bab 6

709 104 31
                                    

Happy reading

.

.

.

.

Mewandaru dan kedua orang tuanya kini sudah berada di depan sebuah rumah sederhana dengan taman rumah yang di penuhi dengan berbagai bunga yang sedang bermekaran.

" Benar ini rumah anak itu, Mew?".

" Benar ma, ini rumah Ganendra. Off kasih alamatnya di sini".

" Kenapa sayang? kamu kelihatan kaget begitu?".

" Sebelah itu toko kue yang sering aku datangi untuk pesan kue setiap kali Mew mengalami rut mas...tapi kenapa jadi serba kebetulan seperti ini?".

" Turun saja dulu, siapa tahu bukan dia orang yang kita maksud".

Mereka bertiga kini turun dari mobil itu dan mulai mendekat ke rumah Ganendra.

Tok

Tok

Terdengar sebuah ketukan dari arah pintu rumahnya membuat Naira, bunda Ganendra yang sedang memasak menghentikan aktivitasnya, wanita itu berjalan ke arah pintu dan melihat siapa tamu yang bertamu saat weekend seperti ini.

Naira sedikit terkesiap kala mengenali salah satu orang yang ada di seberang pintu rumahnya, dengan cepat wanita itu segera membuka pintu itu setelah merapikan penampilannya.

" Nyonya Anindita?".

" Benar mas...sesuai dugaanku".

Terdengar suara Anindita yang seakan meyakinkan seseorang akan ucapannya. Setelahnya Abimana tersenyum dan mulai berbicara dengan wanita di depannya.

" Selamat pagi nyonya Naira...maaf kami menganggu, tapi bisakah kami bertemu dengan suami dan anak anda Ganendra?".

" Tentu saja tuan....".

" Abimana, perkenalkan saya Abimana. Suami dari Anindita dan ayah dari Mewandaru".

Abimana mengulurkan tangannya kepada Naira yang di sambut hangat oleh wanita itu dengan uluran tangan dan senyum mengembang di wajah cantiknya hingga sebuah suara menyapa telinga semua orang di sana.

" Siapa bunda? Kok tamunya nggak diajak masuk sih"

" Ah ya maaf...silahkan masuk tuan Abimana dan nyonya Anindita, maaf jika tempatnya sedikit berantakan".

Abimana dan yang lain memasuki rumah itu dan duduk di salah satu sofa yang ada di ruang tamu rumah itu, Mew mengamati keadaan rumah itu dengan senyum merekah. Sebuah rumah sederhana yang tertata rapi dengan furniture yang pas terlihat di matanya saat ini memberikan kesan kekeluargaan yang terasa hangat di hati Mew.

Tak lama seorang pria paruh baya Mew lihat mendekat pada mereka bersamaan dengan wanita paruh baya yang dia lihat tadi dengan senampan minuman dan beberapa kue yang sudah terhidang di meja saat ini.

" Maaf merepotkan nyonya Naira".

" Tidak apa apa nyonya...maaf jika hanya ini yang bisa kami suguhkan".

Anindita hanya mengangguk pelan dan tersenyum dengan manis.

" Perkenalkan saya Anggara suami dari Naira...maaf sebelumnya tapi apa ada keperluan hingga anda sekeluarga datang ke sini tuan...".

You're My Heroine (Di Terbitkan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang