18. Tolong Bantu Aku

84 42 159
                                    

"Bagaimana keadaan Kakakmu, Kak Nila?" tanya Gisele dengan suara pelan.

Nila nampak menghela napas panjang. "Sudah jauh lebih membaik."

"Maaf, aku tidak bisa menjenguknya," sesal Gisele.

"Tak apa, lagipula di rumah sakit terlalu ramai. Ada beberapa teman Kakakku yang datang menjenguk," ucap Nila.

"Oh, ya? Benarkah? Wah, apa mereka tampan?" tanyanya sangat antusias.

"Ingatlah perbedaan umur kalian! Sudahlah, aku sedang sedih, kau sama sekali tidak menghiburku."

Gisele hanya bisa tersenyum tanpa dosa. "Aku harap, kamu yang tabah ya. Kamu anak kuat, yang pernah aku kenal, Nila."

Nila tersenyum kikuk, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Terima kasih, karena sudah menjadi temanku, Gisele."

"Tak masalah, Nila. Maka dari itu, jika kamu membutuhkan sesuatu, bicaralah padaku."

"Aku membutuhkan uang, nih," ucap Nila dengan asal.

"Jika kamu meminta itu, aku tidak akan memberikannya. Karena aku juga masih menjadi beban di kekuargaku," jawab Gisele.

"Ah, berteman denganmu, sungguh membuat bebanku berkurang."

"Kapanpun kamu membutuhkanku, jangan pernah sungkan, oke?" pinta Gisele.

Ah, indahnya pertemanan. Begitupula dengan Nila dan Gisele, mereka akhirnya memutuskan untuk mulai menjalin komunikasi lebih intens.

_____

"Nala, apa yang kau rasakan?" tanya Aaron, yang baru saja tiba di ruang rawat.

Nala menoleh, ia lalu tersenyum. "Aku? Tidak merasakan apapun."

"Nih," lelaki itu menyodorkan beberapa keranjang buah-buahan beserta kudapan manis lainnya, membuat Nala mengernyit bingung.

"Apa ini?" tanyanya.

"Ini makanan," jawabnya dengan polos.

"Aku tau, tapi tumben sekali?" beonya.

"Ini pemberian dari teman sekelas kita, mereka titip salam untukmu, dan mendoakanmu agar bisa kembali bersekolah."

Mendengar kata 'sekolah', kembali mengingatkan dirinya kepada hal-hal menyakitkan. Dadanya sesak, air matanya luruh begitu saja. Sungguh, ia menjadi anak yang lemah.

"Tenanglah, Kathrine sudah tidak bersekolah di sana. Aku sudah mengeluarkannya," ucap Aaron, ia mengerti akan rasa cemas yang sedang dirasakan oleh gadis yang selama ini membuat hatinya berdebar. "Oh bukan, maksudnya kedua orang tuaku yang mengeluarkannya, aku hanya memberikan sedikit cerita yang tentunya aku lebih-lebihkan, agar citra Kathrine menjadi lebih jahat."

"Benarkah?" tanya Nala.

"Mm, enak saja mengganggu calon pacar seorang Aaron. Rasakan pembalasanku!" desis Aaron, ia tak sadar jika menyebut Nala dengan embel-embel calon pacar.

"Calon pacar?" beo Nala.

Mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh Nala, membuat Aaron salah tingkah.

"Calon pacar? Siapa calon pacarmu?" tanya Aaron.

"Eh? Aku tidak memiliki calon pacar," jawab Nala. "Tadi kau yang berbicara seperti itu."

"Benarkah? Kapan? Kenapa aku tidak menyadarinya? Apakah aku sedang berhalusinasi?" tanyanya pada diri sendiri.

Nala menghela napas lelah. "Sejak kapan kau menjadi menyebalkan seperti ini?"

The Sibling's [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang