❤❤❤
(Ilustrasi Angkasa mengobati Rayna) 😍
"Sudah selesai kuobati," ucap Angkasa sembari menyimpan obat-obatan dan alat medisnya.
Rayna mengamati lengannya. Hansaplast yang ditempel belepotan sebelumnya dilepaskan semua. Dengan cekatan dan hati-hati Angkasa membersihkan kembali luka sayatan, mengoleskan obat antiseptik, baru kemudian membalut lengannya dengan perban secara rapi. Rasa sakit dan perih seolah berkurang banyak hanya dari pengobatan yang begitu profesional.
"Kamu serius tidak mau luka ini dijahit?" tanya Angkasa untuk yang kesekian kalinya pada Rayna sedari tadi."Nanti akan ada bekas luka yang buruk."
Rayna menggeleng. "Gak pa-pa, Kak Asa," jawabnya. Selain karena ingin menghemat biaya, dirinya yang selalu berlatih bela diri tentunya sudah mempunyai banyak bekas luka baik yang terlihat maupun tidak pada sekujur tubuhnya.
Angkasa membuang napas pendek. "Baiklah," sahutnya.Ia kemudian menyerahkan botol obat dan gulungan perban. "Ini obat olesnya. Untuk 3-5 hari pertama, gantilah perbanmu minimal dua kali sehari dan hindari terkena air. Jika lukamu sudah kering tidak perlu lagi diperban. Hindari juga menggaruk atau mengopek korengnya, nanti akan lama sembuhnya," jelasnya panjang lebar.
"Terima kasih, Kak Asa," balas Rayna sembari menerima obat. Bertambah lagilah obat olesnya.
Angkasa melirik telapak tangan Rayna yang masih diperban. "Tanganmu ... udah baikan?"
Rayna refleks mengangkat tangan kirinya. "Oh, kalo yang ini udah mau sembuh, kok, Kak. Mungkin beberapa hari lagi sudah bisa lepas perban."
"Baguslah kalau begitu."
Seketika sunyi. Hari sudah mulai gelap, posyandu tempat mereka duduk saat ini pun sepi tidak ada orang kecuali beberapa penanggung jawab yang sedang ada di dalam gedung-mereka di teras.Si Nenek juga sudah masuk ke dalam rumahnya sendiri, tidak kunjung keluar. Suasana sempat canggung, dan untuk memecah keheningan, mereka tiba-tiba bersuara pada saat yang bersamaan.
"Kamu duluan." Angkasa mengalah.
Rayna pun bingung mau berkata apa."Hmm ... Kak Asa ada urusan apa datang ke sini malam-malam? Apa masih ada penyuluhan?"
"Enggak, penyuluhannya sudah selesai sore tadi. Ini agak memalukan, tapi aku kembali hanya untuk mengambil HP-ku yang ketinggalan."
Angkasa tertawa kecil terhadap kecerobohannya sendiri, tertular kepada Rayna yang juga tersenyum tipis.
"Kalo kamu, kenapa bisa terluka? Menurut pengamatanku, itu bekas luka dari sejenis benda tajam, pisau lipat atau sebagainya. Apa terjadi sesuatu?"
Rayna terdiam sekejap, barulah diceritakan kronologi kejadian barusan yang membuatnya terluka. Angkasa yang mendengar tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Anak remaja zaman sekarang kalo keluar sudah bawa-bawa pisau, ya ... mengerikan juga," komentar Angkasa masih takjub."Tapi, untunglah kamu pandai bela diri. Aku gak bisa bayangkan apa yang akan terjadi kalo aja si Neneklah yang terluka. Terima kasih karena sudah menolongnya."
Meskipun hanya sekejap, Rayna bisa merasakan wajah dan badannya menghangat.Ia tahu bahwa menerima ucapan terima kasih hanyalah respon wajar dari aksinya, tapi hatinya tetap merasa senang. Perasaan bangga seperti ini sudah jarang Rayna rasakan, dan ia suka. "Itu ... bukan apa-apa," timpalnya kemudian.
Bersamaan dengan itu, si Nenek yang sudah masuk ke dalam rumah ternyata keluar lagi menghampiri mereka berdua. Di tangannya ada sepiring besar berisi aneka macam kue dengan bentuk dan warna yang berbeda.
"Syukurlah kalian masih ada. Ini kue-kue buatan Nenek untuk biasa jualan. Ayo, dimakan. Ini sebagai rasa terima kasih dari Nenek," ujarnya seraya menyodorkan makanan tersebut kepada dua anak muda di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain(a) between Sky & Space
RomanceDi dalam persahabatan antar tiga orang dengan jenis kelamin yang berbeda, sudah menjadi hal yang wajar jika terjadinya saling jatuh cinta. Begitupun dengan dua orang yang sama-sama mencintai satu orang, yang biasa kita sebut dengan Cinta Segitiga. ...