🍩🍩🍩
Meskipun, tidak mudah untuk menemukan akar masalah yang ada. Akan tetapi, aku akan berusaha mengungkap semuanya. Agar, kita bisa hidup dengan tenang. Tanpa ada sebuah hal yang membuat rasa takut itu memenuhi hati.
🍩🍩🍩
Kurang ajar.
Radeya benar-benar tak menyangka, teror yang ditujukan kepada Divya semakin menjadi. Sepertinya, pengirim paket berisi teror menginginkan Divya makin trauma. Terbukti, sekarang Radeya melihat bila isi paket berupa beberapa boneka yang ditusuk dengan pisau. Bahkan, ada kertas berisi ancaman untuk Radeya.
Saya akan bikin hidupmu terus menderita, Divya. Saya pastikan kamu tidak bisa mendapatkan kebahagiaan.
Itulah isi pesan teror sekaligus ancaman untuk Divya. Membacanya saja, membuat Radeya ingin segera mencari tahu serta menemukan siapa pengirimnya. Namun, ia tidak boleh gegabah dalam melakukan tindakan. Meskipun, emosinya sudah diambang batas. Bagaimana tidak, ada orang yang sengaja ingin membuat Divya selalu menderita dalam ketakutan.
Radeya meremas kertas pesan teror itu. "Gue bakalan temuin pengirimnya, biar nggak ada yang bikin Divya ketakutan lagi."
Cowok itu terdiam sejenak, sepertinya ia harus cepat bergerak mencari orang yang mengirim teror kepada Divya. Namun, ia harus menentukan mulai dari mana melakukan pencarian. Karena, ia yakin bisa menemukan orang jahat itu. Agar, semua masalah cepat terselesaikan. Tidak ada hal yang membuat Divya menderita.
Radeya bangkit dari duduknya, karena sudah tahu harus memulai pencarian mengenai teror dari mana. Kemudian, cowok itu melangkah menuju ke pos satpam rumah Divya.
Sesampai di tempat tujuan, Radeya langsung menanyakan beberapa hal kepada Jaka. Satpam rumah Divya.
"Pak, tadi yang antar paket orang kemarin lagi bukan, ya?" Radeya memulai pembicaraan dengan Jaka. Satpam rumah Divya.
Jaka mengangguk, mengingat bila yang orang yang mengantar sama seperti sebelumnya. "Iya, Mas. Tapi... Kayak biasa, orang itu pake masker sama topi."
Radeya sudah bisa menebak hal itu. Sepertinya, ia harus mencari tahu identitas kurir itu. "Tempat jasa pengiriman barangnya, nggak jauh dari sini, kan, Pak?"
"Nggak terlalu jauh, sih, Mas. Paling sekitar dua puluh menit." Jaka menjawab pertanyaan Radeya, dengan informasi yang diketahuinya.
"Oke. Terima kasih infonya, ya, Pak. Saya permisi." Radeya berpamitan, lalu meninggalkan area pos satpam rumah Divya.
Langkah kaki Radeya, sekarang mengarah ke tempat Joko -- supir pribadi Divya berada. Ternyata, Joko berada di dapur bersama dengan pembantu rumah Divya.
"Pak Joko, saya mau pinjem mobil bentar boleh, nggak? Soalnya, ada hal penting yang harus saya cari sekaligus pastiin." Radeya tanpa basa-basi langsung berbicara kepentingannya kepada Joko.
"Boleh, Den. Sebentar, saya ambilkan kunci mobilnya dulu." Joko melangkah untuk mengambil barang yang diminta oleh Radeya. Setelah itu, Joko memberikan kunci mobil kepada Radeya. "Ini kuncinya, Den. Hati-hati di jalan, ya."
Radeya tersenyum sembari mengangguk, lalu melangkah pergi meninggalkan tempat itu. Sesampai di tempat mobil yang biasa digunakan untuk mengantar Divya. Radeya langsung memasuki alat transportasi itu, lalu menyalahkan mesinnya. Setelah itu, ia langsung melajukan mobil sesuai arah tempat tujuannya. Berharap, bisa menemukan apa yang dicari. Meskipun, ia tak tahu tidak mudah untuk menemukan bukti. Namun, tidak ada salahnya mencoba melakukan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Fault [SELESAI]
Teen Fiction"Jika hidup di dunia ini penuh rintangan serta berliku. Maka, kamu hadir seperti pelangi yang diciptakan untuk memberi warna setelah hujan." Sebuah musibah terjadi karena adanya takdir. Tak perlu menyalahkan diri sendiri. Karena, itu bisa saja membu...