[17] Harus Bersyukur

24 19 0
                                    

🍩🍩🍩

Kita harus bersyukur dengan apa yang dimiliki. Terlebih, orang-orang terdekat selalu memberikan sebuah perhatian yang bisa membuat kita tenang. Karena, itu sudah menjadi bukti hidup kita beruntung. Jadi, jangan pernah sia-sia hal baik itu.

🍩🍩🍩

Radeya masih memperhatikan Divya yang berada di ruang kesehatan. Lebih tepatnya, sekarang gadis itu sedang berbaring sembari menenangkan diri setelah mendapatkan sebuah teror. Memang bukan untuk pertama kalinya bagi Divya mendapat hal buruk berupa ancaman itu. Namun, kali pertama mendapat teror di sekolahnya. Sepertinya, peneror sudah mulai berani melakukan aksi buruk itu kepada Divya di tempat umum. Terbukti, seperti sekarang ini.

Gue janji bakalan terus nyari pelakunya. Biar lo nggak ngerasa takut lagi, Div.

Radeya benar-benar ingin segera menemukan orang yang selalu membuat hidup Divya tidak tenang. Apalagi, hal buruk itu membuat kondisi trauma Divya semakin parah. Padahal, ia ingin gadis teman masa kecilnya kembali pulih seperti sedia kala. Meskipun, itu hanya kemungkinan kecil. Namun, ia percaya bisa terjadi. Karena, hilang ingatan Divya hanya sementara.

Radeya berbalik badan, ingin meninggalkan area depan ruang UKS. Tiba-tiba ada orang yang muncul di hadapannya.

"Kondisi Divya gimana, De?" Jemian dengan raut wajah khawatir, seusai mendengar berita tentang kejadian buruk yang menimpa Divya.

"Kayaknya, dia udah mulai membaik, Jem. Doain aja, biar cepet tenang." Radeya tahu, Jemian selalu memberikan perhatian cukup intens kepada Divya.

"Kita berdua kaget pas dengar, Divya dapat teror dari salah satu teman kelas kita yang nggak sengaja liat sekaligus kehebohan di kelas X IPA 1." Harsa tak jauh berbeda dengan Jemian. Cowok itu, mengkhawatirkan Divya yang sudah cukup dekat bersamanya.

"Beritanya ternyata cepet menyebar, ya. Gue tadi udah coba cari tahu siapa pelaku terornya. Tapi, CCTV di kelas Divya dan sekitarnya eror. Sengaja ada yang sabotase rekaman CCTV-nya." Radeya menjelaskan apa yang sudah terjadi kepada Jemian dan Harsa. Kedua temannya.

"Nggak biasanya CCTV disabotase. Kayaknya, pelaku udah rencanain dari lama, deh." Harsa kembali berbicara pada Jemian serta Radeya.

"Iya. Pelaku pasti udah tahu seluk beluk sekolah ini. Sampai-sampai bisa sabotase rekaman CCTV." Jemian berpikir, sepertinya ada hal tidak beres di sana. "Apa mungkin pelakunya orang dalam sekolah ini, ya?"

Radeya terdiam sejenak, mendengar perkataan Jemian. Karena, yang dikatakan Jemian bisa saja benar adanya. Terlebih, sebuah CCTV tidak gampang diketahui atau akses oleh orang sembarangan.

"Bisa jadi, omongan Jemian benar, De. Soalnya, jarang-jarang CCTV bisa eror gitu di sekolah kita ini." Harsa setuju dengan perkataan Jemian.

"Nanti gue bakalan coba cari solusi lain. Soalnya, CCTV udah nggak bisa buat bukti. Bahkan, pelaku sengaja nutupin kamera CCTV biar dia nggak ketahuan identitasnya." Radeya mengingat bila layar CCTV gelap ketika mengeceknya di ruang keamanan tadi.

Setelah berbincang dengan Jemian serta Harsa. Radeya kembali melanjutkan perjalanan menuju kelasnya. Diikuti oleh Jemian dan Harsa yang tadi sengaja meminta izin untuk ke toilet. Padahal, niatnya ingin mengecek apa yang telah terjadi pada Divya.

Not Your Fault [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang