Waktu terus berputar selama Peter, Eveline, Dominic dan juga Eliza makan malam tanpa ada obrolan. Hanya ada suara dentingan garpu atau pun sendok yang bergesekan dengan piring.
Peter meneguk air minum. Membersihkan mulut dengan serbet yang sudah tersedia sejak tadi di samping piring makannya.
"Serbet?" panggil Peter.
Eveline, Dominic dan Eliza menoleh hampir secara bersamaan. Peter mengernyitkan dahi begitu ditatap oleh semua orang di meja makan.
"Kenapa?" tanyanya bingung.
"Mas, minta serbet lagi?" tanya Eveline. Peter semakin mengernyitkan dahi bingung.
"Apa? Aku tidak minta serbet, Sayang. Aku memanggil calon istrinya Dom," jawabnya yang membuat Eliza tersedak potongan daging sapi berukuran kecil.
"Uhuk!!!" Eliza gelagapan. Dominic cepat-cepat memberikan air minum kepada sekretarisnya.
"Pelan-pelan, Sayang makannya," tegur Dominic yang membuat Eliza terkesiap beberapa saat.
"Khm. Kmm." Eliza berdeham pelan. Setelahnya menoleh kepada Peter. "Maaf, nama saya Elizabeth, Tuan Robbin. Bukan serbet."
"Owh, maaf tadi Dominic sebut kamu serbet," jawab Peter santai.
"Apa? Aku tidak bilang serbet. Aku bilang Elizabeth!" jawab Dominic tidak mau disalahkan.
"Heh, baru saja selesai makan. Ribut lagi," lerai Eveline setelah meneguk air minum.
"Anak kamu tuh yang mulai duluan tadi siang di telepon," ujar Peter kepada Eveline.
"Anak kamu juga, Mas," jawab Eveline.
"Maaf Sayang. Keluargaku memang seperti ini. Jangan trauma ya," ujar Dominic kepada Eliza yang membuat sang empunya menoleh dengan senyuman manis.
Sial, kenapa Eliza begitu manis jika tersenyum, batin Dominic.
"Iya, tidak apa-apa sayang," jawab Eliza mengusap sisi lengannya Dominic lembut beberapa kali.
Eliza menelungkupkan garpu dan juga sendok di atas piring lurus dari atas ke bawah. Peter yang melihat hal tersebut nampak melotot.
"Hei! Kau tahu aturan menaruh sendok setelah makan?!" serunya.
Eliza menoleh. "T-tentu," jawabnya ragu.
Peter tersenyum. "Bagus. Sudah cantik. Sopan. Tahu aturan tatakrama setelah makan. Papa si triple yes. Yes! Yes! Yes!"
Eliza mengulas senyum malu. Sedangkan Dominic mengernyit. Tidak tahu aturan apa yang dimaksud papanya dan juga Eliza. Merasa bodo amat saja.
"Nah, Elizabeth. Sejak kapan kamu suka kepada Dominic yang sedikit gila ini?" tanya Peter yang membuat Dominic mendelikan mata tidak suka.
"Ahh, emm ... sudah lama Tuan Robbin. Sa—"
"Sssttt!" Peter menyela. "Tidak usah formal. Panggil saja Peter."
Eliza mengangguk. "S-sudah lama Pak Peter. S-sejak, sejak saya melamar bekerja di perusahaan Pak Dominic, s-saya, saya sudah menaruh suka terhadap Pak Dominic."
Dominic yang mendengar itu lantas menoleh. Seakan-akan meminta penjelasan, apa itu benar Eliza?
Eliza tersenyum ke arah Dominic.
"Cinta pandangan pertama, hm?" goda Eveline yang membuat Eliza tersenyum malu.
"Hm. Alasan kamu suka kepada Dominic apa? Jarang-jarang ada perempuan yang suka kepada Dominic."
"Cih! Papa saja yang tidak tahu! Aku banyak digilai perempuan di Las Vegas!"
"Papa tidak berbicara sama kamu. Sudah diam!" jawab Peter.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒
Teen Fictionᵎᵎ mature content! the BOOK ONE of van der trilogy ᵎᵎ Elizabeth Stewart harus menabahkan hatinya selama ia bekerja di bawah kendali Dominic Robbin, bos tempatnya bekerja yang begitu mesum kepadanya. Pesona yang dimilik Dominic membuat para wani...