Kepala Eliza mendongak. Bersandar pada bahunya. Dengan posisi seperti itu Dominic dapat melihat wajah sekretarisnya itu dari dekat.
Wajah yang putih bersih tanpa polesan riasan wajah berlebih. Bulu mata yang lentik serta bibir kecil berwarna merah muda yang terbuka membuat Dominic terkesiap.
Dominic menurunkan wajahnya. Mengecup bibir Eliza lembut. Perempuan itu membuka mata. Merasakan benda kenyal menempel di bibirnya.
"P-Pak? Mphh—"
Pria dewasa berusia dua puluh tujuh tahun itu membungkam bibir sekretarisnya menggunakan mulut. Memagut bibir atas Eliza lembut. Menarik; membelit lidah perempuan tersebut setelahnya.
Dominic melepaskan ciuman. Napas Eliza tersengal-sengal. Keduanya saling bertatapan. Ada rasa berdesir di sekujur tubuh yang Eliza rasakan tatkala melihat Dominic dari jarak yang begitu sangat dekat.
"Nanti dilanjut," ujar Dominic. "Ayok mandi cepat," tambahnya seraya mendorong tubuh Eliza untuk bangkit dari bathub.
Eliza bangkit mau tidak mau. Tanpa dirinya sadari, ia kecewa permainannya Dominic hanya sebatas fingering. (Hanya pakai tangan, bukan kelamin)
"Tidak usah kecewa seperti itu. Nanti juga saya akan kasih kamu jatah seperti di kamar mandi kemarin sore," ujar Dominic ketika melihat wajahnya Eliza tertekuk.
"Ihh! Siapa juga yang kecewa! Saya biasa saja tuh!" jawab Eliza beralibi. Dalam hati kecilnya perempuan itu memang kecewa.
"Ayok mandi," ajak Dominic menarik Eliza ke bawah shower. Eliza tak menolak, terlebih mendadak tidak mood seolah-olah ia memang ingin bercinta, tapi Dominic malah menyudahinya sepihak.
***
Eliza menatap ke arah luar jendela pesawat. Hari pun sudah mulai menggelap. Di hadapannya ada Dominic yang sedari tadi memperhatikan Eliza.
"Khmm!" Dominic berdeham yang membuat Eliza menoleh. Pria dewasa itu menyesap kopi mocca tanpa gulanya santai.
"Kenapa diam?" tanya Dominic. Eliza mengernyitkan dahi bingung atas pertanyaan bosnya tersebut.
"Lantas saya harus apa, Pak jika di pesawat seperti ini? Harus joget heboh? Tidak kan?" Eliza menjawab nyolot.
"Biasa saja dong jawabnya," ujar Dominic. "Kenapa? Bad mood karena tidak jadi ngeseks, ya sama saya?"
Eliza melotot. "Hih! Mana ada saya bad mood gara-gara itu ya, Pak!" bohongnya. Tidak sepenuhnya bohong juga. Eliza pun memikirkan Jonas yang entah sedang apa.
"Bohong. Kamu bohong. Saya tahu kamu ingin ngeseks lagi sama saya. Ayok ngaku. Tidak perlu malu."
"Shh! Tidak, Pak! Saya tidak mau! Tidak enak ngeseks sama bapak! Lebih enak sama Jonas! Huuuuu!!!"
Sialan, batin Dominic kesal.
"Nanti jangan mempermalukan saya di depan orang tua saya. Kamu harus memperlihatkan jika kamu satu 'kasta' sama saya," ujar Dominic mengalihkan topik pembicaraan.
Mendengar bosnya itu menekan kata kasta, membuat Eliza terdiam beberapa saat. Terasa menyayat, tapi itu memang benar. Melihat dari statusnya Eliza, ia tidak layak jika harus bersanding bersama Dominic.
Pak Dominic yang menjadi atasan sebuah perusahaan bersama seorang sekretaris? Hahaa lucu, batin Eliza menertawakannya sendiri.
"I-iya, Pak," jawab Eliza mengangguk.
"Jangan sampai kamu ceroboh. Melakukan kesalahan apa pun. Cara makan kamu juga harus benar. Buat kedua orang tua saya yakin jika kamu memang benar-benar calon istri untuk saya," pesan Dominic lagi seperti orangtua kepada anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒
Teen Fictionᵎᵎ mature content! the BOOK ONE of van der trilogy ᵎᵎ Elizabeth Stewart harus menabahkan hatinya selama ia bekerja di bawah kendali Dominic Robbin, bos tempatnya bekerja yang begitu mesum kepadanya. Pesona yang dimilik Dominic membuat para wani...