14🌼

88 9 0
                                    

Bitch?!

*****

Sudah lima hari Nando meninggalkan pekerjaannya di Padang untuk menemui Renjana yang akan segera menikah dengan Bayu, ia benar-benar melupakan segalanya saat tahu bahwa Renjana akan menikah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lima hari Nando meninggalkan pekerjaannya di Padang untuk menemui Renjana yang akan segera menikah dengan Bayu, ia benar-benar melupakan segalanya saat tahu bahwa Renjana akan menikah.
Ia tidak ingin wanita yang ia cintai menikahi orang lain, tapi ia juga tidak bisa menghentikan Renjana.

Masih tergambar jelas raut wajah kesedihan Jana saat harus melepasnya pergi, wanita itu sama terlukanya dengan dirinya. mereka ingin bersama namun takdir tak mengizinkan.

Nando mengusap kasar air matanya yang tidak terasa menetes, saat ia sudah sampai ke Bandara, bayangan tentang kebersamaannya dengan Jana beberapa hari ini begitu membekas dalam benaknya, bagaimana Jana tertawa, setiap sentuhan yang di berikan oleh wanita itu membuat darahnya berdesir cepat, suaranya, senyumnya dan tingkah lucunya akan selalu Nando simpan dalam otaknya.

Beberapa hari ini, ia diam-diam selalu menemui Jana di apartemen, wanita itu juga tidak mengusirnya, mereka saling menerima, anggap saja bahwa itu akan menjadi hadiah terakhir dalam perkenalan keduanya.

Karena sebentar lagi Jana juga akan melepas masa lajangnya, ia tidak akan bebas menemuinya seperti sebelumnya.

Malam ini, setelah memberikan makan malam untuk Jana, Nando bersiap untuk kembali ke Padang, ia harus kembali ke kenyataan bahwa dirinya juga bukan lagi seorang lajang, Arsyila sudah menghubunginya nyaris ratusan kali namun tidak satupun panggilan yang ia jawab.

Nando sampai di rumah saat jam menunjukkan pukul sembilan malam, rumahnya sepi namun ia memiliki kunci cadangan, mungkin Arsyila masih tinggal dirumah Ibunya, Nando tidak mau tahu lagipula dia tidak peduli.

Nandopun segera masuk ke dalam rumah, ia menyeret koper dan masuk ke dalam ruang kerjanya, hanya dia dan Arsyila yang tahu bahwa ada kamar tersembunyi di dalam ruang kerja itu dan sudah beberapa hari Nando tidur disana, sejak tahu bahwa Arsyila mengandung ia justru menjaga jarak dengan wanita itu.

Kehamilan Arsyila adalah kecelakaan bagi Nando, malam itu ia mabuk dan mengira Arsyila adalah Renjana, ia tidak memakai pengaman dan menyimpan cairan cintanya di dalam rahim sang istri.

Nando sama sekali tidak pernah berharap memiliki anak dengan wanita yang tidak ia cintai, itu sebabnya Arsyila baru hamil setelah dua tahun menikah.

Jika dalam mode warasnya, Nando akan menyetubuhi istrinya dengan menggunakan pengaman, baginya Arsyila hanyalah wadah untuk memuaskan nafsunya.

Selama ini Arsyila begitu sabar menghadapi suaminya, hampir setiap saat mereka bertengkar dengan alasan yang sama. Karena mantan kekasih Nando.

Nando seakan tidak punya hati, ia selalu saja mengatakan bahwa ia menyesal menikahi Arsyila, ia hanya menginginkan mantan kekasihnya.

"Istri mana yang akan betah jika mendengar hal semenyakitkan itu?"

Istri seperti Arsyila jawabannya, ia begitu tenang mendengar cerita-cerita romantis tentang Nando dan juga mantan kekasihnya yang sampai detik ini Arsyila tidak tahu siapa namanya, Arsyila sudah mencoba bertanya pada teman-teman Nando namun mereka juga tidak mengetahuinya, Nando juga tidak pernah menyebutnya.

Nando hanya terus mengatakan bahwa sampai mati, hati dan perasaannya hanya untuk wanita itu.

Arsyila tidak peduli selama Nando masih bersamanya namun beberapa bulan belakangan ini, suaminya menggila, Nando dan mantan kekasihnya bertemu lagi.

Arsyila tahu karena setelah pulang dari pekerjaannya di Jakarta, Nando semakin tidak ingin dekat dengannya, apalagi saat Nando tahu bahwa dirinya sedang hamil.

Baru saja Nando merebahkan kepalanya di atas bantal, Arsyila datang dan membuat Nando terpaksa duduk setelah mengucek mata.

"Udah pulang?"

"Hm"

"Gimana ketemuannya, lancar?" Arsyila masih mencoba untuk menahan diri.

"Aku baru pulang kerja, capek tau"

"Kerja atau selingkuh?" Arsyila tertawa miris.

"Kamu ngomong apa sih?"

"Hampir seminggu kamu disana, kamu nggak pernah jawab telpon aku"

"Karena aku sibuk"

"Bohong! Kamu habis nemuin dia lagi kan? Sama kayak hari itu, kamu reunian dan ketemu sama dia" Tanya Arsyila yang sudah siap meledak marah.

"Hari itu aku kerja dan sekarang aku baru pulang kerja, kamu kayaknya nggak senang lihat aku ada di rumah, aku kerja demi kamu!" Nando tidak segan-segan lagi untuk meninggikan nada suaranya.

"Selalu aja alasannya kerja, aku tau kok, kalo beberapa hari ini kamu nggak ada pekerjaan di Jakarta, aku datang ke kantor tapi jadwal kamu ke Jakarta itu nggak ada, kamu malah ninggalin pekerjaan demi wanita itu!"

Setiap kali Nando pergi, ia selalu beralasan bahwa ia memiliki pekerjaan di luar kota namun ternyata pria itu malah menemui mantan pacarnya.

"Lalu kenapa?" Tanya Nando santai.

Kalau Arsyila sudah tahu semuanya ,dia tidak perlu menyembunyikan hal itu lagi karena sejak awalpun Arsyila juga tahu bahwa Nando belum bisa melupakan masa lalunya, salahkan saja Arsyila yang menerima lamaran Nando waktu itu.

"Kamu selalu bohong soal pekerjaan, kamu ke Jakarta hanya untuk nemuin dia" Tangis Arsyila pecah.

"Nggak usah banyak drama deh Ar" Nando benar-benar muak dengan tangisan Arsyila.

"Aku lagi hamil Nando, ini anak kamu, kenapa kamu tega?"

"Tidak akan ada yang berubah walaupun sekarang kamu hamil, itu kesalahan! aku benar-benar berharap anak itu nggak lahir ke dunia ini"

Hati Arsyila bagai di remas.

"Kamu benar-benar berubah" Lirih Arsyila.

"Aku masih sama! Nggak ada yang berubah, aku nikahin kamu karena orang tuaku dan apapun yang terjadi sekarang itu karena salahmu yang nggak nolak perjodohan ini"

"Karna aku mencintai kamu Nando, aku bersyukur kita bisa menikah"

"Tapi aku nggak! Jadi jangan mengharapkan kebahagiaan dari cinta yang cuma sepihak ini"

Arsyila benar-benar akan kehilangan akal karena tingkah gila suaminya.

"Apa hebatnya sih jalang itu?" Tanya Arsyila akhirnya.

Nando menatap marah ke arah Arsyila, berani sekali Arsyila mengatai Renjana jalang.

"Jaga ucapan kamu! Dia bukan jalang, aku peringatkan jangan pernah kamu menyebut dia jalang lagi atau aku nggak segan-segan buat nyakitin kamu, ingat itu baik-baik" Nando menarik jaket kulitnya lalu meninggalkan Arsyila yang shock berat.

"Aku akan mencari tahu siapa perempuan yang udah berani gangguin suami aku" isak Arsyila dengan raut wajah marah.

Jangan lupa vote dan komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen

-Nana🕊

RENJANA (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang