Eliza membeku. Pikirannya kosong. Dominic benar-benar memagut bibirnya. Keduanya terdiam dengan bibir saling menempel.
Dominic meraih tengkuk sekretarisnya itu pelan. Penuh perasaan. Ingin memperdalam ciuman. Namun, hal itu malah membuat perempuan berusia dua puluh dua tahun tersebut mengerjap.
Mendorong mulut bosnya mundur. "Ihh b-bapak, mesum," ujarnya seraya membersihkan bibir. Tak mau ada sedikit pun bekas apa pun itu tentang Dominic di tubuhnya.
Pria di depannya mengernyitkan dahi. Menyaksikan bagaimana Eliza benar-benar menggosok bibirnya menghilangkan bekas ciuman barusan.
"Stop doing that!" Dominic menahan tangannya Eliza cepat. (Berhenti melakukan hal itu!"
"Shh ... k-kenapa, Pak?"
Eliza merasakan rasa sakit membalut pergelangan tangan. Cengkraman bosnya begitu keras. Eliza pikir setelah terlepas pasti meninggalkan bekas kemerahan.
"Kembali bekerja!" Perintah mutlak Dominic yang harus dilaksanakan segera oleh Eliza. "Pijatan kamu tidak enak! Bahu saya makin sakit!"
"Salah bapak sendiri kenapa suruh saya. Sudah tahu saya bukan tukang pijit."
Eliza turun dari tempat tidur. Membungkuk; meraih sepatu hak tingginya. Sedikit menungging di hadapan Dominic yang saat ini melotot melihat bokong Eliza yang begitu sintal.
PLAK!
"Ahh, Pak?!"
Sang sekretaris tersebut memutar tubuhnya seraya meraba bokong yang baru saja ditampar Dominic. Eliza membulatkan mata terkejut. Bisa-bisanya bosnya itu melakukan hal tersebut.
"Kecil banget," ejek Dominic. Jantung Eliza bergemuruh. Kaget karena Dominic menampar pantatnya dan juga lagi-lagi perkataan pria dewasa itu yang begitu menusuk.
"Saya suka perempuan yang dada dan bokongnya besar."
Siapa juga yang tanya, gerutu Eliza dalam hati. Ia membuang napas keluar dari ruangan tersebut tanpa memakai sepatu hak tingginya.
Namun, baru tiga langkah pergi Dominic memanggil. Eliza membuang napas berat. Kembali memutar tubuhnya.
"Ada apa, Pak?"
"Hanya memanggil saja."
Eliza tersenyum penuh tekanan. Ia cepat-cepat keluar. Setibanya di meja kerja, ia duduk lalu memakai sepatu hak tinggi berwarna hitam.
"Hinyi miminggil siji. Hihh kalo bukan bos sudah aku gorok lehernya! Mana mesum banget lagi! Aku sumpahkan dia tidak akan pernah nikah sampai tua!" Eliza menggurutu kesal.
"Saya dengar," jawab Dominic dari tempatnya yang membuat Eliza melotot seraya menoleh ke arah pintu yang masih terbuka.
***
Eliza mengikuti langkah Dominic yang begitu cepat melewati lorong. Pria berusia dua puluh tujuh tahun tersebut kesal karena investor yang akan menanamkan modalnya untuk pembangunan resort di Florida tiba-tiba membatalkannya begitu saja.
Dominic membanting pintu setelah ia masuk satu langkah, bertepatan dengan Eliza akan masuk. Sekretaris itu terdiam setalah pintu tertutup rapat tepat di hadapannya.
"Sabar, Eliza sabar," tenangnya menenangkan diri.
Eliza membuka pintu ruang kerjanya Dominic. Melihat bosnya sedang berdiri di depan jendela besar yang mengarah ke jalanan kota.
Tanpa ingin menambah buruk mood-nya Dominic, Eliza menaruh semua berkas-berkas penting yang ia bawa di atas meja kerjanya.
Merogoh ponsel hanya untuk melihat waktu. Lima menit lagi jam makan siang. Namun, tidak sengaja pandangannya menatap beberapa pesan masuk dari Jonas. Pacarnya yang satu tahun lebih tua darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒
Teen Fictionᵎᵎ mature content! the BOOK ONE of van der trilogy ᵎᵎ Elizabeth Stewart harus menabahkan hatinya selama ia bekerja di bawah kendali Dominic Robbin, bos tempatnya bekerja yang begitu mesum kepadanya. Pesona yang dimilik Dominic membuat para wani...