Bagian 8 : Bertemu kembali

1 0 0
                                    

“Rayna Levaria!”

Rayna menunduk, berdiri diam, dan mengutuk dalam hati.

Baskara Samudera, seorang pelatih bela diri profesional dan juga mantan teman ayahnya Rayna kini berdiri sambil bersedekap di depannya dengan raut wajah penuh emosi, memarahi Rayna asistennya yang baru datang.

“Sudah berapa kali Bapak peringatkan untuk tidak sembarangan memanfaatkan bela dirimu untuk menghajar orang? Bela diri adalah untuk melindungi, membela keselamatan diri sendiri, bukan untuk memukul orang sampai akhirnya diskors dan pindah sekolah, kamu paham kesalahanmu, Rayna?!”

Rayna masih memilih diam tak berkutik. Sebab, beribu alasan yang bisa ia utarakan sebagai jawaban mengapa dia berkelahi tidak akan diterima oleh Paman Baskara yang keras kepala ini.

“Jadi sebagai hukuman, Paman melarangmu untuk mengikuti latihan bela diri selama seminggu. Dan berikutnya, kamu ditugaskan untuk membersihkan gedung ini setelah selesai digunakan dan belanja semua kebutuhan setiap hari. Mengerti?”
Kali ini Rayna tampak keberatan.

“Tapi, Paman, saya—”

“Tidak ada tapi-tapi! Atau mau hukumannya dinaikkan jadi dua minggu?” tanyanya semakin mengintimidasi, sehingga Rayna tidak punya pilihan selain bungkam.

“Baik, saya mengerti,” jawabnya kesal.
“Yang keras!”

“BAIK, SAYA MENGERTI!!” pekik Rayna di ujung tenggorokannya.

Baskara mengangguk puas lalu beralih ke barisan anak-anak remaja di depannya.

“Semuanya lihat? Ini adalah contoh buruk yang tidak boleh ditiru, atau kalian juga akan kena hukuman setimpal, bahkan mungkin bisa lebih buruk dari ini. Intinya, dilarang keras untuk sengaja memukul orang. Mengerti semuanya?!”

Secara serentak puluhan anak remaja meneriaki jawaban yang sama dengan Rayna. Sedangkan Rayna yang berdiri di tepi hanya bisa diam menelan rasa malu dan diam-diam mengumpat lagi dalam hati.

Cepatnya, semua murid yang ada di dojo pun mulai berlatih di bawah instruksi tegas Baskara. Karena sudah dilarang—dan tidak mau sampai diusir paksa, Rayna lantas menuju ke ruang loker, melepaskan seragam bela dirinya, lalu keluar dari ruangan dan menaiki tangga.

Gedung bertingkat dua milik Baskara ini selain berdiri sebagai dojo latihan bela diri, pada lantai atas juga membuka usaha Gym yang berfasilitas cukup lengkap dan populer di kawasan sini. Selain sebagai pelatih bela diri—yang kebanyakan mengajar sukarela, pamannya juga berprofesi sebagai pelatih gym.

Tentu saja, Rayna pun bekerja sambilan di sini di luar jamnya sebagai asisten bela diri. Apa pekerjaannya? Tidak, dia bukan trainer. Dia hanyalah seorang cleaning service yang sesekali juga bertugas di meja kasir. Jadi selain bertugas membersihkan gym, Rayna dihukum untuk membersihkan dojo juga—tanpa digaji.

Setelah jogging selama 30 menit di atas treadmill, Rayna memutuskan untuk berhenti dan istirahat sejenak. Hari masih siang dan Gym masih tidak ramai pengunjung—hanya dua pria yang juga sedang lari di treadmill. Karena tidak banyak yang bisa ia lakukan selain menunggu waktu berlalu, sontak ia duduk bersandar di tepian. Tanpa bisa dicegah, benaknya kembali memikirkan kejadian di sekolah barunya tadi.

Setelah melarikan diri dari kelas—diikuti oleh Jupiter tapi berhasil mengusirnya, Rayna mengira dirinya akan dikejar oleh teman-teman lelaki brengsek itu. Namun, dia keliru. Tidak ada yang mengejarnya, begitu juga saat dia kembali ke kelas setelah bel tanda istirahat berakhir. Mereka yang terlibat dan menonton—terutama Langit—hanya meliriknya, tidak melakukan apapun terhadapnya hingga jam sekolah berakhir. Padahal dia sudah sempat mengira kehidupan di sekolah barunya akan hancur pada hari pertama. Apakah dia hanya paranoid? Atau justru akan ada sesuatu yang terjadi?

Gak, gue nggak salah. Cowok gila itu yang duluan cari masalah sama gue. Beraninya dia meluk gue tiba-tiba. Jadi bukan gue yang mulai, batin Rayna meyakinkan diri sendiri. Banyak orang yang menyaksikan kalau memang Langit yang duluan beraksi memeluknya, bukan dirinya. Ya, dia hanya melawan demi membela diri, sesuai dengan ajaran pamannya.

Rayna menghela napas panjang, “Udah Rayn, nggak usah dipikirin lagi. Lo akan baik-baik saja,” ucapnya lagi kepada diri sendiri sembari menepuk kedua pipinya.

Rain(a) between Sky & Space Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang