CHAPTER 06

26.3K 198 0
                                    

Dominic memejamkan mata tatkala merasakan rasa perih menyelimuti luka yang terbuka di keningnya. Mencengkram pergelangan tangan Eliza yang bagi sang empunya terasa panas membakar.

Perempuan berusia dua puluh dua tahun itu mengusap kening bosnya. Membuat kerutan halus di sana. Dominic membuka mata. Iris matanya yang berwarna coklat begitu teduh memandang.

Menatap Eliza dengan perasaan kalut. Ada rasa ingin memiliki, akan tetapi terlalu gengsi untuk mengakui. Tidak yakin juga Eliza akan mau jika ia benar-benar meminta perempuan tersebut untuk menjadi istrinya.

"Maaf ya, Pak. Lagian salah bapak sendiri bikin saya baper berasa diajak terbang. Eh sudah diajak terbang malah dijatuhin. Sakit Pak," cerocos Eliza seraya menutup kotak P3K milik Dominic.

Dominic mengulas senyum tipis. "Eliza," panggilnya membuat perempuan di hadapannya menoleh.

"Iya, Pak?"

"Jika saya mencintai kamu, kamu terima tidak?"

Eliza terdiam.

Ini pak Dominic kenapa si perasaan berubah-ubah terus. Tadi bilang tidak suka sekarang bilang suka. Bipolar kah? tanya Eliza dalam hatinya. Merasa bingung saja dengan perubahan ucapan bosnya tersebut.

"Emm ... iya, terima-terima saja si, Pak. TAPI," sebelum Dominic mengangkat suara, Eliza lebih dulu menempelkan jari telunjuknya di bibir Dominic.

Pria dewasa itu merasakan rasa hangat menempel di bibirnya. Mengecupnya tiba-tiba yang membuat Eliza menarik tangannya cepat.

"T-tapi, tapi, bapak harus terima jika saya tidak bisa membalas perasaan cintanya bapak."

Dominic mengernyitkan dahi halus.

"Saya sudah punya pacar, Pak. Lagi pula bapak sudah tahu itu kan tadi siang? Jadi jika bapak mencintai saya, saya berterima kasih kepada bapak, tapi maaf saya tidak bisa membalas cinta bapak."

Dominic terdiam. Tertampar oleh jawabannya Eliza. Tidak mau ketahuan, ia beralibi saja berpura-pura latihan.

"Apakah ucapan saya sudah cukup meyakinkan untuk menyatakan cinta saya kepada Aura?"

Siapa saja random jika sedang seperti ini, batin Dominic tak ingin ketahuan jika ia cukup tertampar oleh ucapannya Eliza.

"Maksud bapak?"

"Iya, ucapan saya tadi sudah cukup meyakinkan tidak untuk menyatakan cinta saya kepada Aura?"

Eliza terdiam. Mengulum bibirnya malu. Astaga bisa-bisanya lagi kamu Eliza, gumamnya dalam hati kembali merutuki dirinya sendiri.

"S-sudah, Pak. Meyakinkan sekali."

"Sampai kamu pun mengiyakan ucapan saya, padahal itu bukan untuk kamu," sahut Dominic cepat.

"I-iya, Pak. Bapak memang jagonya untuk menyatakan cinta," sindir Eliza halus. "Siapa juga si, Pak, yang tidak mau menerima ucapan cintanya Bapak. Semua wanita di seluruh dunia juga pasti mengiyakan mau."

"Termasuk kamu yang sudah punya 'pacar' sekalipun."

Eliza terkesiap. Sial Pak Dominic memang menjebak, batin Eliza.

"I-iya, biasa saja dong Pak bilang pacarnya kenapa seperti yang tidak suka," jawab Eliza.

"Memang saya tidak suka." Dominic menjawab mantap.

"Kenapa?" Eliza menatap Dominic yang sudah menatapnya lebih dulu dengan dahi mengernyit.

"Terserah saya saja mau suka atau tidak. Itu hak saya. Kamu bisa apa?"

𝐍𝐀𝐔𝐆𝐇𝐓𝐘 𝐁𝐎𝐒𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang