janggal

34 20 0
                                    

Kilauan cahaya matahari masuk melalui sela sela pintu balkon Alana.
Alana yang merasa terganggu akan cahaya itu segera membuka matanya dengan perlahan.

"Eungh" leguh Alana saat meregangkan otot-otot tubuh nya.
Alana bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Hari ini hari Minggu, Alana berencana untuk berjalan jalan dengan Gesya nanti.
Setelah selesai mandi, Alana berjalan menuju lemari besar pemberian ayahnya dan menyambar kaos putih berlengan pendek dan celana panjang berwarna hitam.

Alana tidak suka memakai celana
yang pendek.
Agama Alana Islam, namun Alana bukan tipe orang yang benar benar alim.

Alana tidak menggunakan cadar sebagaimana wanita Islam yang taat agama, namun Alana tetap memakai hijab ketika keluar rumah.
Bisa dibilang Alana itu tipe yang netral.

Untuk di sekolahnya sendiri, Alana selalu memakai hijab, tapi Alara dan Gesya terkadang tidak menggunakan hijab.
Di Harsa Jaya, mereka boleh menggunakan hijab maupun tidak.

Sebenarnya sekolah itu swasta, tapi dibuat seperti negri, karena tidak membayar uang bulanan dan yang lainnya.
Agak berbeda memang, tapi itulah Harsa Jaya.

Kakek Alana yaitu Brian memang memiliki hati yang sangat baik.
Dia membuat sekolah itu sangat mewah tetapi tetap bisa dimasuki oleh rakyat kalangan biasa.

Dia membuat biaya pendaftaran yang murah, tidak ada uang bulanan, mereka hanya dianjurkan untuk menabung.
Ketika ditanya 'kenapa kakek tidak membuat Harsa Jaya seperti SMA swasta lainnya? Bukankah itu sangat menguntungkan? Apalagi Harsa Jaya sangat unggul dalam properti ' maka dia akan menjawab 'aku tau rasanya berhenti sekolah karena tidak memiliki cukup biaya'.

Setelah selesai berpakaian, Alana langsung turun kebawah untuk sarapan.

Setibanya di ruang makan, Alana melihat kakak laki lakinya Tengah duduk sambil berbicara dengan ayahnya.

Alana yang jarang melihat kakak laki lakinya langsung saja berlari dan memeluknya erat.

Erick yang sedang duduk terkejut dengan pelukan Alana.
"Seneng banget kayaknya, kangen ya?" Tanya Erick sambil membalas pelukan Alana dan mengelus kepala sang adik.

"Ya iyalah kangen, kan abang jarang ada di rumah" jawab Alana sambil melepaskan pelukannya dan duduk di samping Erick.

"Abang kan kerja dek, maaf ya, abang akhir akhir ini sibuk, ntah kenapa abang kurang semangat kerja akhir akhir ini".
'karena memang dari awal jadi dokter bukan keinginan abang ' lanjut Erick didalam hati karena takut terdengar oleh sang bunda yang tengah merapikan makanan di atas meja.

"Itu karena kamu ga niat, kalau kamu niat pasti semangat " sahut Eliana sambil berjalan dan duduk di samping suaminya.

Erick yang mendengar ucapan sang bunda hanya terdiam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

William yang tidak suka dengan suasana canggung segera mencairkan suasana dengan memulai sarapan nya.
.
.
.
.
.
"Abang aja yang antar, abang juga mau ke toko buku depan gang" ujar Erick meyakinkan Alana agar ikut dengan nya.

Alana hanya mengangguk dan mengikuti Erick dari belakang menuju garasi.

Setelah Erick mengeluarkan mobilnya, Alana langsung masuk dan mobil tersebut berjalan keluar dari halaman rumah Alana.

Setelah 7 menit hanya diam diaman di dalam mobil, akhirnya Alana mengeluarkan suara.

"Bang, abang suka ngak jadi dokter?" Tanya Alana pada Erick.
Erick menjawab "suka ga suka itu udah jadi pekerjaan abang sekarang".

Alana hanya ber-oh ria.
"Tenang aja Alana, abang bakalan dukung kamu jadi psikolog, apapun tantangan nya" Erick menenangkan Alana.

Setelahnya, kedua kakak-beradik itu melanjutkan pembicaraan seputar cita cita Alana.
Awalnya memang cita cita, tapi sekarang pembahasan mereka beralih pada ayam warna warni.

Sangking serunya mengobrol, Alana sampai tidak sadar kalau dia sudah sampai di rumah Gesya.
Rumah Gesya tidak jauh dari rumahnya, rumah Gesya berada di gang seberang.

Alana turun dari mobil dan menyalami tangan Erick dari kaca mobil.
"Pulangnya jangan larut malam ya, jangan ngelakuin hal hal bahaya, abang mau ke toko buku" ucap Erick sambil menatap adik satu satunya.

"Iya bang" jawab Alana sambil melambaikan tangannya pada mobil Erick yang perlahan menjauh.
.
.
.
.
.
"Lu tau ga sih?" Gesya yang sedang menyisir rambutnya meloncat ke atas ranjang dan duduk di samping Alana yang berbaring.
"Gatau, kan belum lu kasih tau" jawaban Alana membuat mood Gesya turun seketika.

Alana terkekeh melihat ekspresi Gesya.
"Mau ngomong apa?" Tanya Alana pada Gesya.

Gesya yang mendengar pertanyaan Alana langsung bersemangat kembali untuk bergosip.
"Reygan sama Erland hari ini tanding basket di lapangan samping sekolah" ujar Gesya heboh.

"Lah, ini kan hari Minggu, emang bakalan ada yang nonton?" Tanya Alana sambil memasang wajah heran.
"Ya jelas banyak lah yang nonton, apalagi tu dua cudut bintangnya Harsa Jaya" jawab Gesya.

"Ngomong ngomong, Erland siapa?"

"Astagfirullah" Gesya memasang wajah lelah, dia kira Alana kenal dengan Erland mangkanya dia menceritakan dengan heboh.

"Erland itu rivalnya si Reygan" ujar Gesya pada Alana.
"Rival? Kok bisa?" Tanya Alana dengan wajah penasaran.

"Ya bisa lah, asal lu tau na, Erland itu murid pindahan, baru aja 3 bulan yang lalu pindah dan udah buat masalah, Reygan kan  ketos tuh, ya dia ga suka lah lihat orang kayak gitu apalagi si Erland punya geng dari sekolah lamanya, gua gatau sih apa masalah dua orang itu, tapi dari yang gua liat si Erland suka banget nantang si Reygan, kayak sekarang contohnya padahal si Erland ga suka main basket tapi demi cari perhatian dia malah nantang si Reygan ".

"Dia murid pindahan? Reygan ketos? Baru tau gua" ucap Alana sambil mendudukkan badannya.

"Apasih yang lu tau?" Muncul sudah sifat emosian Gesya.
.
.
.
.
.
Saat ini Gesya dan Alana tengah duduk di salah satu bangku sambil menonton pertandingan basket.

Awalnya Alana menolak saat di ajak Gesya kesini, namun ketika mendengar kalau Erland itu tampan seperti pangeran, Alana langsung semangat 45.

"Lah, Dian juga ikut?" Tanya Alana pada Gesya.

"Jangan kan Dian, Liam juga ikut. Kalau ada Reygan pasti ada mereka, kalau Reygan ke kantin pasti mereka juga ke kantin, untung pas Reygan mau boker mereka ga ikut" jawab Gesya sambil menatap malas pada Liam yang sedang tertawa terbahak bahak sambil memukul lengan Dian.

Gesya heran sendiri, kenapa Alara bisa tahan dengan kelakuan Liam.
Jika Liam akan bobrok di depan umum dan cool di dekat pacarnya, maka Dian beda lagi, dia akan cool ketika berada di area sosial dan akan bobrok ketika bersama temannya.

Suara teriakan para kaum hawa mengejutkan Gesya.
Gesya sudah tau pasti Erland dan Reygan muncul di lapangan mangkanya para siswi berteriak seperti di rampok.

Saat menolehkan kepalanya ke samping, Gesya langsung tertawa melihat ekspresi Alana.

Mulut terbuka, mata melebar, persis seperti dugong.
"Ganteng banget sya!" Heboh Alana.

"Iya, apalagi luka yang ada di dekat alis Reygan keliatan, behh kek badboy" sahut Gesya.

Saat Alana memfokuskan pandangannya pada Reygan, Alana malah terkejut dengan sesuatu.

'mainan kalung itu....'

(⁠´⁠∩⁠。⁠•⁠ ⁠ᵕ⁠ ⁠•⁠。⁠∩⁠'⁠)

MY WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang