Talk

26 17 0
                                    

Kabar Alana masuk rumah sakit langsung tersebar luas.
Karena Alana dilarikan ke rumah sakit terdekat bukan ke rumah sakit milik William.

Keadaan Alana tidak memungkinkan untuk berada dalam perjalanan jauh meskipun hanya 20 menit, alhasil William membawa Alana ke rumah sakit milik teman lamanya yang kebetulan berada dekat dengan rumahnya.

Keadaan rumah sakit yang semula aman dan damai karena sang pemilik rumah sakit sedang berkunjung, berubah menjadi ricuh ketika William masuk bersama beberapa perawat dan Alana yang berada di gendongannya.

Darah yang mengalir dari hidung Alana tidak berhenti sejak tadi, membuat kemeja William yang berwarna putih tulang berubah menjadi merah.

Galang yaitu pemilik rumah sakit tersebut yang sedang berbicara dengan seorang dokter langsung mengalihkan pandanganya pada koridor rumah sakit.

Saat melihat seseorang yang dikenalnya sedang berlari dengan menggendong seseorang, Galang langsung saja berlari mengikutinya.

Karena keadaan yang cukup ramai, William kesusahan melewati koridor rumah sakit, tidak mungkin dia langsung menerobos, disana terdapat para lansia.

Akhirnya William berteriak dan para perawat yang bersamanya juga membantu membukakan jalan.

"TOLONG MINGGIR SEBENTAR! TOLONG!" Teriakan William berhasil membuat para manusia yang ada di sana membukakan jalan.

Saat sedang ingin kembali berlari, sebuah tepukan di bahunya membuatnya menoleh.

"Bawa dia ke ruang VVIP, aku yang akan menanganinya, ikut aku William" Galang berjalan lebih dulu agar William bisa mengikutinya di belakang.

Tidak sampai 10 menit, Galang dan William sampai di ruang VVIP.
Galang menyuruh William untuk merebahkan tubuh Alana di atas brankar, para perawat yang tadi bersama William juga ikut membantu.

"Keluarlah William, agar aku bisa fokus" ujar Galang sambil menerima sarung tangan dari perawat.

"Aku percaya padamu" setelah mengatakan itu, William keluar dengan langkah lesu.

William duduk di salah satu tempat duduk yang ada di depan ruangan Alana.
Tempat ini sepi, karena hanya ada sekita 20 ruangan yang terisi.

Saat sedang duduk, William teringat wajah Alana yang terduduk di atas tempat tidur dengan darah yang mengucur dari hidung dan mulutnya.

"Putri kecilku..." William menutup wajahnya guna meredupkan suara tangisannya yang terdengar sangat memilukan.

Saat sedang menangis, William mendengar suara derap langkah kaki yang terdengar seperti sedang berlari.

Ia segera menghapus air matanya dan menoleh ke arah jalan masuk ruang VVIP.

Alangkah terkejutnya ia ketika melihat ayahnya, istrinya, adik laki-lakinya, tengah berlari ke arahnya.

Brian yang pertama kali sampai di depannya langsung saja menanyainya banyak pertanyaan.

"Dimana cucuku? Apa yang terjadi padanya? Aku mendapat telpon dari rekan kerjaku yang ada di sini bahwa Alana dilarikan ke sini karena hidung dan mulutnya mengeluarkan darah, benarkah itu William? Ada apa dengan cucuku? Jangan menangis!" Brian yang melihat putranya menangis langsung saja memeluknya, dia tau betapa besarnya rasa takut yang dirasakan oleh William ketika melihat Alana terluka.

Karena William tak kunjung berhenti menangis, akhirnya Brian bertanya kepada Eliana yang memang sudah berada di sampingnya.

"Apa kamu tau kenapa Alana bisa masuk rumah sakit Eli? Tolong jelaskan padaku " ucap Brian sambil menatap Eliana.

Eliana yang ditanya seperti itu hanya menggeleng "aku tidak tau ayah, aku tidak di rumah saat itu, aku berada di butik" Eliana menunduk.

"Alana sakit ayah, aku mendengar dia berteriak hikss.. aku melihatnya memegang kepalanya, aku melihatnya menampung darah yang keluar dari mulutnya, aku melihat darah mengalir dari hidungnya, aku melihatnya hiks" William mengepalkan tangannya.

Brian, Riko, dan Eliana terkejut mendengar ucapan William.

Eliana langsung menghampiri William "kenapa bisa terjadi? Apa yang terjadi?!" Eliana menatap William.

"Tenangkan dirimu kak, tunggu dokter keluar dan menjelaskan semuanya" Riko menenangkan Eliana agar tidak membuat keributan.

"Dia akan baik-baik saja, tenanglah, semua cucu-cucuku kuat dan tangguh"

William mengganguk dan melepaskan pelukannya "aku tahu itu".
.
.
.
.
.
Setelah 40 menit menunggu, akhirnya Galang keluar dengan tersenyum.

"Aku melihatmu menangis untuk pertama kalinya William, sangat cengeng hahaha" Galang memperagakan mimik wajah William saat menangis tadi.

"Diamlah! Kau menyebalkan, bagaimana putriku?" Tanya William.

"Dia kelelahan, bukan sekedar lelah namun sangat-sangat lelah, apakah akhir-akhir ini dia melakukan sesuatu secara berlebihan? Atau pola makannya tidak teratur?" Galang duduk di samping William dan melepaskan sarung tangannya.

"Dia belajar sampai larut malam, tidak makan dengan seharusnya selama dua hari, dan juga tidur hanya 4 jam sehari selama berturut-turut " suara seseorang mengalihkan pandangan mereka semua.

"Erick? maksudnya?" Brian berdiri.

"Nanti saja aku jelaskan, ayo masuk dan melihat princess kecil kita"  Erick menggandeng tangan kakeknya dan berjalan masuk ke dalam ruangan Alana.

"Hey! Aku belum menyuruhmu masuk, dasar bocah ingusan!" Galang mendengus dan hanya di balas uluran lidah dari Erick.

"Masuklah kalian, sebentar lagi dia sadar, masuk William! Dan aku harap kau tak menangis seperti anak kecil lagi di depannya " Galang menggambil ancang-ancang untuk lari.

William langsung saja melepas sepatunya dan mengangkatnya.

"Kaburrr" Galang berlari terbirit-birit menjauhi William.

"Ternyata dia semakin gila" ucap Riko menatap prihatin pada Galang.

"Ya, sama seperti dirimu" setelahnya William menarik tangan Eliana agar ikut masuk ke dalam ruangan Alana.

"Hey!tunggu aku" Riko mengejar mereka.

Sesampainya di dalam ruangan, Erick menyuruh mereka untuk duduk berdekatan.

"Aku bakalan ngomong sesuatu tapi kalian janji jangan terbawa emosi satu sama lain" Erick menatap mereka satu persatu.

Mereka semua mengangguk.
"Baiklah, sebenarnya aku tau kenapa Alana kaya gini.
Jadi begini, 8 hari yang lalu bunda daftarin Alana buat ikut les kedokteran, Alana ngikutin kemauan bunda.
Tapi, baru aja 5 hari Alana masuk les kedokteran, Alana udah di suruh ikut praktek, Alana yang baru paham tentang dunia kedokteran pun akhirnya belajar dengan giat sampai larut malam dan lupa makan.
Erick udah sering negur dia, tapi dia gamau dengerin.
Erick kasihan lihat dia bun, pulang sekolah langsung les sampai malam, malamnya dia belajar sampai menjelang subuh, bunda ga kasihan? Aku mohon banget sama bunda jangan paksa Alana bund, biarin dia milih jalannya sendiri, that's she's way, Erick mohon bund, tolong keluarin Alana dari dunia kedokteran" Erick memasang wajah memelas pada sang bunda.

"Eli..." Brian menggeram mendengar penjelasan Erick.

Sedangkan Eliana hanya menunduk"maaf".

William menatap kecewa istrinya itu, begitu juga dengan Riko.
Saat akan mengatakan sesuatu, suara leguhan mengalihkan perhatian mereka semua.

"Eunghh.."
William langsung berdiri dan berjalan menuju brankar Alana " ada apa sayang?  Alana haus? Mau minum? Masih sakit?" William bertanya dengan nada khawatir.

Alana yang baru membuka matanya langsung menitikkan air matanya.
"Mau ayah.." ucapnya lemah.

William langsung memeluk Alana. "ayah disini sayang" William mengusap kepala Alana.






MY WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang