Sekretarisnya terdiam. Dominic tak mau menunggu. Tak rugi juga jika tidak makan malam berdua bersama Eliza. Ketika hendak menutup pintu kamar mandi Eliza bersuara membuat Dominic menyeringai menang.
"I-iya!" jawabnya walau gugup, "t-tapi awas saja jika Jonas kenapa-kenapa saya tidak akan mengampuni bapak! Bahkan sampai mati sekalipun!"
Dominic mengangguk. "Kemari," titahnya. Eliza mengernyitkan dahi. Ia tak bodoh tentunya pasti bosnya itu akan menarik dirinya kedalam kamar mandi seperti yang sudah-sudah.
"Tidak mau. Bapak pasti narik saya kedalam kamar mandi lagi," tolak Eliza seraya menjulurkan lidah mengejek. Dia pikir aku bodoh gitu? Tidak, batin Eliza merasa menang.
Dominic menyandarkan sisi tubuhnya di sisi pintu. Melipat kedua tangan di dada. Pandangannya tajam menatap Eliza yang sudah lebih dulu menatapnya.
"Kamu yang ke sini atau saya yang ke sana?" tawar Dominic tenang.
Eliza memejamkan mata beberapa saat. Selalu sama. Ia memijat pelipisnya sekilas. Ketika membuka mata sosok tegap tinggi yang tadi di ambang pintu kamar mandi telah berada di hadapannya.
"Ehh, Pak?"
Perempuan itu terlonjak. Belum reda dari keterkejutannya, Eliza dibuat melotot ketika bos mesumnya itu membuka jas semi formalnya beserta kemeja putih yang melekat di tubuhnya seharian ini.
Dada bidang serta perut yang berlikuk menonjol enam kotak, belum lagi bulu halus yang menjalar dari pusar ke bawah; masuk kedalam celana membuat Eliza malu sendiri ketika melihatnya.
Wajahnya panas. Dominic melihat muka Eliza berwarna merah. Ia mengibaskan dasi hitam panjangnya. Menimbulkan bunyi pecutan yang membuat Eliza mengerjap.
"Mau dipaksa atau inisiatif sendiri?" tanya Dominic begitu menguar aura dominannya. Eliza menggigit bibir ragu.
Namun, melihat tangan Dominic yang begitu kekar nampak memainkan dasinya membuat Eliza memutuskan untuk pergi kedalam kamar mandi.
"Good girl," puji Dominic membuntuti Eliza dari belakang.
Dominic membanting pintu kamar mandi. Eliza terlonjak kembali.
Setelah bipolar sepertinya aku akan punya riwayat jantung setelah ini, batin Eliza.
"Siapkan saya air hangat di bathtub cepat," perintah Dominic.
Tanpa menjawab Eliza langsung melakukan apa yang bosnya perintahkan. Dominic mengernyitkan dahi bingung. Kenapa Eliza tak menjawab.
"Heh! Jawab ucapan saya bukan diam!" gertaknya.
"Iya, Pak astaga. Ini juga lagi saya kerjain. Sabar dong lihat pakai mata bapak bukan menyuruh saja bisanya," jawab Eliza kecoplosan. Perempuan itu melotot. Menepuk-nepuk mulutnya bodoh.
Sial Eliza kenapa tidak bisa direm, batinnya merutuki diri sendiri.
Dominic menukikkan kedua alisnya ke satu arah. Ia menarik tangan Eliza untuk berdiri karena sebelumnya perempuan itu jongkok di sampingnya bathub.
"Buka pakaian kamu!" perintah Dominic tegas.
"A-apa, Pak? Buka?" Eliza menyilangkan kedua tangan di depan dada.
"Buka!" Dominic menarik tangan Eliza. Memaksa membuka pakaian ketatnya Eliza saat ini.
"P-pak, ihh! S-saya tidak mau!" Tolak Eliza mendorong tangan Dominic untuk mundur.
Dominic menarik tangannya Eliza dan membenturkan punggungnya ke tembok. Eliza meringis merasakan rasa sakit yang begitu menusuk.
"Berani sekali kamu menolak perintah saya, hm." Dominic mencengkram erat kedua pipi Eliza yang saat ini masih merasakan rasa sakit dengan pejaman mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒
Teen Fictionᵎᵎ mature content! the BOOK ONE of van der trilogy ᵎᵎ Elizabeth Stewart harus menabahkan hatinya selama ia bekerja di bawah kendali Dominic Robbin, bos tempatnya bekerja yang begitu mesum kepadanya. Pesona yang dimilik Dominic membuat para wani...