Elizabeth Stewart atau kerap kali disapa Eliza nampak mencengkram perutnya keras. Rasa sakit melilit begitu menyiksa.
Persetan dengan makanan pedas yang kemarin ia makan bersama Christy, pada akhirnya ia harus menghabiskan waktu sepuluh menit di dalam toilet.
Ponselnya berdering pertanda ada panggilan masuk. Ia sedikit kesusahan untuk mengjangkau tas kecil berwarna hitam yang satu minggu dibelikan oleh bosnya.
Bernama lengkap Dominic Robbin Van Der, Dominic dikenal sebagai pria dewasa berusia dua puluh tujuh tahun keturunan Belanda. Tubuh tegap tinggi, berkulit putih serta wajah tegas dan paling terutama disiplin.
Dominic nampak aneh kepada sekretaris sekaligus asisten pribadinya sejak pertama
kali bertukar pandang. Tubuhnya yang ideal, wajah bersih tanpa polesan rias berlebih berhasil membuatnya seperti tak punya akal.Dominic kerap memberikan barang mewah, membiayai segala kebutuhan hidupnya Eliza, bahkan penthouse megah pun Dominic berikan percuma.
Eliza tak habis pikir dengan Dominic yang seakan tergila-gila kepadanya. Selalu meminta foto terbaru belahan dadanya setiap satu jam sekali. Bahkan hal tergilanya Dominic pernah meminta Eliza mengiriminya foto selangkangan.
Lebih gila lagi jika tidak mau Dominic akan memaksa Eliza untuk bekerja tanpa dalaman dan akan menyebar luaskan foto Eliza sekaligus dituduh ganjen; menggoda Dominic dengan mengiriminya foto seksi.
Kembali kepada Eliza, perempuan berusia dua puluh dua tahun itu nampak memijat pangkal hidung tatkala ujung jari tangan menarik tali tas hitamnya yang membuat benda mahal tersebut terjatuh ke lantai toilet.
Ia ingat perkataan Dominic minggu itu jika tasnya kotor atau rusak Eliza cukup memberitahukannya saja. Dominic akan membelikannya yang baru. Namun, Eliza masa bodo dengan itu. Ia sendiri tak menyukai tas pemberian Dominic.
Eliza merogoh ponselnya dalam tas. Menjawab panggilan masuk dari Dominic.
"Bagus, Eliza. Saya sudah menghubungi kamu sedari tadi dan kamu baru menjawabnya sekarang."
"I-iya, maaf Pak."
"Dari mana saja kamu?"
"Saya lagi di toilet, Pak. Sakit perut."
"Jorok!"
Panggilan terputus begitu saja. Eliza melongo beberapa saat melihat panggilan diputus sepihak dari Dominic. Pria itu yang menelepon pria itu juga yang mematikan.
Ia memasukan ponselnya kembali kedalam tas. Memejamkan mata merasakan perutnya yang begitu sakit seolah ditusuk belati. Setelah pulang nanti Eliza akan mengutuk Christy karena teman satu kamarnya itu yang mengusulkan ayam balado super dower untuk makan malam.
Setelah dirasa selesai. Eliza membilas tangannya di wastafel. Ia masih sesekali memegangi perut. Benar-benar melilit. Eliza merapikan rambutnya sekilas. Membenarkan pakain ketatnya yang tentu saja ia tak sukai. Dominic yang memaksa Eliza untuk berpakaian ketat.
Eliza membawa tas hitam kecilnya keluar toilet. Hentakan sepatu hak tingginya membuat seluruh atensi orang yang berada di ruang persegi tersebut menoleh. Berdecak kagum kepada sekretarisnya Dominic ba' malaikat yang baru menjelma menjadi seorang perempuan.
Ia mengetuk pintu terlebih dahulu kemudian masuk kedalam ruangannya Dominic. Pria itu menolehkan pandangan sekilas. Kemudian kembali fokus menatap laptopnya yang menampilkan data keuangan perusahaan beberapa bulan kebelakang.
"Siapa yang menyuruh kamu untuk duduk?" Eliza yang baru saja mau duduk di mejanya yang beberapa meter dari meja Dominic lantas urung.
"Saya belum menyuruhmu untuk duduk," lanjut Dominic akan tetapi pandangannya masih fokus menatap layar laptop.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒
Teen Fictionᵎᵎ mature content! the BOOK ONE of van der trilogy ᵎᵎ Elizabeth Stewart harus menabahkan hatinya selama ia bekerja di bawah kendali Dominic Robbin, bos tempatnya bekerja yang begitu mesum kepadanya. Pesona yang dimilik Dominic membuat para wani...