[16] Mencari Bukti dan Pelaku Teror

27 20 0
                                    

🍩🍩🍩

Tidak akan gampang menemukan buktinya. Namun, aku akan berusaha semaksimal mungkin. Agar, hidupmu bisa lebih tenang. Karena, itu adalah salah satu tujuanku selalu ada di sampingmu. Memastikan segala kebahagiaan kamu rasakan. Tak ada lagi, sebuah ketakutan dan kesedihan dirasakan.

🍩🍩🍩

Divya masih di area koridor sembari melangkah menuju ke kelasnya. Sesekali gadis itu mencoba tersenyum kepada siswa maupun siswi yang dikenal serta mengenalnya. Ia tak mau bila dianggap acuh. Meskipun, perasaannya sedang tidak baik-baik saja. Akan tetapi, ia harus sopan pada orang lain.

Sebenarnya, Divya tak sepenuhnya marah kepada Radeya. Hanya saja, ingin memiliki waktu yang tidak diawasi oleh cowok yang ditugaskan untuk menjaganya. Walaupun, ia tahu semua itu dilakukan demi kebaikan dirinya. Namun, ia selalu merasa tak nyaman.

Setelah menyusuri koridor, Divya sekarang sudah sampai di kelasnya. Tanpa diduga, saat tak sengaja tangannya ingin meletakan tas miliknya pada laci meja menemukan sebuah benda.

"Akh..." Divya berteriak cukup keras, membuat beberapa siswa maupun siswi menoleh ke arah gadis itu. Kemudian, beberapa siswi mulai mendekati Divya. Memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Tak disangka ada sebuah boneka yang terlihat tertusuk pisau belati. Dan, lebih mengerikannya lagi di boneka itu terdapat foto Divya. Lebih tepatnya, foto itulah yang ditusuk oleh pisau.

Tubuh Divya mulai bergetar sekaligus mengeluarkan keringat dingin. Tanda bila gadis itu merasa ketakutan. Seisi kelas Divya-pun kaget melihat benda aneh dan menakutkan itu.

"Lo harus tenang, Div." Gia berusaha menenangkan Divya. Tahu, sahabatnya itu sedang merasa takut setelah mendapatkan benda yang seakan mengancamnya.

"Iya. Bener kata Gia, ada kita dan yang lain di sini, Div. Jadi, jangan takut ya." Sherly ikut menenangkan seperti Gia. Tak tega, melihat kondisi Divya yang ketakutan.

"Tolong... Panggilin Kak Radeya dong." Sherly melirik teman-teman kelasnya. Meminta bantuan, agar segera ada yang memberitahu kondisi Divya pada Radeya. Karena, Sherly tak ingin keadaan sahabatnya semakin parah. Percaya bila Radeya bisa menenangkan Divya. Sahabatnya.

Salah satu siswa teman sekelas Divya langsung melangkah pergi keluar kelas untuk mencari sosok Radeya. Seperti yang diperintahkan oleh Sherly.

Gia masih terus menenangkan Divya. Berharap, kondisi sahabatnya tidak semakin parah. Juga, Sherly melakukan hal yang sama seperti Gia. Tak ingin rasa takut serta trauma Divya semakin parah. Karena, kedua sahabat Divya itu cukup mengetahui kondisi Divya.

Lima menit kemudian, Radeya berlari tergesa-gesa memasuki kelas Divya. Rasa khawatir menghinggapi cowok itu. Apalagi, teror yang ditujukan Divya semakin parah. Sampai-sampai sekarang sudah berani mengirim teror ke area sekolah.

Sesampai di dalam kelas Divya. Radeya sedikit lega, karena teman-teman Divya cukup memberikan perhatian serta menenangkan kondisi Divya. Meskipun, ia bisa melihat raut ketakutan mendominasi pada Divya.

Kemudian, Radeya memperhatikan benda yang merupakan boneka yang ditusuk pisau belati. Ia benar-benar tak menyangka, teror itu berani memasuki area sekolah. Ia pikir, ini sudah sangat keterlaluan.

Kurang ajar. Gue harus secepatnya nemuin pelaku teror itu.

Radeya memperhatikan kondisi Divya yang masih berusaha ditenangkan oleh Gia serta Sherly.

Not Your Fault [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang