hampir saja

22 15 0
                                    

Runa mengetok sekali lagi pintu rumah Reygan.

"Rey?" Panggil Runa dengan suara agak keras, siapa tau Reygan sudah tertidur.

Cklek

Pintu rumah terbuka, memperlihatkan Reygan dengan wajah kusut, kesal karena Alana mematikan telponnya secara sepihak.

"Kenapa?" Tanya Reygan singkat.

"Temenin aku ke puskesmas dong rey, obat ku udah habis, takut nanti mag ku kambuh tiba-tiba" pinta Runa dengan nada manja.

"Hmm, ayo" jujur sekali entah kenapa Reygan sangat malas berbicara pada Runa kali ini, aish dia tidak boleh begitu, kesal dengan Alana melampiaskan pada Runa? Tidak, tidak jantan sekali.

Runa tersenyum melihat Reygan menuruti permintaannya, sebenarnya obatnya masih ada, dia hanya ingin berdekatan dengan Reygan saja, mengingat laki-laki itu baru saja bertemu Alana, dia takut Reygan berpaling darinya.

"Tunggu sebentar!" Reygan kembali masuk ke rumah untuk mengambil sweater, Runa pasti bawa kendaraan, kan rumahnya jauh dari sini.

Setelah selesai mengambil sweater, Reygan berjalan menuju depan rumahnya, menghampiri Runa yang masih berdiri disana.

"Ayo" ajak Reygan.
"Kamu bawa mobil kan?" Tanya-nya sambil menatap Runa yang berdiri di sampingnya.

Runa mengangguk "bawa kok" jawabnya sambil tersenyum.

Reygan hanya manggut-manggut saja, kemudian berjalan menuju depan pagar, benar saja, ada mobil Runa di sana.

"Minta kunci" ucap Reygan pada Runa dan langsung saja Runa memberikan kunci mobilnya.

Reygan membukakan pintu untuk Runa "masuk cepat, udah larut malam, dingin, ga baik buat kesehatan kamu" ujar Reygan perhatian kemudian kembali menutup pintu mobil ketika Runa sudah masuk.

Runa tersenyum, ternyata Reygan tidak berpaling darinya haha dia terlalu khawatir, seharusnya dia tidak khawatir, dia lebih cantik dan baik dari Alana.

Setelah Reygan masuk ke dalam mobil, Reygan langsung saja menjalankan mobilnya, takut pulang terlalu larut.

5 menit berada di dalam ruangan yang sama tak urung membuat Reygan berbicara, Runa jadi heran sendiri melihat laki-laki itu, menyebalkan!

"Kamu kenapa Reygan?" Tanya Runa dengan raut wajah khawatir.

Reygan menoleh "gapapa, memangnya kenapa?" Reygan bertanya balik.

"Kamu kayak ga seneng gitu aku ajak ke puskesmas..." Cicit Runa dengan suara yang ia buat sesedih mungkin agar Reygan merasa bersalah.

"Seneng kok" tangkas Reygan kemudian mengelus kepala Runa, takut gadis itu berpikiran buruk padanya.

"Terus kenapa dari tadi kok diem?" Runa bertanya kembali dengan  sebal, pura pura marah lebih tepatnya.

"Alana matiin telpon aku tadi secara tiba-tiba, padahal aku masih mau ngomong sama dia" jawab Reygan dengan lirih, kemudian melepaskan tangannya dari kepala Runa.

"Cuman karena anak itu?!"

Reygan agak terkejut mendengar ucapan Runa, kenapa dia seolah-olah tidak suka pada Alana? Dan apa-apaan cara bicaranya tadi? Tidak sopan, tapi ya sudahlah.
.
.
.
.
.
Pagi yang cerah, burung-burung berkicau, angin-angin bertiup pelan, membuat siapa saja yang terkena tiupannya menjadi tenang.

Berbeda dengan gadis satu ini yang marah karena baru saja mendapat angin kencang, berbau pula dari kakak laki-lakinya.

"MAA, ABANG KENTUT DI MUKA ADEK!" teriak Alara dari dalam kamar tamu yang ia tempati tadi malam bersama mamanya, dia menginap di rumah Alana.

MY WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang