Kaleng soda ditumpahkan, hingga seluruh isinya terjun bebas di atas puncak rambut gadis sebahu itu. Kepalanya basah kuyup, merembes ke seluruh tubuh yang terbalut seragam kebanggaannya. Hingga lantai yang dipijaknya tergenang air soda.
Pemandangan itu, menimbulkan gelak tawa warga sekolah di kantin, siang ini. Mereka tertawa lepas, tak peduli seberapa mengenaskannya kondisi gadis yang menjadi objek tawanya.
"Nala, kau masih belum sadar juga? Ini bukan tempatmu berpijak!"
"Mandi kok di kantin? Ceritanya mau pamer?!"
"Kathrine nggak gangguin dia, masih ada beberapa anak yang masih gangguin. Lumayan buat hiburan."
Tangan Nala mengepal, telinganya berdengung mendengar semua cemoohan yang keluar dari teman-temannya. Rambut serta seragamnya, basah oleh soda. Pemuda yang baru saja menyiramnya, terlihat tengah tertawa sangat puas.
"Mendadak kau menjadi tuna rungu?" tanyanya.
"Pfft, bodoh! Dia tidak sadar akan kasta di sini!"
"Udah dong, Ben. Anak orang, nanti dia nangis!"
Bendi, pelaku yang telah berani mengguyur Nala, hanya menatapnya dengan seringaian licik yang terpatri pada wajahnya. Dia tersenyum puas, menyaksikan gadis yang selama ini selalu menjadi objek bully di sekolahnya ini.
Nala hanya bisa menunduk pasrah. Seluruh tubuhnya menjadi lengket, tapi sedetik kemudian, Bendi sudah terbujur di bawahnya. Seseorang memukulnya dengan membabi buta.
Dia melihat, jika Aaron tengah memukulnya dengan semangat. Dadanya bergemuruh hebat, napasnya tersegal-segal, wajah hingga telinganya memerah akibat menahan amarah. Hal itu, membuat beberapa anak menjadi diam di tempat.
"Ayo, aku antar ke toilet." Jae tiba, lalu menyampirkan jaket yang ia kenakan pada Nala.
"T-tapi, A-aron?" beonya.
"Biarkan, dia memang seperti itu."
Nala hanya mengangguk, selebihnya ia menurut saja.
"Kau, tunggu di dalam sini. Biar aku belikan seragam baru," ucap Jae, lalu dengan segera berlari, meninggalkan Nala sendirian. Jujur ia ketakutan setengah mati, takut jika beberapa anak lainnya akan mengganggu lagi.
Jika boleh jujur, lebih baik ia bertemu hantu, daripada harus mendapat penindasan seperti ini. Sudah hampir 3 tahun lamanya, ia merasakan hal yang sama. Seluruh siswa-siswi di sekolah ini, benar-benar seperti iblis baginya. Tak ada yang mau memandang, menyelamatkan, melindungi dan lain sebagainya. Mereka menutup mata, dan rela menyaksikan penindasan berulang itu, setiap harinya.
Beruntung sekali, ia bisa bertemu dengan Aaron. Bertemu dengan seluruh teman lelaki itu, setidaknya Nala bisa bernapas sedikit lega, karena teman-temannya melindunginya.
"Nih, ganti!"
Seruan itu, membuat lamunannya buyar. Jae sudah berada di sampingnya. Menyerahkan seragam, yang langsung diterima oleh Nala.
"Bagaimana keadaanmu? Sudah mulai tenang?" tanya Jae, begitu melihat Nala baru keluar dari bilik toilet.
Gadis itu hanya mengangguk. "Makasih, ya."
"Lain kali, kau bisa minta kita temenin. Jangan hadapi sendiri, justru orang-orang makin bahagia, ketika kamu hanya bisa menunduk saja."
"Aku tau."
"Kenapa tidak melawannya? Setidaknya tunjukan, bahwa kau tidak ingin terus-terusan ditindas."
Senyap, pertanyaan Jae menjadi penutup topik. Dia kemudia membawa Nala menuju rooftop sekolah, duduk bersandingan pada pinggiran atap. Kedua kaki mereka terjuntai ke bawah, pandangan lurus mengamati cakrawala.
![](https://img.wattpad.com/cover/344132113-288-k356303.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sibling's [SUDAH TERBIT]
Romansa⚠️CERITA LENGKAPNYA, HANYA TERSEDIA VERSI NOVEL, YA.⚠️ ⚠️Sudah tersedia di Shopee dan Tokopedia, ya guys.⚠️ Ini kisah Angkasa Sibling's, yang berusaha untuk menata kembali kehidupannya yang hancur karena ditinggalkan oleh kedua orang tua mereka seja...