementara, aku akan membongkar semuanya jika sudah waktunya." Diriku menyesap teh buatan Haemal sebelum melanjutkan.
Dentingan alas cangkir teh dengan meja menjadi aba-aba melanjutkan perkataanku.
"Jika menggunakan namaku langsung, Yang mulia pasti mengawasiku dan Kandidat lain akan mengecam diriku atau berusaha menghancurkannya. Jika hanya menggunakan nama Kaltain, itu sama saja diriku berinvestasi atas nama Kaltain, bukan diriku; serta investasi itu bisa saja diklaim oleh Kandidat lain yang memiliki reputasi lebih dulu dariku. Lebih baik menggunakan nama samaran, selain diriku bisa menghindari pengawasan dari Pemimpin keluarga, diriku bisa menyebarkan pengaruhku di Kekaisaran perlahan dan tanpa dicurigai," pungkasku.
Aku melirik Haemal yang berada di sampingku. Wajahnya tidak se-mengantuk seperti dulu, sedikit lebih segar, dia menatapku dengan diam.
"Menurutmu apa yang akan dilakukan pihak Kekaisaran jika seorang Kaltain masuk ke dunia bisnis mereka?" Tanyaku padanya sambil memasang senyuman tipis.
Senyumku kian berubah menjadi seringai melihat ekspresi Haemal yang seakan telah menyadari sesuatu.
Merasa cukup dengan responnya, diriku menyesap kembali teh buatannya.
Toko makanan penutup yang akan terkenal lima tahun lagi, Barney's. Toko makanan penutup yang ditemukan oleh Erletta di masa depan.
Jahat rasanya jika diriku merebut kunci kekayaan dari Pemeran utama novel ini, tapi aku lebih membutuhkan uang dari dirinya yang merupakan seorang nona Bangsawan. Lagipula toko itu belum di-'ambil' olehnya, jadi sah-sah saja diriku mengambilnya terlebih dahulu. Yah, itu hanyalah alasan belaka. Aku juga bukanlah orang baik yang memikirkan nasib tokoh utama yang jelas akan berakhir baik.
Hidupku terancam bernasib naas beberapa tahun lagi.
Aku tidak berniat membeli toko itu, hanya berinvestasi. Mengurus toko bukanlah keahlianku---lebih tepatnya tidak memiliki pengalaman---dan aku tidak ingin menggunakan waktuku untuk mengurusnya, jadi aku hanya akan berinvestasi. Memberi uang modal dan beberapa saran, lalu menunggu uang mengalir dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEMONIC YOUNGEST DAUGHTER
FantasyLibitina Kaltain, karakter fiksi figuran yang berada di novel jadul bertajuk 'Survive In Kaltain' yang kubaca secara kebetulan di perpustakaan umum kota karena memiliki sampul buku yang unik. Libitina adalah putri bungsu dari Kaltain yang terkenal s...