Bagian 20 : Pesta Aurora

0 0 0
                                    

“Lo serius pacaran sama Langit?”

Rayna yang tengah meraih buku dari rak pun berhenti. Jupiter, sepupu yang menghilang bak ditelan bumi sejak Rayna kerap diganggu murid-murid lain, dengan tidak tahu malu muncul mendadak dan mendeliknya sekarang.

“Iya,” jawab Rayna acuh tak acuh. Dia sudah mengambil buku yang diinginkan lalu beranjak pergi. Jupiter segera mengejarnya.

“Tunggu, Rayray!” serunya sambil berlari. Jalan Rayna sangat cepat, tapi dia berhasil diberhentikan bahkan sebelum Jupiter menggapainya. Gadis itu berbalik, gantian dia yang mendelik tajam.

“Satu, ini di perpustakaan jadi harap tenang. Dua, lu gak perlu ikut campur urusan gue. Dan tiga, sekali lagi gue denger lo panggil gue dengan nama menjijikkan itu, lo akan mampus. Ngerti?”

“Tapi, Rayn, gue—”

Lagi-lagi Rayna mengabaikannya. Dengan cuek ia berjalan ke meja sirkulasi perpustakaan, mencatat namanya sebagai peminjam lalu berjalan keluar, sama sekali tidak peduli dengan sepupu yang masih menempelinya.

“Rayn, gue mau dengar penjelas—”
Ucapan Jupiter terpotong. Ia yang bersikeras mengejar Rayna pun berhenti dan menegang tatkala melihat sesosok laki-laki yang sedang menunggu di depan pintu. Rayna juga terkejut menyadarinya.

“Langit? Kenapa di sini?” tanya Rayna spontan.

Langit tidak menjawab, justru melotot tajam ke arah Jupiter dan mendorong pundak adik kelasnya itu dengan kuat.

“Ngapain lo ngikutin Rayna? Lo mau ganggu pacar gue, hah?!” tantangnya.

Wajah Jupiter memucat dengan cepat, diikuti kedua kaki yang melemas hampir ambruk jika tidak bersandar pada pintu di belakangnya. “En, enggak kok. Enggak ada apa-apa. Gue, gue minta maaf. Gue akan pergi, segera.”

Usai berkata dengan suara yang gemetaran, pada detik itu juga Jupiter langsung bangkit dan lari terbirit-birit. Langit membuang muka, kemudian beralih kepada Rayna.

“Si bocah Yupi itu gak ngapa-ngapain lo kan tadi?”

Rayna menggeleng lalu bertanya, “Buat apa lo ke sini? Bukannya tadi lagi main basket?”

“Udah bosan. Habis, lo gak ada di sana ngelihatin gue.” Langit cemberut.

“Pokoknya mulai besok lo harus nonton gue main, itu kewajiban lo sebagai pacar gue.”

“Kapan-kapan kalo gue gak sibuk.

“Emangnya jam istirahat selain makan, lo sibuk buat apa? Minjam buku dari perpus?” Langit menyambar buku yang dibawa Rayna. “Lo minjam apa? Novel lagi?”

“Langit, balikin!” Gerakan Rayna kali ini sangat gesit. Ia berhasil merebut kembali sebelum Langit mengolok-oloknya.

“Lihat cover-nya pink-pink gitu pasti novel cinta, ya? Ternyata lo doyan baca yang begituan, gak nyangka gue.”

“Biarin! Suka-suka gue mau baca apa, bukan urusan lo!”

“Urusan gue dong. Lo kan pacar gue, jadi gue harus tau kesukaan lo itu apa, Sayang.”

“Langit, dengar ya. Gue nge-iyain kemarin bukan berarti lo boleh seenaknya dan nganggap gue beneran pa—”

Ucapan Rayna terputus dikarenakan Langit yang tiba-tiba membungkam mulutnya. Dari kejauhan terlihat ketiga sahabatnya datang menghampiri. Orion juga melambai.

“Kirain ke mana tiba-tiba cabut. Ternyata dah mojok aja si Bos sama pacar barunya,” celetuk Orion.

“Kenapa? Lo iri?” Langit terang-terangan merangkul bahu Rayna dan mendekatkan tubuh gadis itu. Mendapat tatapan sinis dari Rayna tak membuat Langit gentar, ia malah mengulas senyum tipis seakan sedang menggoda pacarnya.

“Aahhh … mata gue udah gak suci lagi,” canda Topan yang langsung digeplak kepalanya oleh Langit, yang lainnya tertawa termasuk Rayna—diam-diam merasa lucu.

“Ayo, balik kelas. Jam istirahat udah mau habis,” ajak Bima dan semuanya menyetujui.

Mereka berjalan berbarengan menuju kelas, dengan Langit yang memimpin sambil menggandeng erat tangan Rayna. Terus terang ia masih belum terbiasa, tapi melihat bagaimana yang lain menghindar dan memberi jalan tanpa ada perlawanan, Rayna merasa ada kepuasan tersendiri.

Sejak hari di mana Langit mengumumkan status pacaran mereka, kehidupan Rayna berubah 180 derajat. Tidak ada lagi yang berani mengganggunya. Alih-alih ketus dan dicueki, banyak murid yang dengan anehnya menjadi ramah dan sok dekat, seolah ingin menjilatnya, ingin tampil bagus di depan Helios. Mungkin masih ada juga beberapa yang memberi tatapan tak bersahabat, tapi Rayna tidak peduli. Ia nyaman dengan ketenangan ini.

***

“Yuhuu, Topan is back, Babies!” pekik Topan dengan heboh ketika mereka sudah sampai di kelas. Ia melambai hampir ke semua murid perempuan sampai ia menyadari sosok si adik bersama sahabatnya yang sedang berdiri menunggu.

“Lho, Aurora dan Luna? Ada apa kemari?” tanya Orion mendahului.

Luna tersenyum sopan kepada Orion—mencueki kakaknya. “Kami datang mau bagi undangan, Kak Yon.”

“Undangan?”

“That’s right, Hon. It’s my sweet seventeen birthday party! Gue akan membuat pesta besar di rumah gue, dan hanya teman-teman dekat gue yang gue undang.

Rain(a) between Sky & Space Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang