25. Pernyataan

108 37 205
                                    

Usai membersihkan diri, Aaron lantas mengeringkan rambutnya. Lelaki itu mematut dirinya di depan cermin, baru menyadari betapa tampannya dia.

Wah! Sayang banget ganteng begini, nggak punya pacar. Aaron mulai membatin, lalu mengacak rambutnya.

"Aaron!"

Panggilan nyaring itu, membuat sang pemilik nama dengan segera menyembulkan kepalanya pada daun pintu yang telah dibuka.

"Ya, Mom ..."

"Ayo makan!"

"Sebentar, Aaron baru beres mandi. Nggak lama lagi, kok."

Setelah mengucapkan itu, Aaron dengan segera berlalu dan mulai mengeringkan rambutnya dengan asal. Hari ini dirinya hanya mengenakan kaos hitam, dan celana training, terkesan santai.

"Wah, masak apa pagi ini?" tanyanya, ia begitu antusias ketika menjejakan kakinya pada ruang makan.

Sang ibu hanya tersenyum. "Duduklah."

"Gisele, mana?" tanya Aaron, begitu menyadari bahwa adiknya tidak bersamanya.

"Apa kamu lupa? Ini hari minggu, sudah dipastikan bahwa dia sedang joging bersama Nila," jawab sang ibu.

"Nila kesini?" tanyanya dengan penasaran.

"Iya, dia bareng Kakaknya."

"Yang laki-laki, atau yang perempuan?"

"Mengapa kamu sangat tertarik dengan pembahasan ini?"

Aaron tersenyum kikuk. "Mom, y-ya seperti nggak pernah muda aja."

Sang ibu lantas tersenyum penuh arti. "Dia wanita yang waktu itu kamu tolong? Korban perundungan di sekolah?"

"Iya, betul. Gimana, Mom?" tanya Aaron.

"Apanya?"

"Cocok, nggak?" tanyanya, ia menaik-turunkan kedua alisnya.

"Kamu sudah menyatakan perasaanmu?" tanya sang ibu, ia penasaran. Karena jujur saja, ini pertama kalinya Aaron menceritakan gadis yang sangat dia sukai.

"Sudah," jawabnya.

"Lalu, mengapa kamu terlihat murung?" tanyanya.

"Dia tidak membaca pesanku," jawabnya lagi.

Mendengar jawaban itu, membuat sang ibu tertawa terbahak-bahak. Ia bahkan tersendak makanannya sendiri, membuat Aaron kesusahan untuk mengeluarkan makanan itu.

"Mommy! Jangan menggodaku!" teriak Aaron. Lelaki itu, akan menjadi sangat manja, jika sedang bersama keluarganya.

"Tidak, maksudnya begini, sayang ... Mommy tidak menyangka, bahwa anak setampan Mommy, akan digantungkan perasaannya."

"Ya, kan? Maksudnya, jika dia memang tidak menyukaiku, maka jawablah pesanku. Jangan menggantungnya seperti ini, dia pikir bahwa pesanku adalah jemuran."

"Sudahlah, mengapa kamu tidak menyatakannya secara langsung?"

"Bagaimana caranya?" Aaron mulai kebingungan dibuatnya.

"Biasanya perempuan sangat menyukai jika ada seorang laki-laki membawakannya boneka, atau cokelat, oh lupakan bunga mawar, itu terlalu klasik."

Aaron mendengarkan setiap nasihat yang diberikan oleh sang ibu, tanpa melewatkannya sedikitpun. Ia tersenyum senang, begitu mendapatkan cara terbaik daripada yang diusulkan oleh Bagaskara.

"Terima kasih, Mom."

_____

Entah apa hal yang membuat Aaron akhir-akhir ini berhenti bersikap menyebalkan, sikap-sikap kecilnya membuat Nala bergidik ngeri. Ia menatap lelaki di hadapannya dengan tatapan menelisik. Sudah satu jam, ia duduk di cafe tempatnya bekerja, tapi lelaki itu tak kunjung memesan. Tatapannya hanya mengarah padanya saja, sesekali tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Sibling's [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang