CHAPTER 1

2.6K 377 12
                                    

Terima kasih kepada kalian yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini.

Semoga terhibur....

Luangkan waktu untuk Vote dan Komen jika kalian suka dengan cerita nya..


-


"Becky.... bisakah kau berhenti memakan itu?"


Heng menegur adik sepupunya yang sedari tadi asik memakan makanan kucing yang di jual di pet shop miliknya. Namun Becky sama sekali tidak menghiraukannya dia tetap saja mengambil makanan kucing yang memang di jual secara kiloan itu.


Bahkan tak jarang kucing liar mampir untuk memakan makanan itu karena memang karung makanan tersebut di biarkan terbuka begitu saja di dalam toko. Berbeda dengan makanan lainnya dengan merek tertentu yang di susun rapi di rak etalase.

Ibu Heng merupakan kakak dari ayah Becky, sehingga dia juga mengalami kutukan yang sama dengan gadis yang masih asik memakan makanan kucing itu. Sesekali Becky juga menyapa beberapa hewan peliharaan milik pelanggan mereka yang dititipkan di toko itu selama pemiliknya pergi ke luar kota.


Pria jangkung itu akhirnya menghela nafas pasrah, sepertinya dia salah membiarkan adiknya bekerja di toko miliknya. Namun apa yang bisa dia lakukan, untuk saat ini hanya pekerjaan seperti ini yang aman bagi Becky.


Tak lama setelah itu salah seorang pengunjung datang membawa seekor anjingnya. Namun tiba-tiba saja anjing milik pelanggan itu menatap Becky dengan tatapan yang disertai kebencian.


"Haii anjing tampan, siapa namamu?" Sapa Becky sambil mengusap-usap kepala anjing itu.


"Namanya Woody Khun." Jawab sang pemilik.


"Bagaimana kau bisa tahu kalau Woody anjing jantan? Biasanya jika aku membawanya ke toko lain mereka selalu mengatakan Woody anjing yang cantik." Pemilik itu bertanya sekali lagi, karena selama ini orang-orang sering salah menganggap anjing miliknya adalah betina karena bulu-bulu nya yang begitu terawat dan sangat cantik.



"Itu mudah, lihatlah wajah tampan ini." Becky kembali mengusap kepala anak anjing itu. Seketika anjing itu menjadi lebih tenang dan tidak menunjukan perlawanan apapun seperti sebelumnya.



"Ngomong-ngomong ada yang bisa di bantu Khun?" Tanya Becky.



"Aah... Aku harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan selama beberapa hari, jadi aku berencana untuk menitipkan Woody disini."



"Baiklah, kamu hanya perlu mengisi formulir ini dan jangan lupa meninggalkan semua keperluan anjing tampan ini."



Becky menyerahkan secarik kertas pada pelanggan itu dan mengarahkannya ke meja kakak sepupunya. Sementara Becky langsung membawa anak anjing itu ke ruangan untuk penitipan hewan.



"Haii jagoan? Kenapa kau tadi tampak tak suka padaku?"



"GUK-GUK"



"Aah... Begitu ya... Aku paham, aku juga akan kesal jika aku jadi kau."



"GUK-GUK"


"Haha... Kau pandai menggoda, sudah berapa betina yang kau rayu? Huh?"



"GUK!!"



"Sudahlah, aku tidak akan tertarik padamu. Nah itu akan jadi kamarmu selama pemilikmu pergi ke luar kota."



Becky menaruh anak anjing itu dengan hati-hati di kandang dan menutupnya kembali. Tak lupa Becky mengusap kembali kepala anak anjing itu sebelum meninggalkan ruangan penitipan tersebut.


***




"Apakah setelah ini masih ada pasien Sus?"



Freen bertanya pada perawat yang berdiri di sebelahnya sambil memegang iPad yang berisikan daftar janji temu dengan pasien hari ini.



"Pasien barusan adalah pasien kita yang terakhir hari ini Dok." Jawab perawat tersebut.



Freen melepaskan jas dokter nya dan menggantungnya di sandaran kursi nya. Sesekali dia meregangkan otot-otot tubuhnya setelah seharian bekerja di klinik kesehatan hewan miliknya.



"Kau boleh pulang sekarang, aku rasa kita akan selesai praktek lebih awal hari ini. Aku sangat lelah."



"Baiklah Dok, kalau begitu saya permisi dulu."



Freen merupakan seorang dokter hewan yang cukup terkenal di kota itu. Namun dia memiliki kehidupan yang biasa-biasa saja bahkan terkesan monoton. Sehari-hari Freen hanya pergi bekerja dan menghabiskan waktu luangnya di rumah untuk sekedar membaca buku atau bersih-bersih di apartemennya.



Dokter muda itu bahkan tidak memiliki banyak teman. Dia hanya memiliki satu sahabat yang sudah berteman semenjak mereka masih duduk di bangku SMA.



Setelah menutup kliniknya, Freen menaiki mobilnya dan menyalakan mesinnya. Dia memijat sedikit keningnya sambil menatap lurus ke depan. Kemudian dia memasang sabuk pengamannya dan mulai menjalankan mobilnya.



"Masih pukul 7 malam, akan sangat membosankan jika aku langsung pulang sekarang." Batin Freen.



Freen mengarahkan mobilnya menujunya rute yang lebih jauh dari biasanya. Sehingga ia akan menghabiskan waktu lebih lama di perjalanan.


This Naughty CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang