piknik

22 15 0
                                    

Rasya mengguncang bahu Erland agar bangun, dia ingin mengajak anak itu untuk ikut piknik dengannya dan juga teman-temannya.

"Erland, bangun lu, mau ikut gua kagak?" Tanya Rasya sambil tetap mengguncang bahu Erland.

Deg

Tiba-tiba saja mata Erland terbuka lebar, seperti orang yang sebelumnya tidak tidur.

Plak

"Sakit ras..." Rengek Erland dengan suara khas bangun tidur, sambil sesekali mengelus kepalanya yang di pukul oleh Rasya.

"YA LU NGAPAIN BUKA MATA TIBA-TIBA GITU?!" Kesal Rasya, gara-gara tu anak jantungnya hampir copot.

"Namanya juga bangun" jawab Erland polos sambil mendudukkan dirinya.

Muka Rasya langsung memerah melihat kepolosan anak satu ini, sangking polosnya, rasanya Rasya ingin menggantungnya di pohon toge.

"Serah! Sono mandi lu, jam 8 kita berangkat ke rumah Alana, perlengkapan lu biar gua yang beresin" kata Rasya sambil merapikan ranjang Erland.

Erland menutup mulutnya dengan kedua tangannya, membuat wajah seolah-olah baru saja mendapatkan emas.

"Makasih, calon istri.... Muach" ucap Erland kemudian mencium pipi Rasya, dirinya langsung melarikan diri ke kamar mandi agar tidak di amuk Rasya.

Wajah Rasya memerah bak kepiting rebus, anak itu memporak-porandakan hatinya.

Jujur saja, dia juga suka dan sayang pada Erland, jika saja Erland melamarnya maka dia akan langsung menerimanya, tinggal menunggu tanggal saja.

Dia tidak tahu apakah Erland juga merasakan hal yang sama, karena jika dilihat dari sikapnya pada Rasya, jelas sekali bahwa Erland menganggap Rasya lebih dari anak paman.

Erland jarang dekat dengan wanita, disekolah saja ia sebisa mungkin menjauh dari yang namanya kaum hawa.

Rasya tidak tau alasannya apa, entah karena Erland alim, entah karena Erland gamau ribet, atau Erland sedang menjaga perasaan seseorang.

Tapi perasaan siapa? Dia saja tidak pernah melihat Erland punya pacar, apa jangan-jangan....

"Ish, ga mungkin kan kita cuman sepupu" tungkas Rasya menyanggah pemikiran anehnya.

"Siapa yang cuman sepupu?" Tanya Erland yang baru keluar kamar mandi dengan handuk sebatas pinggang.

"I-itu..."
.
.
.
.
.
Reygan menyugar rambutnya ke belakang, dan sesekali merapikan pakaian yang di kenakannya hari ini.

Pagi pagi sekali Alana mengiriminya pesan, Alana mengajaknya untuk pergi berpiknik.

Tentu saja langsung di terima Reygan dengan senang hati, dia kira Alana akan marah padanya karena kejadian semalam, tapi ternyata tidak.

Reygan melangkahkan kakinya menuju ke pintu depan.
Rumahnya sunyi sebab adik dan bundanya sedang berbelanja.

Belum sempat Reygan memegang kenop pintu rumahnya, suara ketukan dari luar pintu mengalihkan perhatiannya.

"Siapa? Tanya Reygan dari dalam tanpa membuka pintunya.

"Rey, ini aku"

Suara Runa, bagaimana ini? Sebentar lagi jam delapan, pasti Runa ingin mengajaknya bermain game, bagaimana ini?!

Cklek

"Kenapa Runa?" Tanya Reygan to the points, iya tidak punya banyak waktu kali ini.

Runa memindai penampilan Reygan dari atas bawah, rapi sekali pikirannya.

"Mau kenapa Rey?" Runa bertanya balik.

"Aku mau pergi piknik di taman kota" jawab Reygan seadanya, dia berulang kali mengecek jam tangannya.

"Piknik? Kok kamu ngak ngajak-ngajak sih Rey, aku ikut ya! Tunggu disini" ucap Runa kemudian menghilang dari pandangan Reygan.

Reygan memijit pelipisnya, ini saja sudah hampir jam delapan, bagaimana lagi jika dia harus menunggu Runa? Rumah Runa itu jauh, belum lagi jika wanita berdandan, pasti lama, aishh.

Akhirnya Reygan memutuskan menunggu Runa di depan pagar rumahnya, kasihan juga kalau sampai dia meninggalkan Runa, gadis itu sudah capek-capek kembali kerumahnya.

Reygan mengirimkan pesan pada Alana yang mengatakan bahwa Runa akan ikut dan dia akan sedikit terlambat.

Alana hanya melihat pesan itu, tidak ada niatan untuk menjawabnya.

"Kenapa kak?" Tanya Roger yang baru masuk ke kamar Alana.

"Gapapaa kok" jawab Alana sambil tersenyum terpaksa.

"Ga mungkin gapapa, pasti ada alasannya" tungkas Roger tegas.

"Ingat Reygan dan Runa? Reygan nanti bakalan bawa Runa ke piknik, huft kakak kurang semangat jadinya" keluh Alana.

"Jangan khawatir kak, kan ada Roger ". Kata Roger dengan bener.

Alana hanya tersenyum, baik sekali anak pamannya ini.

MY WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang