CHAPTER 05

31.4K 225 2
                                    

Sepanjang perjalanan pulang Eliza nampak malu sendiri. Masih dalam keterkejutannya tadi pada saat makan malam bersama bosnya. Dominic menggombali Eliza mengucapkan secara tidak langsung jika Eliza akan menikah dengannya.

Pak Dominic bisa gombal juga ternyata, batin Eliza merasa geli sendiri jika mengingat-ingat kembali bagaimana kejadiannya.

Dominic menoleh. Melihat Eliza yang senyum-senyum sendiri. Dahinya mengernyit.

"Kamu kenapa?" tanyanya penasaran. "Lagi gladi bersih ya sebelum jadi anggota rumah sakit jiwa?"

"Ihh! Kebiasaan kalo ngomong langsung bunyi saja!" Eliza memukul lengan kiri bosnya itu yang nampak santai menggenggam kemudi.

"Lantas kenapa kamu senyum-senyum sendiri?" tanyanya lagi.

Eliza diam beberapa saat. Tidak mungkin juga bilang yang sejujurnya jika ia mengingat kejadian tadi saat makan malam.

Astaga yang benar saja Pak Dominic bilang jika aku calon istrinya, jerit Eliza dalam hati masih tidak terima kenyataan jika bos mesumnya itu memang secara tidak langsung mengatakan hal tersebut.

"Nah, kan diam." Dominic tak menoleh, fokus menatap jalanan di hadapannya. "Apa perlu saya sewa dokter telinga untuk kamu?"

Eliza mengerjap.

Sudah mesum, sombong juga, tapi sialnya tampan, astgaaa. Eliza kembali bergumam dalam hati  ketika menatap Dominic dari samping.

Menganggumi bagaimana hidung mancung itu sangat sempurna terlihat dari samping. Garis rahang yang begitu tegas, sampai alis tebal nampak menyempurnakan sosok Dominic Robbin Van Der.

"Eliza?" Dominic memanggil karena sekretarisnya itu tak kunjung menjawab pertanyaannya dari tadi.

"I-iya, Pak?"

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" helaan napas lelah seolah terselip dalam nada bicaranya.

"I-itu, itu ... Pak."

Dominic menoleh. Menaikan alis kirinya seolah memberi tanda, apa? Itu apa?

"Emm, itu ... tadi, bapak bilang saya calon istri bapak aww!" Eliza menutup wajahnya malu. Astaga bisa-bisanya.

Dominic menahan kedua sudut bibirnya agar tak tertarik ke atas.

"Memangnya kamu mau?"

"Eh?" Eliza menoleh. "M-maksud, maksud bapak?"

"Kamu mau jadi istri saya?"

Eliza diam beberapa saat. Menahan gejolak panas dalam dada. Menggigit bibir. Wajahnya panas.

"M-mau," jawab Eliza seolah tersihir. Melupakan bagaimana Dominic begitu mesum. Bahkan melupakan Jonas sebagai pacarnya.

"Saya yang tidak mau."

DEG!

"Lagi pula dada sama pantat kamu kecil. Tidak enak. Tidak menggairahkan. Saya tidak suka," tambah Dominic seolah menghujamkan ratusan belati kedalam hatinya Eliza.

Dominic menoleh. Menyeringai meremehkan. "Terlalu berperasaan," cibirnya. Seolah menang telah merendahkan Eliza.

"M-maksud, maksud bapak? J-jadi, jadi tadi hanya bercanda saja?" tanya Eliza tak habis mikir dengan kebodohannya sendiri.

"Tentu. Seorang saya tidak mungkin menikahi sekretarisnya yang tak begitu menggairahkan seperti kamu," jawab Dominic lagi-lagi menghujam hatinya Eliza yang saat ini sudah mengalihkan pandangan.

Sial kenapa sesakit ini, batin Eliza. Merutuki dirinya sendiri setelah terjatuh kedalam pesonanya Dominic.

Bisa-bisanya kamu Eliza menjatuhkan perasaan kepada orang mesum dan sombong seperti Pak Dominic. Ingat kamu sudah punya pacar. Jonas Rivanno. Dia pacar kamu, batin Eliza kembali.

𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang