Eliza membuka mulutnya tanpa sadar melongo ketika mendengar apa yang pria di hadapannya barusan ucapkan.
"Tidak usah percaya diri. Hanya untuk berpura-pura saja di depan kedua orang tua saya," koreksi Dominic takut Eliza benar-benar mau sungguhan menjadi calon istrinya.
Jika pun mau sungguhan aku tak masalah, batin Dominic menatap Eliza yang baru saja mengatupkan mulut; ditambah salah tingkah dengan wajahnya yang sudah memerah.
"I-iya, iya saya tahu, Pak. Lagi pula siapa juga yang mau nikah sama Bapak. Saya si tidak mau punya suami mesum seperti bapak," jawab Eliza.
Dominic diam beberapa saat. Merubah posisi duduknya sedikit lebih dekat dengan sekretarisnya tersebut.
"Eh, bapak mau apa? Kenapa jadi dekat-dekat saya?"
"Saya ingin perkosa kamu!" celetuk Dominic bercanda.
"Pak!" Eliza memukul lengan Dominic sekilas. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Shh ... dengar. Nanti jika orang tua saya bertanya, jawab saja iya. Kamu calon istri saya, iya. Kamu cinta kepada saya, iya. Kamu sungguh-sungguh ingin menikah dengan saya, iya. Pokoknya semuanya iya. Paham?"
Eliza mengangguk. "Kamu terpaksa Eliza? Iya," ujarnya membuat Dominic melotot.
"Eh, eh, enggak. Hehe," cengirnya kepada Dominic. "Kalo pertanyaan itu saya jawab tidak kan, Pak?"
"Iya lah! Asal kamu tahu, saya sudah lelah mendengar tua bangka itu selalu bertanya kapan saya pulang membawa calon istri!" serunya kesal.
"Apa lagi tadi saya meeting harus mencatat sendiri. Tidak ada yang bantu saya," sindir Dominic to the point terhadap Eliza yang saat ini sedang mengulum bibir canggung.
"M-maaf, Pak." Eliza berujar. "L-lagi pula kenapa Bapak harus panggil saya Sayang, terus bilang kita pacaran. Jadi kan Jonas marah sama saya ...."
Seolah diingatkan, Dominic bertanya, "Dia sudah mutusin kamu?"
"Apa?! Tidak lah! Bapak seperti ingin sekali saya sama Jonas putus!"
"Memang," jawab Dominic cepat.
"Tuh kan?! Kenapa memangnya? Cemburu ya? Hihhh bapak suka sama saya ya? Ngaku saja saya tahu kok tidak usah malu."
"Iya."
"Iya apa?"
"Suka kamu."
DEG!!!
"Eh?" Jantung Eliza berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Sial ada apa dengan jantungku? tanya Eliza dalam hatinya.
"Selesaikan dulu berkas yang sudah saya catat di iPad. Sebelum pukul dua siang harus sudah beres semuanya," ujar Dominic seraya berdiri. Eliza pun ikut berdiri.
"Saya tidak perlu bantahan kamu. Saya hanya butuh bantuan kamu," ujarnya lagi ketika Eliza hendak berbicara.
"Saya akan pergi sebentar. Nanti saya kembali."
"Pergi ke mana, Pak?"
"Kenapa bertanya? Tumben sekali. Kamu suka kepada saya ya? Sampai kamu mau tahu saya pergi ke mana?"
"Ihh terlalu percaya diri sekali, Bapak! Hanya hanya bertanya, jika jauh ya sudah. Pergi lebih jauh lagi saja sana."
"Jika itu ke dalam hati kamu saya mau," jawab Dominic seraya melenggang pergi.
Eliza kembali melongo dibuatnya. Sialan Pak Dominic senang sekali buat jantungku berdisko seperti ini, batin Eliza seraya memegangi dada kirinya.
"Dasar Pak tua aneh! Mesum! Bipolar! Tukang bohong! Terlalu percaya diri! Nanti apa lagi?!" gerutunya seraya menarik iPad di atas meja kerjanya Dominic.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒
Teen Fictionᵎᵎ mature content! the BOOK ONE of van der trilogy ᵎᵎ Elizabeth Stewart harus menabahkan hatinya selama ia bekerja di bawah kendali Dominic Robbin, bos tempatnya bekerja yang begitu mesum kepadanya. Pesona yang dimilik Dominic membuat para wani...