bab 24

657 91 45
                                    

Happy reading

.

.

.

Ganendra menatap benda pipih miliknya dengan helaan nafas panjang, sang bunda baru saja mengirim pesan padanya kalau wanita itu sangat merindukan Ganen. Pasalnya Ganendra juga merasakan itu saat ini, seminggu lebih dia hanya berdiam di kamar Mew tanpa melakukan apapun.

Omega manis itu hanya tidur, makan dan berakhir dengan tidur lagi seakan akan seseorang mengirimkan aura kantuk padanya. Meski terkadang Ben menemaninya mengobrol tentang sesuatu sembari memberikan berita tentang kondisi Mew di rumah sakit.

Hingga akhirnya pria itu kembali memegang benda pipih miliknya dan mencoba menghubungi Anindita, tak lama terdengar suara wanita paruh baya itu di sana.

" Ya sayang...kamu butuh sesuatu?".

" Hmm...Ganen boleh minta sesuatu gak ma?".

" Boleh dong, Ganen mau minta apa sayang".

" Boleh gak Ganen liat kak Mewa sebentar aja ma, dedek bayi kangen sama daddy nya".

" Yang kangen dedek bayi apa Ganen?...Ganen sayang, dokter minta Ganen istirahat kan".

" Sebentar aja ma...Ganen juga kangen sama kak Mewa...hiks...kak Mewa belum mau bangun ya ma, kenapa kak Mewa gak bangun bangun sih. Kak Mewa gak cinta lagi ya sama Ganen sampai gak mau bangun".

" Sayang...jangan nangis dong, nanti mama usahain buat Ganen ketemu kak Mewa ya. Sekarang Ganen makan yang banyak dan istirahat lagi, setelah itu mama sendiri yang akan anter Ganen ketemu kak Mewa-nya".

" Bener ma?".

" Ya sayang".

" Oke ma...terima kasih banyak ma".

" Sama sama sayang".

Anindita menutup telepon miliknya, kini terlihat wajah merah sudah memenuhi wajah Mew. Pasalnya Anindita sengaja mengloudspeaker panggilan dari Ganendra agar Mew bisa mendengar suara sang omega.

" Halah...mana yang katanya pewaris keluarga Bumantara, denger suara manja gitu aja udah KO".

Mewa menoleh pada suara sang kakek yang kini mulai beranjak dari sana dengan wajah sinis.

" Cepat bangun, pekerjaan di kantor banyak yang terbengkalai. Ingat kamu juga harus selesaikan urusanmu dengan pamanmu itu Mew, ah dan ya hukum saja kedua sahabatmu itu...gak becus kerja, kalau jadi anak buah kakek pasti sudah kakek habisi".

" Maksud kakek apa?".

" Kalian tidak dengar laporan dari anak buah kalian?".

" Laporan? Tentang apa kek?".

" Salah satu anak buahmu sudah jadi mata mata Tay, untung saja anak buahku tahu dan segera menghabisinya. Ya meski akhirnya kalian harus terima kalau Milendra kabur dari sana"

" Apa? Milendra kabur?".

" Ya...dan anak buahku sekarang sedang mengejarnya. Abimana cari Milendra di rumah wanita tua sialan itu, aku tidak mau lagi berurusan dengan wanita gila sepertinya".

" Baik ayah".

Bumantara beranjak pergi meninggalkan ruangan Mew bersama sang asisten di belakangnya, sedangkan Abimana kini sudah akan bersiap berangkat bersama Tay dan Off sebelum akhirnya Anindita memberikan sebuah pesan pada pria itu.

You're My Heroine (Di Terbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang