Stress Eating

1 0 0
                                    

Kita lanjut bahas ttg *Stress Eating* yg link nya sdh kita share.

Bahwa awalnya stress itu membuat gak nafsu makan saat akut. Masalahnya di modern society, dengan pola.makan yg berlebih di karbohidrat ditambah pola tidur jelek dan aktifitas mager yg kronis, akan menyebabkan *stress juga berjalan kronis.*

Ujung2nya saat pagi dimana kortisol sdg tinggi, bukannya gak nafsu makan tapi malah menjadi waktu paling lapar dalam sehari.... Sehingga entah itu bubur ayam, lontong bersantan, gorengan tepung berminyak atau kopi manis bergula menjadi wajib diasup saat pagi. Kalau enggak malah makin stress dan lemes....

Desain awal metabolisme manusia dari sejak jaman purba dengan irama sirkadiannya ini tdk berubah meskipun masuk ke jaman modern.

Dimana dulu saat masih era berburu, kortisol pagi yg tinggi itu secara fisiologis disiapkan tubuh utk menghadapi stress saat mencari makan. Karena masyarakat jaman awal itu gak ada yg namanya nyimpen makanan, shg tiap hari wajib nyari makan. Dan di awal hari dlm kondisi lapar tsb dituntut utk menghadapi tantangan besar yg perlu energi besar.

Jasi kortisol tinggi itu fungsinya menyiapkan energi tambahan buat berburu pagi sampai siang.

Saat kortisol tinggi, didukung energi keton saat starvation (lapar), panca indera jadi lbh tajam dan lbh lincah.

Setelah dapat makanan di siang hari, sorenya baru makan. Di sini ada sistem di tubuh yg aktif, yakni *sistem reward*. Bahwa hasil kerja kerasnya membuahkan hasil. Sistem reward sore ini akan memudahkan istirahat malamnya utk pemulihan segala stressor dan injury yg diterima  siang harinya.

Di dunia modern, *sistem reward ini aktif sejak pagi saat orang menuruti rasa lapar paginya*. Namanya reward, ya bikin seneng. Apalagi cara pemenuhannya mudah, maka sistem reward ini akan nyala lagi dan dipenuhi lagi. Demikian berulang di setiap jamnya. Akibat buruknya adalah, tubuh akan selalu meminta terus dipenuhi dan menuntut juga yg lebih nikmat dari sblmnya.....

Dengan segala kemudahan menjangkau makanan, terlebih karbohidrat, dimana gak perlu lagi berburu dan nahan lapar, gak terasa badan sudah menumpuk ekses kelebihan energi yg gak kepakai => Hiperinsulinemia => obesitas.

Dimulailah segala macam gangguan metabolik.

Kanker, penyakit jantung, stroke, diabetes dll adalah ekses dari habit yg kita bahas di atas.

Ttg sistem reward ini, coba ingat lagi ttg hadits bahwa *kebahagiaan org puasa itu ada 2, yakni saat berbuka dan saat bertemu Allah*

Kebahagiaan saat berbuka puasa inilah reward (penghargaan) cash saat si dunia. Gak bakalan menikmatinya kalau waktu menit demi menitnya selalu makan dan makan sbg modern society sekarang.

Maka menikmati makanan itu bisa dari 2 sisi, secara subyektif dan obyektif.

Scr subyektif: orangnya dilaparkan dahulu, sehingga saat makan lauk apapun akan nikmat. Maka suka ada yg bilang *lauk terlezat itu lapar*.

Secara obyektif: makanannya dibikin enak. Ini cara modern society, karena nafsu selalu dipenuhi dgn makan dan makan dan selalu Hiperpalatable (enak dgn kombinasi karbo dan lemak), maka dituntut menu2 yg juga meningkat level kenikmatannya.

Maka utk melawan penyakit efek dari modern society, langkah pertama ya perbaiki Lifestyle nya. Lalu gunakan bahan alami yg tepat utk membantu mempercepat koreksi kerusakannya.

Kalau cuma mengandalkan obat saja tanpa mengubah Lifestyle hanya akan menutupi gejala saja, tapi penyakitnya nggak nyingkir

KONSULTASI PENYAKITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang