🍩🍩🍩
Tidak ada yang menyalahkan dirimu. Kejadian buruk itu sudah menjadi takdir. Jadi, mari berusaha untuk mengikhlaskan semua hal yang tak bisa kembali. Jangan menyalahkan diri sendiri. Karena, itu membuat kita tidak bisa berhenti merasakan rasa takut dalam diri.
🍩🍩🍩
"Kayaknya dia cowok yang baik. Dan, Divya keliatan nyaman dekat sama tuh cowok. Tapi, gue juga harus waspada. Soalnya, kemungkinan besar orang terdekat lebih berbahaya dan berpotensi menjadi pelaku teror." Radeya masih memperhatikan interaksi Divya dengan Martin melalui jendela kamarnya.
Juga, ia tak terlalu mengenal siapa saja orang yang beberapa tahun ini dekat dengan Divya. Karena, ia memang tidak berada di Jakarta. Memilih tinggal di Bandung bersama Neneknya untuk menenangkan diri. Agar, tidak larut dalam kesedihan. Dan, akhirnya bisa mengikhlaskan segala hal yang sudah tidak bisa kembali lagi di dunia ini. Tak hanya itu, Radeya juga tak ingin menyalahkan pihak manapun mengenai kecelakaan orang tuanya. Karena, baginya itu sudah menjadi takdir yang tidak bisa dihindari.
Radeya memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan cara berbaring pada ranjang miliknya. Karena, hari ini energinya sudah cukup terkuras. Soal teror yang didapat Divya, ia tetap akan mencari pelakunya secara diam-diam sampai menemukannya.
🍩🍩🍩
Beberapa hari berlalu, tak banyak perubahan terjadi. Hubungan Radeya dengan Divya masih terlihat sama. Tidak terlalu banyak percakapan, sepertinya memang masih membutuhkan waktu untuk keduanya bisa kembali dekat. Akan tetapi, Radeya tidak pernah melewatkan tugasnya untuk menjaga sosok Divya. Tidak pernah membiarkan gadis itu jauh dari jarak pandangnya.
Juga, Radeya sudah mengirimkan nomor pelaku teror kepada Paradoks untuk dilacak. Agar, bisa cepat menemukan pelaku serta menyelesaikan masalah teror yang ada.
Namun, ternyata tak semudah yang dipikirkan. Karena, menurut info yang didapat dari Paradoks. Pelaku teror cukup licik, menggunakan identitas orang lain yang bisa dibilang tidak mungkin jadi pelakunya. Ternyata, si pelaku sudah mengetahui rencana Radeya bersama Paradoks. Akan tetapi, Paradoks akan terus membantu sebisanya. Hanya saja, cowok itu membutuhkan waktu lebih banyak. Itu disetujui oleh Radeya, yang sebenarnya juga terus melakukan pencarian pelaku teror secara mandiri. Agar, tidak terlalu bergantung pada orang lain.
Hari ini, tepat di kelas, Divya harus mempresentasikan tugas yang sudah dikerjakan bersama Gia, Sherly, Tony, dan Cakra. Ia harap, semua kegiatannya lancar tanpa ada hambatan sama sekali.
"Kita pasti bisa melakukan yang terbaik. Soalnya, kita udah ngerjain sebaik mungkin. Gue yakin, bakalan dapat nilai memuaskan." Sherly tersenyum, sembari memberi semangat pada Divya. Karena, tahu sahabatnya sedang merasa tenang akan menjelaskan tugas mereka di depan kelas.
"Lo pasti bisa, Div." Gia ikut menyemangati Divya. Sahabatnya. "Kalo nanti ada pertanyaan yang lain, gue pasti bantu."
Divya menghela napas, berusaha tetap tenang. Agar, tidak merasakan sebuah kegugupan yang bisa saja membuat dirinya melakukan kesalahan. Ia sudah dipercaya oleh semua teman yang satu kelompok dengannya. Sehingga, harus melakukan presentasi di depan kelas secara baik.
"Tenang, Div. Gue sama Tony selalu ada di belakang lo. Jangan dijadiin beban, rileks aja." Cakra tidak jauh seperti Gia serta Sherly. Terlebih, ia juga nanti akan membantu Divya untuk mempresentasikan tugas kelompok mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Fault [SELESAI]
Teen Fiction"Jika hidup di dunia ini penuh rintangan serta berliku. Maka, kamu hadir seperti pelangi yang diciptakan untuk memberi warna setelah hujan." Sebuah musibah terjadi karena adanya takdir. Tak perlu menyalahkan diri sendiri. Karena, itu bisa saja membu...