🍩🍩🍩
Aku tidak akan membiarkan rasa takut itu selalu mengganggumu. Karena, aku akan berusaha melindungi serta menjagamu. Sehingga, bisa hidup lebih tenang. Tak ada ketakutan menyelimuti hidupmu. Aku akan memastikan sebuah ketenangan dan kebahagiaan selalu ada untukmu.
🍩🍩🍩
Divya kembali menatap Radeya. Masih mencoba mencerna maksud perkataan cowok yang sekarang menjadi bodyguard-nya itu. "Gue masih nggak tau maksud omongan lo apa?"
Radeya menghela napas, sepertinya sudah salah menduga bila ingatan Divya kembali. Mungkin, ia terlalu hal itu terjadi. "Sori... Gue pikir, tadi ingatan lo udah balik. Soalnya, tau rasa es krim kesukaan gue dari kecil. Ternyata, gue salah sangka."
Divya menatap Radeya, "Gue pilihan lo es krim rasa Cokelat, soalnya kebanyakan orang suka rasa itu dibanding rasa yang lain. Hm... Soal gue yang hilang ingatan, pasti Papa yang cerita ke lo, ya?"
Radeya kembali terdiam, sepertinya memang Divya sama sekali belum mengingat sebagian masa lalunya. Terbukti, gadis itu menduga bila dirinya diberitahu mengenai informasi amnesia Divya dari Wirawan. "Iya."
"Sebenarnya lo siapanya gue? Soalnya, tadi lo ngira milihin es krim rasa favorit lo dari kecil?" Kali ini, Divya-lah yang merasa penasaran dengan sosok Radeya. Yang seakan sudah mengenalnya dari lama. Namun, ia tak mengingat bila pernah bertemu dengan Radeya.
Radeya bingung harus menjawab apa pertanyaan dari Divya. Karena, tahu yang mungkin terjadi bila gadis di hadapannya itu mengetahui identitas aslinya. Terlebih, itu akan mempengaruhi psikis Divya. Ia tak mau, bila keadaan memburuk.
"Hm ... Udah mau sore, mending kita pulang aja." Radeya berusaha mengalihkan pembicaraan. Agar, Divya tak semakin banyak bertanya mengenal masa lalunya.
Divya terdiam, sadar bila Radeya sengaja mengalihkan pembicaraan. "Gue mau bagiin es krim ini ke anak-anak yang ada di sebelah sana."
"Oke. Kalo gitu, gue bakalan ikut kemanapun lo pergi." Radeya memang mempunyai tugas untuk mengawasi dan melindungi Divya di manapun.
Divya menghela napas, sudah bisa menebak bila Radeya pasti akan mengekori dirinya kemanapun dia pergi. "Terserah lo aja, deh. Lagian, gue larangpun lo tetap ngikutin gue."
Radeya tersenyum, mendengar penuturan yang keluar dari mulut Divya. Ia bisa melihat sedari tadi Divya sudah kesal dengan dirinya. Namun, melindungi serta mengawasi gadis itu sudah menjadi tugas Radeya. Ia tak merasa keberatan, karena itu juga merupakan keinginan dirinya selama masih tetap berada di dekat Divya.
Divya melangkah pergi untuk menuju anak jalanan yang terlihat sedang duduk beristirahat. Ia menghampiri, lalu memberikan satu persatu es krimnya kepada semua anak jalanan itu. Hatinya merasa tersentuh melihat perjuangan anak-anak di sana. Karena, harus mengamen untuk bisa bertahan hidup. Ia bersyukur, terlahir dari keluarga yang cukup berada.
"Makasih, Kak." Anak-anak itu tersenyum, sembari menerima es krim dari Divya.
Divya tersenyum senang, bisa berbagi kebahagiaan dengan anak jalanan itu. Karena, sedari dulu ia diajarkan untuk berbagi kepada orang yang membutuhkan.
"Iya sama-sama, dimakan ya es krimnya. Maaf... Kakak cuma bisa kasih es krim aja. Lain kali, kasih yang lebih baik dari ini. Semangat ya, Adek-Adek." Divya kembali menyunggingkan senyum kepada anak-anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Fault [SELESAI]
Teen Fiction"Jika hidup di dunia ini penuh rintangan serta berliku. Maka, kamu hadir seperti pelangi yang diciptakan untuk memberi warna setelah hujan." Sebuah musibah terjadi karena adanya takdir. Tak perlu menyalahkan diri sendiri. Karena, itu bisa saja membu...