🍩🍩🍩
Bahaya akan selalu mengancam. Terlebih, jika ada sebuah kesempatan. Meskipun, itu sekecil apapun. Jadi, harus selalu terus waspada. Karena, kita tidak tahu bahaya apa yang sedang mengintai.
🍩🍩🍩
"Boleh nggak gue nebeng pulang bareng kalian? Soalnya, mobil gue lagi di bengkel." Karin mulai berbicara, serta meminta izin untuk ikut pulang bersama Divya serta Radeya.
Joko melirik ke arah Radeya dan Divya. Seakan memastikan keputusan apa yang akan diberikan.
Tak jauh berbeda dengan Joko, Radeya melihat ke arah Divya. Tahu, bila semua keputusan ada di tangan gadis itu.
"Oke. Ikut aja, lagian rumah kita searah sekaligus tetanggaan." Kalimat itulah yang keluar dari mulut Divya. Meskipun, ia tak begitu dekat dengan Karin. Namun, tak mungkin membiarkan tetangganya dalam kesulitan. Terlebih, mereka sudah lama saling mengenal.
Karin tersenyum ke arah Divya. "Makasih, Div."
"Iya sama-sama. Kita sebagai manusia harus saling membantu satu sama lain. Hal itu sudah menjadi kewajiban." Divya selalu menerapkan hal itu pada dirinya. Karena, teringat perkataan kedua orang tuanya.
"Sekali lagi, makasih, Div." Karin kembali mengucapkan rasa terima kasih kepada Divya. Kemudian, ia masuk ke dalam mobil Divya. Ia duduk di kursi kemudi sebelah Joko. Supir pribadi Divya.
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah masing-masing. Tidak terlalu banyak percakapan terjadi diantara mereka. Hanya ada beberapa percakapan antara Karin dan Radeya. Juga, Divya tak mau banyak mengobrol. Karena, ia ingin menenangkan dirinya.
Beberapa menit kemudian, mereka sampai di tempat tujuan. Karin benar-benar berterima kasih kepada Divya. Karena, sudah diizinkan ikut bersama gadis itu.
🍩🍩🍩
Keesokan harinya. Saat Divya baru sampai di sekolah. Tiba-tiba, Martin menghampiri Divya. Seperti ada hal yang ingin dibicarakan.
"Hai, Div. Nanti siang, lo ada waktu luang, nggak? Soalnya, gue pengin ngajak lo pergi ke mall lagi." Martin to the poin berbicara kepada Divya.
Divya terdiam sejenak, ia pikir tak ada salahnya menerima ajakan dari Martin. Karena, selama ini selalu aman saat bersama Martin. Kakak kelasnya. "Boleh, Kak."
"Gue boleh ikut, kan?" Tanpa diduga, perkataan itu keluar dari mulut Radeya.
Divya menghela napas, saat mendengar perkataan Radeya. Karena, cowok itu selalu ingin ikut campur dalam urusan pribadinya. Padahal, hanya pergi sebentar ke pusat perbelanjaan.
"Ngapain lo ikut, sih? Gue cuma pergi bentar sama Kak Martin. Jadi, mending nanti lo langsung pulang aja sama Pak Joko." Divya ingin memiliki waktu terbebas dari pengawasan Radeya. Karena, ia merasa Radeya terlalu mengkhawatirkan dirinya. Padahal, ia bisa menjaga dirinya sendiri.
"Tapi--"
"Please... Jangan terlalu khawatir dan posesif sama gue. Lo itu cuma bodyguard, lagian gue udah gede dan bisa jaga diri sendiri." Divya sedikit kesal kepada Radeya. Ia mengatakan itu, sembari menyakinkan bila dirinya akan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Fault [SELESAI]
Teen Fiction"Jika hidup di dunia ini penuh rintangan serta berliku. Maka, kamu hadir seperti pelangi yang diciptakan untuk memberi warna setelah hujan." Sebuah musibah terjadi karena adanya takdir. Tak perlu menyalahkan diri sendiri. Karena, itu bisa saja membu...