Bagian 17 : Murid Andromeda

2 0 0
                                    

Sejak kedatangan Rayna bersama Helios, suasana di markas terlihat lebih ramai dari biasanya. Di antara semua anggota, Orion dan Topan lah yang pertama akrab dengannya. Meskipun sejujurnya Rayna sendiri masih belum terbuka total, tapi dia berusaha.

“Rayn sejak kapan lo belajar bela diri?” tanya Orion caper mendekati Rayna yang tengah duduk sendirian di sofa.

“Lo ingat, waktu pertama kali lo tendang Langit. Gila sih, lo berani banget. Kita aja pada nggak berani buat nantang si Bos,” lanjut Topan yang ikut bergabung.

“Gue belajar bela diri waktu umur 8 tahun, dari bokap gue yang juga pelatih bela diri,” jawab Rayna lugas.

“Wih, sejak kecil dong. Pantes jago! Kalo gue minta lo ajarin bela diri, lo bersedia gak?”

Rayna mengangguk. “Boleh-boleh aja.”

“Woy, Pan, lo mau modus sama Rayn, ya? Si Bos bisa marah ntar!”

“Eh, tapi gue penasaran deh. Kenapa lo bisa tiba-tiba akrab sama Langit, sampai buat Langit ngajak gabung sama kita,"  tanya Lunaya yang duduk tidak jauh dari mereka, murni penasaran.

“Palingan dia pake guna-guna, atau goda Langit seperti mantan-mantannya dulu,” komentar Aurora yang segera disikut ringan oleh Lunaya.

“Mantan?” gumam Rayna spontan kemudian mengulum bibirnya cepat.

Agak kaget mendengar Langit yang kekanakan seperti itu pernah pacaran sebelumnya.

“Asal lo tahu, Bos punya banyak mantan, lho! Seminggu ganti sekali seperti ganti sprei kasur, hebat kan?” Topan tampak begitu terkagum. “Ada beberapa sih yang lebih lama, sekitar 1-2 bulan, tapi tetap putus juga. Sayang sekali, padahal cantik-cantik. Harusnya Bos kasih ke gue aja kalo bosan kan.”

“Lo kira lo siapa? Emang ada cewek yang mau sama lo?” kritik Lunaya begitu tajam dan pedas. Kalau sama kakak sendiri memang paling cepat angkat suaranya.

“Jangan salah, gini-gini gue incaran banyak cewek juga! Gue kan anggota Helios, iya gak, Bim?” ucap Topan sambilan menyenggol Bima yang diam aja sedari tadi.

“Gue gak ada komentar,” ucap Bima sembari tersenyum penuh kepada Topan, membuat Lunaya terkikik puas melihat kakaknya yang tak dapat pembelaan.

Sementara mereka bercanda, Aurora memperhatikan Rayna dari ujung kepala hingga ujung kaki lalu menggeleng.

Nope, gue tarik ucapan gue tadi. Dia gak mungkin bisa godain Langit dengan body-nya yang rata kaya gitu. Mantan-mantan Langit ber-body bagus semua. She is impossible.”

Rayna diam. Satu sisi dia merasa senang karena itu tandanya Langit tidak akan menjadi pacarnya, sisi lain dia merasa cukup tersinggung oleh ungkapan barusan.
Orion mengibas tangannya.

“Body memang penting, tapi gak selalu harus body bagus kok buat kami para laki-laki. Buktinya itu dulu Langit cinta mati sama pacar rampingnya Rai—”

“Apa? Kalian ngomong apa soal gue barusan?”

Setelah menghilang lama, lelaki yang tengah dibahas ini—Langit dengan wajah jutek—tiba-tiba muncul dan memotong ucapan Orion. Mengabaikan tatapan semua orang, Langit menghampiri Rayna yang terlihat kaget campur bingung.

“Gue laper. Masakin nasi goreng kaya kemarin atau apapun terserah. Ini bahannya,” tuturnya seraya menyerahkan sekantong bahan masakan untuk Rayna.

“Lah, Bos, tadinya bilang mau ke WC. Gue kira lo makan apaan ampe boker lama gitu, ternyata cabut pergi belanja?” balas Topan masih dengan wajah bengongnya.

Rain(a) between Sky & Space Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang