🍩🍩🍩
Menjaga jarak, serta hubungan kita renggang. Bukan berarti, aku tidak memperhatikan keadaanmu. Karena, memastikan kamu aman akan membuatku tenang. Jadi, ingatlah aku tidak akan berada jauh darimu.
🍩🍩🍩
Dia beneran pergi?
Itulah isi pemikiran Divya saat ini. Sejujurnya, ia tak terlalu serius dengan ucapannya menyuruh Radeya menjauh darinya. Akan tetapi, ternyata perkataannya cukup menyakiti sosok teman masa kecilnya itu.
Bohong. Bila ia tak merasa sedih mengetahui fakta Radeya pergi dari rumahnya. Namun, itu karena keegoisan dirinya. Padahal, ia berharap Radeya tak mengambil hati kata-kata yang keluar atas dasar emosi sesaat dari mulutnya. Akan tetapi, nasi sudah menjadi bubur.
Kini, Radeya sudah tidak berada serta tinggal di rumahnya lagi. Dan, ia harus bersiap mendapat omelan dari Wirawan. Tak hanya itu, rasa bersalahnya semakin besar. Seharusnya tak gegabah mengucapkan kalimat yang bisa mengakibatkan hal seperti sekarang.
Tanpa sadar, air mata Divya mengalir setelah membaca surat dari Radeya yang ditujukan untuknya.
Sori... Gue nggak beneran usir lo, Kak. Cuma, gue pengin lo kasih ruang biar lebih tenang.
Tangan Divya bergetar, sembari meremas surat perpisahan dari Radeya. Sadar, bila belum bisa bersikap baik kepada cowok itu selama di rumahnya.
"Non Divya sedih karena Den Radeya pergi dari rumah ini, ya?" Joko tiba-tiba berada di belakang Divya.
Mendengar perkataan itu, membuat Divya dengan cepat menghapus air matanya. Tak mau, bila kepergok menangis karena kepergian sosok Radeya.
"Nggak. Saya biasa aja, tadi cuma kelilipan." Divya bangkit dari posisi jongkoknya, lalu kembali melangkah ke arah kamarnya.
Joko tersenyum, tahu bila Divya tak mau ketahuan bersedih di hadapannya. Gengsi. Lelaki paruh baya itu bisa melihat rasa itu pada diri Divya. "Dasar anak muda."
Setelah kepergian Divya ke dalam kamar. Joko melangkah pergi meninggalkan area depan kamar yang pernah digunakan oleh Radeya. Tak mau terlalu ikut campur dalam masalah anak muda. Masalah yang sedang terjadi antara Radeya dan Divya. Karena, itu bukan merupakan tugasnya.
Beberapa menit kemudian, di kamarnya Divya sudah membersihkan diri. Kemudian, ia memutuskan berbaring pada ranjangnya untuk beristirahat. Awalnya, ia tak mau memikirkan apa yang sudah terjadi. Namun, ia tetap merasa bersalah karena Radeya pergi dari rumahnya. Juga, ia harus mencari alasan yang tepat untuk dikatakan kepada Wirawan. Karena, tahu Wirawan sangat mempercayai serta menyayangi Radeya sedari dulu. Sampai-sampai, memberi tugas Radeya menjaga anak semata wayangnya.
Sepertinya, Divya tetap harus mengatakan dengan jujur apa yang sudah terjadi. Agar, masalah tidak terlalu rumit.
🍩🍩🍩
Beberapa hari kemudian, hubungan Radeya dengan Divya benar-benar terlihat jauh. Tidak ada interaksi di antara keduanya. Membuat teman-teman mereka merasa heran. Dan, bisa menebak bila kedua anak remaja itu sedang tidak baik-baik saja.
"Lo ada masalah sama Divya, ya, De?" Jemian yang sadar beberapa hari terakhir Radeya tidak pernah berangkat serta pulang bersama Divya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Fault [SELESAI]
Fiksi Remaja"Jika hidup di dunia ini penuh rintangan serta berliku. Maka, kamu hadir seperti pelangi yang diciptakan untuk memberi warna setelah hujan." Sebuah musibah terjadi karena adanya takdir. Tak perlu menyalahkan diri sendiri. Karena, itu bisa saja membu...