🍩🍩🍩
Semoga ke depannya, tidak ada lagi hal yang membuatku terlalu mengkhawatirkanmu. Karena, aku harap hidup kita berjalan lancar. Meskipun, sebuah jalan kehidupan pasti berliku.
🍩🍩🍩
Radeya dengan cepat memutuskan keluar dari mobil. Kemudian, berlari menuju ke arah Divya. Tanpa pikir panjang, ia langsung menarik tubuh Divya. Sehingga, sekarang keduanya tersungkur di tepi jalan.
"Lo nggak apa-apa, kan?" Radeya menanyakan keadaan Divya, yang tersungkur bersamanya. Ia sangat mengkhawatirkan Divya dibanding dirinya sendiri.
Divya terdiam memperhatikan Radeya, lalu beralih ke sekeliling mereka berdua. Ia merasa beruntung, ada Radeya yang tiba-tiba menolong dirinya. Kalau tidak, bisa saja nyawanya sudah melayang akibat tertabrak mobil.
Tidak mendapat balasan dari Divya. Cukup membuat Radeya khawatir. Terlebih, ia tahu bila Divya mempunyai trauma berat berhubungan dengan kecelakaan mobil.
"Ada yang luka apa nggak, Div?" Radeya kembali memastikan kondisi Divya. Karena, sedari tadi tak mendapatkan respon dari gadis itu. Rasa khawatir menghinggapi dirinya. Tak mau bila trauma Divya kambuh.
"Gue nggak apa-apa, kok. Kok, lo bisa di sini?" Divya merasa sadar bila tanpa diduga Radeya berada di sekitarnya. Padahal, ia sengaja tidak memberitahu maupun mengajak Radeya ke tempat itu. Sepertinya, ini ulah dari Joko. Supir pribadinya.
Mendengar hal itu keluar dari mulut Divya, membuat Radeya cukup lega. "Syukurlah kalo gitu. Lain kali, tolong jangan pergi sendirian lagi, Div."
"Bisa nggak sih biarin gue punya waktu sendiri. Lagipula, gue pergi buat ngerjain tugas kelompok. Jadi, kasih ruang gue sama teman-teman." Divya kesal, merasa Radeya terlalu overprotektif kepadanya. Tidak jauh berbeda dengan Wirawan.
"Sori... Gue cuma pengin pastiin keadaan lo baik-baik aja, Div." Perkataan itu selalu jujur keluar dari mulut Radeya. Ia ingin memastikan kondisi Divya aman.
Mengetahui kejadian dimana Divya akan tertabrak mobil. Membuat keempat teman Divya, menghampiri Divya dan Radeya.
"Lo nggak apa-apa, kan, Div? Beruntung ada Kak Radeya, Div. Kalo nggak pasti lo udah ketabrak mobil tadi." Sherly menggerutu melihat Divya yang terlihat sedang berdebat dengan Radeya. Kemudian, pandangannya beralih menatap Radeya. Ia bisa melihat lengan cowok itu terluka. "Ya ampun... Kak Radeya lecet tuh lengannya."
Gia, Tony, Cakra, dan Divya langsung mengalihkan pandangannya pada tangan Radeya. Benar, yang dikatakan oleh Sherly.
"Kita sekarang pulang ke rumah gue aja. Kebetulan nggak jauh dari sini. Sekalian, nanti di sana Kak Radeya diobatin. Kasihan lengannya luka kayak gitu." Tony memberi saran untuk mampir ke rumahnya terlebih dahulu.
"Gue sih oke, sekalian nanti kita mulai kerjain laporan tugasnya. Data dan dokumentasi tempat pembuangan sampah ini udah kekumpul lengkap." Cakra menyetujui penawaran dari Tony.
"Gue juga setuju sama Tony," Gia tak jauh berbeda dengan Cakra, menyetujui penawaran dari Tony. Karena, tugas akan dikerjakan secara perlahan. Agar, tidak menjadi beban ke depannya.
"Kalo gitu ayo aja sih gue." Sherly mengiyakan semua perkataan dari temannya itu.
Divya hanya diam, tapi itu sepertinya sudah menjadi jawaban bila ia menyetujui penawaran dari Tony.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Fault [SELESAI]
Teen Fiction"Jika hidup di dunia ini penuh rintangan serta berliku. Maka, kamu hadir seperti pelangi yang diciptakan untuk memberi warna setelah hujan." Sebuah musibah terjadi karena adanya takdir. Tak perlu menyalahkan diri sendiri. Karena, itu bisa saja membu...