11🌼

94 13 0
                                    

Pregnant

*****

Sudah tiga hari, Renjana tidak masuk kantor setelah pulang dari Bali, ia demam dan juga muntah-muntah, Bayu menyarankan agar Renjana memeriksakan keadaannya ke dokter namun Renjana menolak dengan alasan ia benci bau rumah sakit dan juga bau obat-o...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah tiga hari, Renjana tidak masuk kantor setelah pulang dari Bali, ia demam dan juga muntah-muntah, Bayu menyarankan agar Renjana memeriksakan keadaannya ke dokter namun Renjana menolak dengan alasan ia benci bau rumah sakit dan juga bau obat-obatan, selama dua hari juga Bayu dengan setia menemani wanita itu di Apartemennya, Renjana juga berpesan agar Bayu tidak perlu memberitahukan hal ini kepada orang tuanya karena tidak ingin Ayah dan Ibunya sampai khawatir.

"Gimana kalau aku panggil Mbak Bunga aja?" Bayu menyarankan, Bunga adalah kakak perempuan Bayu yang berprofesi sebagai dokter.

"Nggak usah,  Mbak Bunga cerewet ntar dia ngelarang aku makan makanan kesukaanku lagi" Tolak Renjana cepat, ia sangat hafal watak kakak sepupu tertuanya itu.

"Kalau nggak berobat kamu nggak bakalan sembuh"

"Aku udah sering demam kok Kak, nggak minum obat juga tetap sembuh aku cuma butuh istirahat"

"Gimana mau sembuh kalau kamu nggak makan" Bayu merasa frustasi.

Bayu kembali menyentuh kening Renjana, demamnya belum juga turun padahal sudah di kompres berkali-kali.

"Aku nggak tega lihat kamu kesakitan, kalau bisa biar aku aja"

Renjana tersenyum lebar mendengar hal itu.

"Aku beruntung punya Kak Bayu"

"Kamu lagi sakit tapi sempat-sempatnya aja ngegombal" Bayu memang tidak bisa marah pada Renjana.

"Kak Bayu tenang aja, besok aku pasti udah sembuh" Renjana menghela napas, ia berusaha kuat walau akhir-akhir ini, ia memang merasa aneh dengan tubuhnya, bahkan Renjana sudah memikirkan kemungkinan terburuk.

Bayu tidak bisa berlama-lama melihat Renjana terbaring di ranjang jadi tanpa persetujuan wanita itu, ia menelpon Bunga dan memintanya datang ke Apartemen Renjana saat Renjana sudah terlelap.

Renjana kembali terbangun saat merasa seseorang menyentuh tubuhnya, Ia tentu saja kaget melihat kedatangan Bunga yang sama sekali tidak ia harapkan.

"Kak Bunga" Renjana mengucek mata.

"Tenang aja nggak bakalan ku suntik kok" Renjana akhirnya pasrah, melihat kondisi Renjana, Bunga hanya bisa menghela napas, ia melirik tajam Bayu yang sedang ada di samping Renjana, melihat perubahan raut wajah kakaknya membuat Bayu penasaran.

"Apa yang terjadi Mbak?" Tanya Bayu yang level penasarannya melebihi level penasaran Ibu-ibu saat melihat tetangganya bertengkar.

"Kamu istirahat aja, biar aku bicara sama Bayu"

Renjana mengangguk lemah syukurlah ia tidak di suntik seperti yang ada di pikirannya sejak tadi.

Bunga sudah mengepalkan tinjunya dan belum sempat Bayu duduk, wanita itu sudah memberikan pukulan di kepala adik satu-satunya itu.

"Anak nakal!!" Kesal Bunga.

"Apasih Mbak?" Bayu yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menghindari pukulan-pukulan yang di berikan oleh Bunga.

"Seneng kamu liat orang menderita?"

"Mbak Bunga ngomong apasih?"

"Jana itu demam gara-gara kamu tau nggak?"

"Aku?" Bayu menunjuk dirinya sendiri.

"Setakut itu kamu nggak di restuin sampai bikin anak orang hamil?"

Bagai di sambar petir, Bayu terdiam mendengar kata hamil. Ia dan Renjana sama sekali tidak pernah berhubungan badan jadi jelas sekali bahwa Renjana mengandung anak pria yang sudah beristri itu.

"Kenapa? kaget?" Bunga geleng-geleng kepala.

"Selamat Bayu Natanagara anda akan segera menjadi Ayah, lagi dan lagi kamu ngelangkahin kakak kamu ini"

Bayu memaksakan senyum, mungkin ini adalah jalan baginya agar ia bisa segera menikahi Renjana, bukan kabar buruk juga walau sakit untuk menerima kenyataan bahwa wanita yang ia cintai sedang mengandung anak orang lain namun Bayu berjanji akan tetap berada di samping Renjana, Ia akan mencintai bayi Renjana sama seperti anak kandungnya sendiri, Bayu menggenggam erat secarik kertas berisi resep vitamin untuk Ibu hamil yang diberikan oleh Bunga.

"Kak Bunga bilang apa?" Renjana meneguk ludah saat Bayu kembali ke dalam kamar.

"Katanya kamu cuma butuh istirahat"

Renjana mengeluarkan sesuatu dari balik selimut, dua buah testpack dengan dua garis merah. Keduanya menunjukkan hasil positif.

"Kamu udah tahu?"

"Awalnya aku nggak mau percaya tapi melihat ekspresi kakak kayaknya ini benar"

Bayu segera menghampiri Renjana dan menarik wanita itu ke dalam pelukannya.

"Nggak akan ada yang berubah Renjana, aku nggak peduli kamu hamil anak siapa, aku tetap sayang sama kamu"

Hati Renjana merasa sesak, di satu sisi ia merasa bersalah pada Bayu tapi di sisi lain ia merasa bahagia ada kehidupan lain di dalam dirinya dan kehidupan lain itu adalah hasil cintanya dengan Nando. Sepertinya Tuhan memang tidak memberikan ia ijin untuk melupakan pria itu.

"Aku akan segera menikahi kamu, Kak Bunga udah tahu dan dia memberikan selamat karena aku akan segera menjadi seorang Ayah"

Renjana melepas pelukan, ia menatap wajah kakak sepupunya dengan sendu. Ini bukan takdir yang ia inginkan, Renjana ingin menulis takdirnya sendiri dan ia tidak berharap menikah dengan Bayu akan menjadi bagian dari takdirnya. Sampai detik ini orang yang Renjana inginkan adalah Nando. Hanya pria itu, bisakah Tuhan mengembalikan Renjana ke masa lalu agar ia bisa menulis ulang takdirnya?

Jika waktu bisa diulang kembali, Ia tidak akan pernah mengizinkan Nando meninggalkannya, sekali saja ia akan bersikap egois untuk membiarkan Nando menentang keinginan orang tuanya untuk menolak perjodohan demi cinta mereka berdua.

"Aku nggak bisa nikah sama kakak" lirih Renjana akhirnya, Bayu terdiam bahkan di situasi seperti ini Renjana masih menolak dirinya.

"Kenapa? Apa kamu pikir aku akan nyakitin anak kamu? Apa kamu pikir aku akan menjadi Ayah yang buruk?"

Renjana menggeleng.

"Aku nggak mau nyakitin kakak, aku nggak mau ngerusak hubungan keluarga kita"

"Kamu nggak nyakitin aku, aku justru akan bahagia jika kamu mau menikah sama aku dan keluarga kita akan turut berbahagia, tidak akan ada yang berubah kita semua akan menjadi keluarga paling bahagia di dunia ini"

"Aku nggak mau hidup dalam rasa bersalah, aku nggak mau ngecewain Mama Airin"

"Ini rahasia kita Jana sampai kita mati, tidak akan ada yang tahu bahwa janin yang ada dalam rahim kamu, bukan anak kandung aku"

Renjana menggigit bibir. Ia bingung, otaknya mendadak kosong ia bahkan tidak bisa berpikir lagi.

 Ia bingung, otaknya mendadak kosong ia bahkan tidak bisa berpikir lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen💛

-Nana🕊

RENJANA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang