keinginan bunda

34 21 0
                                    


"bunda mau kamu jadi dokter Alana, bunda ga setuju kamu jadi psikolog "
Saat ini Alana dan sang bunda sedang berada di taman belakang rumah Alana.

"Kenapa bunda ga setuju? Psikolog itu bagus bunda, selain kita dapat mengendalikan diri kita, kita juga bisa membantu orang yang mengalami gangguan" jelas Alana sambil menatap bundanya.

"Psikolog itu bukan pekerjaan idaman Alana, kakakmu saja seorang dokter, dan lihat lah keluarga Logan, apakah ada yang menjadi psikolog?" Tanya bunda Alana.

"Bund, kak Erick jadi dokter kan karena keinginan bunda bukan keinginan dia"

"Walaupun itu keinginan bunda dia ga pernah bantah kok Alana, dia selalu nurut sama bunda" bunda Alana membela diri.

"Iya Alana tau kak Erick ga bantah keinginan bunda, tapi apa bunda pernah tanya ke kak Erick, kak Erick suka ngak jadi dokter?"

"Sudahlah Alana"

"Aku mau jadi psikolog!"
Alara meninggikan suaranya dan berlari meninggalkan sang bunda yang menatap kepergian anaknya.
.
.
.
.
.
Saat ini Alana sedang duduk di balkon kamarnya sambil memegang sebuah foto.

"Aku mau jadi psikolog" ucap Alana sesenggukan.
Alana sedang menangis sekarang, sejak dia lari dari taman sore tadi, dia tidak keluar dari kamarnya.

"Aku gatau kamu sekarang dimana Gara, tapi aku harap kita bisa ketemu" ujar Alana sambil menatap  foto yang ada di pangkuan nya.

Setelah mengatakan hal itu, Alana kembali menangis sesenggukan sambil memeluk foto tersebut.
Foto anak kecil berusia 7 tahun sedang bergandengan tangan .

Sedangkan seorang laki-laki yang sedang terbaring di kasurnya tengah menatap sebuah foto.
Foto yang sama dengan foto yang Alana peluk.

"Kita bertemu kembali"

Laki-laki tersebut mengusap foto gadis kecil yang menggandeng tangan nya.

Tangan mungil yang pernah membantunya ketika ia disenggol sebuah motor dan terjatuh di trotoar.
Tangan mungil yang selalu menggenggam tangan nya ketika sedang sedih.

Dia berpisah dengan gadis kecilnya itu karena sebuah kejadian.
Pada saat itu, umur Alana dan dirinya 8 tahun.

Saat itu Alana datang kerumahnya untuk mengajak nya main seperti biasanya.

Namun, Alana datang pada waktu yang salah, Alana melihat kedua orangtuanya sedang bertengkar .

Orangtuanya bertengkar karena ayahnya menikah lagi saat ibunya sedang mengandung adiknya 8 bulan.

Melihat kedatangan Alana, kedua manusia paruh baya tersebut sempat berhenti bertengkar.

"Alana mau cari kak gara ya? Kak gara di dalam kamar, tolong bawa kak gara main dulu ya, Tante lagi ada urusan" ibunya gara yang tadinya menangis langsung menghapus air mata nya ketika melihat wajah kebingungan Alana dan menyuruh Alana membawa Gara.

Alana sendiri langsung mengangguk dan berlari melewati ayah dan ibu Gara.

Sesampainya di kamar Gara, Alana melihat Gara sedang duduk di lantai sambil bersandar pada tempat tidurnya.

"Kak Gara gapapa?" Tanya Alana sambil berjongkok di samping Gara.

Gara menolehkan kepalanya ke samping "gapapa kok".
Bohong, Gara berbohong, tidak mungkin dia tidak mendengar pertengkaran kedua orang tuanya.

"Kalau gapapa, kita main keluar yok! Tante Luna tadi juga nyuruh Alana buat ngajak kak Gara main" ajak Alana sambil tersenyum.

Gara hanya diam mendengar ajakan Alana.
Gara takut kalau ia meninggalkan ibunya sendirian di rumah ini dengan ayahnya yang brengsek itu.
Namun, mendengar ucapan Alana bahwa ibunya yang menyuruh Alana untuk mengajaknya main, maka Gara harus menurutinya.

"Kak Gara kok diem? Gamau main yah?" Alana bertanya sekali lagi pada Gara.

"Mau, ayo!" Gara berdiri dan menarik tangan Alana agar keluar dari kamarnya dan pergi bermain keluar rumah.

Sore harinya Gara pulang ke rumah setelah bermain seharian dengan Alana untuk menghilangkan rasa sedihnya.

Saat baru masuk kedalam rumah, Gara melihat ibunya sedang memegang sebuah kertas dan menangis pilu di sofa.

Gara yang melihat ibunya menangis langsung menghampiri ibunya.
"Buu, ibu gapapa?" Tanya gara sambil memegang tangan ibunya.

Luna yaitu ibu Gara terkejut ketika tangan nya di sentuh dan mendengar suara Gara.
"I-ibu gapapa kok sayang, kamu baru pulang yah? Gimana main nya? Seru ngak? Ga nakal sama Alana kan?" Luna mencoba mengalihkan pembicaraan agar Gara tidak bertanya lebih lanjut mengenai keadaannya.

Sedangkan Gara hanya diam sambil menatap mata sang ibu yang sembab karena menangis.

Tanpa aba-aba, Gara memeluk sang ibu sambil menangis.
"Ibu gausah bohong sama Gara, Gara dengar semuanya bu, Gara dengar hiks...".

Luna yang terkejut karena Gara memeluknya secara tiba-tiba langsung menyadarkan dirinya dan langsung membalas pelukan sang anak.

"Ibu beneran gapapa sayang, kalau kamu memang dengar semua pertengkaran kami, apa Gara mau menuruti perkataan ayahmu itu?" Tanya Luna sambil mengelus pundak sang anak yang masih menangis.

"Gara mau bu, Gara gamau ibu disakitin sama dia lagi, Gara takut ibu sama adiknya Gara kenapa napa"

"Gara juga mau kalau kita pindah rumah?" Tanya Luna pada anaknya, Luna tau Gara tidak bisa berpisah dengan Alana, tapi dia juga tidak bisa hidup tenang kalau masih berada di sekitar pria brengsek itu.

Setelah terdiam agak lama, Gara menganggukkan kepalanya.
"Gara mau, demi ibu sama adiknya Gara, nanti Gara omongin sama Alana" sebenarnya Gara agak ragu tadi, tapi mau bagaimana lagi.

"Yasudah, Gara mandi sana, ibu mau masak, habis itu kita beresin barang ya" ujar Luna sambil mengelus kepala Gara.

Gara melepaskan pelukannya pada sang ibu dan menganggukkan kepalanya sebelum berjalan menuju kamar mandi.

Sekarang dia sudah besar, bahkan sudah berumur 17 tahun.
Dia tidak akan lupa bagaimana pria brengsek tersebut menghancurkan hidup ibu, adiknya dan juga dia.

"Akan ku balas semua perbuatan mu setelah menemukanmu bitch" gumamnya sebelum menutup mata dan pergi ke alam mimpi.

Bintangnya jangan lupa ya💐

MY WAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang