[20] Kemungkinan

23 20 0
                                    

🍩🍩🍩

Ada kemungkinan orang terdekat yang menyebabkan adanya sebuah masalah. Bahkan, bisa saja menjadi dalang dalam masalah itu. Jadi, tak ada salahnya mencuriga apa yang menurut kita terlihat sedikit aneh serta berbeda. Karena, itu bentuk sebuah kewaspadaan. Kita perlu memiliki hal itu. Agar, bisa melindungi diri sendiri.

🍩🍩🍩

Dia cenayang atau apa, sih? Kok bisa tau isi kepala gue.

Paradoks tersenyum, sembari masih memperhatikan Radeya. Karena, sejujurnya ia bisa mendengar isi hati seseorang. Dan, tahu apa yang sedang dipikirkan orang lain. Kemampuan itu, didapatkannya secara tidak terduga. Disaat dirinya diambang antara hidup dan mati. Awalnya, ia kaget sadar memiliki kelebihan itu. Namun, di sisi lain itu bisa jadi adanya faktor keturunan dari Papanya. Sehingga, ia sekarang sudah terbiasa kemampuan istimewanya itu.

"Bener kan tebakan gue? Jadi, kita mau mulai dari mana?" Paradoks tersenyum, memastikan hal apa yang akan dilakukannya. Agar, bisa membantu masalah yang dialami oleh Radeya. Meskipun, sebenarnya sudah mengetahui masalah cowok itu. Akan tetapi, Paradoks akan berpura-pura belum mengetahuinya. Karena, tak mau Radeya curiga dengan kelebihan yang dimilikinya.

Radeya menghela napas, terlalu banyak memikirkan hal yang bukan menjadi tujuannya saat bertemu Paradoks. Karena, sedari tadi justru seperti penasaran dengan latar belakang Paradoks tanpa sadar.

"Iya. Tebakan lo benar, Paradoks." Radeya membalas perkataan Paradoks.

"Santai aja kali, panggil aja gue Parad, Rad, atau Doks. Nggak usah selengkap itu. Kesannya lo canggung banget sama gue." Paradoks tak berhenti menyunggingkan senyum. Tahu, Radeya cukup canggung berbincang dengannya.

"Oke. Kalo gitu, kita lanjut ngobrol di tempat lain aja. Biar lebih nyaman, lo setuju, kan?" Radeya memperhatikan area sekitar. Tidak etis mengobrol di depan sekolah. Terlebih, di sana merupakan tempat umum.

"Mending kita ke Kafe Pelangi aja. Kebetulan nggak terlalu jauh dari sini. Gue ambil mobil dulu. Lo tunggu di sini aja, nanti sekalian bareng sama gue." Paradoks memberi ide serta saran kepada Radeya. Kemudian, ia melangkah pergi meninggalkan Radeya. Karena, harus mengambil mobilnya terlebih dahulu di parkir sekolahnya. Tahu bila, cowok yang merupakan teman barunya itu ke sekolahnya menggunakan angkutan umum.

Lima menit kemudian, mobil Paradoks berhenti tepat di depan Radeya. Paradoks menurunkan kaca mobilnya.

"Ayo... Masuk." Paradoks menyuruh Radeya untuk naik ke dalam mobil miliknya. Karena, mereka akan pergi ke Kafe Pelangi, yang tak jauh dari SMA Sky Dream.

"Thanks." Ucapan itu terlontar dari mulut Radeya.

"Iya sama-sama. BTW... Kayaknya masalah teror lo itu cukup berat, ya?" Paradoks memulai pembicaraan dengan Radeya. Agar, suasana dalam mobil tidak ada kecanggungan.

"Iya. Menurut gue lumayan berat. Makanya, mau minta bantuan ke lo. Karena, gue rasa lo bisa kasih solusi buat gue nyelesaiin masalah yang ada." Radeya mengungkapkan apa yang menjadi tujuannya bertemu Paradoks.

Paradoks tersenyum, tak habis pikir Radeya seperti langsung mempercayai bila dirinya bisa membantu cowok itu. "Semoga aja, gue bisa bantu lo, ya. Walaupun, mungkin gue nggak bisa kasih banyak, sih. Soalnya, masalah itu harus diselesaikan secara total sama lo sendiri, De."

Not Your Fault [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang