Tidak ada kejadian yang aneh. Eliza bangun seperti biasanya. Bahkan setelah kejadian kemarin malam Dominic tak banyak bicara sampai sekarang di meja makan.
"Jam setengah sembilan, 'kan?" tanya Peter menoleh kepada Eveline setelah ia membersihkan mulut menggunakan serbet baru yang seperti kemarin.
"Iya, Mas. Kita perginya lebih awal saja. Lebih bagus," jawab Eveline.
Peter melirik arloji di tangan kiri. Pukul delapan kurang lima menit. Ia berdiri yang menimbulkan bunyi decitan dari kaki kursi menggeser lantai marmer.
"Kita mampir dulu sebentar ke toko bunganya Mrs. Jasmine," ujar Peter yang diangguki oleh Eveline.
"Kau tidak mau ikut, Dom?" tanya Mamanya yang membuat pria dewasa itu menggeleng tanpa menoleh.
Eveline menoleh kepada Peter seolah bertanya, ada apa dengan Dominic, Mas?
Peter mengedikkan kedua bahu tak tahu. "Eliza," panggilnya.
"Iya, Pak Peter?"
"Saya mau pergi. Titip Dominic ya. Kalo rewel jewer saja kupingnya."
Eliza menoleh kepada Dominic yang diam saja ketika diledek oleh Papanya.
Tumben diam. Biasanya marah jika diledek, batin Eliza.
"Ahh, iya Pak Peter," jawab Eliza malu.
Peter menepuk pundak Dominic beberapa kali sebelum pergi. Setelah hanya berdua, Eliza menatap Dominic dari samping.
"Pak? Bapak kenapa?"
"Tidak apa-apa," jawab Dominic tanpa menoleh. Masih menatap salad sayurnya tidak minat.
Tidak apa-apa, cih! Seperti gadis lagi tidak mood saja jawabnya tidak apa-apa, batin Eliza menggerutu tentang sifatnya Dominic pagi ini.
"Setelah ini kita mau ngapain, Pak?"
"Tidak tahu."
Eliza mengernyitkan dahi bingung. Merasa bingung dengan perubahannya sifat Dominic.
Alter ego nih ceritanya Pak Dominic atau bagaimana? Eliza bertanya dalam hati.
"Pak ngeseks yuk?"
"AYOK!!" Dominic menoleh refleks.
"Jiahh!" Eliza menyentil kening bosnya itu. "Giliran ngeseks saja, ayok!"
"Ck! Ayok ngeseks!"
"Tidak mau! Ini masih pagi, Pak!"
"Tidak apa-apa. Morning sex namanya."
Eliza menghela napas berat.
"Bapak kenapa? Tumben sekali tidak banyak bicara seperti biasanya?"
"Cih! Mana ada saya banyak bicara!" tolak Dominic tidak terima.
"Halah-halah. Jujur saja si, Pak jika ada masalah. Seperti ini juga saya pendengar yang baik. Coba cerita pada saya. Ada apa?"
"Tidak usah modus pura-pura ingin mendengar cerita saya. Itu siasat kamu untuk mendapatkan cintanya saya kan? Iya kan? Ngaku saja. Saya sudah tahu. Trik banyak wanita memang seperti itu untuk mendapatkan cintanya pria!"
Eliza memejamkan mata beberapa saat. Menahan rasa geram ingin menggorok leher bosnya tersebut.
"Pak, saya sudah berbaik hati lho, Pak sama Bapak," ujar Eliza tenang walaupun tertekan. "Bapak hanya tinggal ceritanya saja siapa tahu saya bisa bantu."
"Cih! Perempuan seperti kamu bisa apa?" tanya Dominic menohok.
"Bisa membuat bapak tergila-gila sama saya," jawab Eliza lebih menohok.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒
Teen Fictionᵎᵎ mature content! the BOOK ONE of van der trilogy ᵎᵎ Elizabeth Stewart harus menabahkan hatinya selama ia bekerja di bawah kendali Dominic Robbin, bos tempatnya bekerja yang begitu mesum kepadanya. Pesona yang dimilik Dominic membuat para wani...