🍩🍩🍩
Memastikan keadaanmu dalam kondisi baik-baik saja adalah tugasku. Jadi, aku harap kamu selalu pada pengawasan diriku. Karena, kamu salah satu hal terpenting di hidupku.
🍩🍩🍩
"Udah. Kita kan satu kelas, jadi kenalnya sebatas teman sekelas aja, sih." Karin tersenyum, menjawab pertanyaan dari Sherly. Sembari, diam-diam melirik ke arah Radeya yang terlihat takut bila orang-orang tahu mereka berdua sudah saling mengenal sebelumnya.
"Oh gitu... Pantesan aja." Sherly paham dengan apa yang dikatakan oleh Karin. Sehingga, Karin dan Radeya terlihat dekat. Ternyata, karena keduanya adalah teman sekelas di SMA Citra Pustaka.
Karin tak berhenti menyunggingkan senyum. Terlebih, gadis itu juga merupakan salah satu murid terpopuler di sekolah itu. Tak hanya itu, Karin juga termasuk primadona sekolah tidak berbeda dengan Divya.
"Gue duluan, ya. Oh ya... Radeya mau bareng nggak?" Karin menatap ke arah Radeya, yang ada di sebelahnya. Kemudian, beralih menatap Divya. "Nggak apa-apa, Div. Kalo misal, Radeya bareng gue?"
"Nggak apa-apa, kok, Kak. Silakan aja. Kenapa harus izin ke gue?" Divya menyunggingkan senyum, sembari mengatakan kalimat yang terdengar seperti kata sinis.
Karin tertawa kecil, tak menyangka Divya akan berkata seperti itu kepadanya. "Ya nggak apa-apa, sih. Kan, Radeya punya tugas jagain lo. Dia bodyguard lo, makanya gue bilang sekaligus izin sama lo."
"Jagain bukan harus selalu ngikutin dan dapat izin dari gue, kan? Lagian, dia tau posisi sekaligus situasi, kok." Divya kembali berbicara dengan Karin. "Gue juga, nggak pengin ngerasa terkekang diikuti dan jagain sama Kak Radeya."
"Oke. Jadi, keputusan ada di Radeya, kan?" Karin kembali memastikan hal itu,"Radeya, mau ke kelas bareng gue apa nggak, nih?"
Radeya menghela napas, sepertinya kondisi di sana mulai tidak kondusif. Ia paling tidak suka bila dalam situasi seperti itu. Sehingga, ia harus mengambil keputusan yang tepat. Agar, situasi serta kondisi semakin buruk.
"Lo duluan aja, Rin. Soalnya--"
"Kalo gitu, gue duluan, ya. Gue paham situasi, kok." Karin tersenyum, lalu melangkah pergi meninggalkan Radeya, Divya, Gia, dan Sherly.
Pandangan Radeya beralih menatap Divya, ia tahu bila gadis itu tak ingin selalu diikuti. Namun, tugasnya memang menjaga Divya. Sehingga, membuat dirinya harus selalu berada di dekat Divya. Meskipun, Divya tak menyukai keberadaannya. Akan tetapi, ia tak ingin mempedulikan hal itu. Karena, keselamatan Divya lebih penting dari segalanya.
"Harusnya lo bareng Kak Karin aja, gue nggak suka diikuti lo mulu. Ngerti nggak, sih!" Divya merasa kesal, dengan sikap Radeya yang selalu aja tak mau membiarkan dirinya mempunyai sendiri maupun dengan sahabatnya.
"Sori... Soalnya, tugas gue buat jagain lo. Kalo nggak dijalankan nanti dimarahin Om Wirawan. Jadi--"
Divya tersenyum sinis kepada Radeya. "Tenang aja, bokap gue bakalan tetap gaji lo, kok."
Radeya menghela napas, sepertinya Divya memang benar-benar menganggap dirinya bodyguard. Dan, ia merasa akan semakin susah mengembalikan sebagian ingatan Divya yang hilang. "Maksudnya bukan karena itu, tapi gue harus profesional dalam bekerja. Apalagi, hal buruk bisa terjadi kapanpun tanpa kita duga. Jadi, lebih baik--"
"Gue bisa jaga diri, bakalan baik-baik aja. Lagian, Papa bisa-bisanya percaya sama orang asing buat jagain gue!" Kesabaran Divya benar-benar diuji sejak kehadiran Radeya. "Ayo guys mending kita ke kelas aja, jangan ladenin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Fault [SELESAI]
Fiksi Remaja"Jika hidup di dunia ini penuh rintangan serta berliku. Maka, kamu hadir seperti pelangi yang diciptakan untuk memberi warna setelah hujan." Sebuah musibah terjadi karena adanya takdir. Tak perlu menyalahkan diri sendiri. Karena, itu bisa saja membu...