Chapter 11

1.2K 57 0
                                    


Hai gimana nih kabarnya ?

Seperti biasa jangan lupa buat
1.follow akunku dulu jangan gak follow
2.Jangan lupa untuk Koment,Vote tinggalin jejak lah minimal
3.Spam Koment jangan aneh-aneh ya
4.Plagiat di larang mendekat tak buang ke laut nanti kalau plagiat





-----------------------

"Orang baru tidak selalu menjadi pemenangnya"-Fira Nafisa Anggraini

--------------------
"Bun nanti bilangin ke ayah suruh ke pondok ustadz Imran,Shofi ingin bicara penting kepada kalian"

"Ya sudah Shofi tutup teleponnya dulu, Assalamualaikum"

"Tunggu nanti Ustadz Hasan,saya pasti bisa menjadikan kamu sebagai suami saya"
Ya begitulah sifat Shofi yang kekeh ingin menjadikan Hasan sebagai suaminya menjadi miliknya

-------------------------
"Mbak buatkan minuman untuk mereka"
Titah umma kepada mbak ndalem

"Ada keperluan apa ini tiba-tiba kalian datang ke sini,tanpa menghubungi kita terlebih dahulu"
Tanya abah kepada orang tua ustadzah Shofi

"Imran kau juga tahukan bahwa Khadijah kubra duluan lah yang melamar Rasullullah SAW,jadi bukankah di dalam Islam wanita di perbolehkan untuk melamar duluan kepada pihak laki-laki"

"Ya itu benar"-jawab Abah yang mulai curiga

"Jadi kedatanganku dengan istri dan anakku ingin duluan mengajukan lamaran kepada putramu Hasan untuk putriku Shofi"

Kata-kata itu berhasil terdengar oleh diriku saat aku baru saja pulang dari sekolahan dan masih ada di luar rumah

Entah kenapa rasanya hatiku tercabik-cabik saat mendengarnya
Apakah aku telah jatuh cinta sedalam-dalamnya dengan ustadz Hasan

"Jadi untuk mempererat tali silaturahmi,kita bisa menjadi besanan kan"
Bunda Shofipun ikut berbicara

"Maaf,tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada ustadz dan ustadzah saya menolak lamaran ini"
Ucap Mas Hasan kepada mereka

"Kenapa nak Hasan,putri saya cantik,pinter agamanya bisa masak lagi Shofi pantas untuk menjadi istrimu"

Ucap bunda Shofi yang tak terima anaknya di tolak oleh Hasan
"Maafkan saya tapi saya tidak bisa menerimanya"

" Mas Hasan ini bisa di bicarakan dengan baik-baik"-Shofi tetap mau Hasan menjadi suaminya

"Ustadzah sudah saya peringatkan jangan panggil saya 'mas' "

"Hasan duduk dulu"
Ucap Abah kepada putranya agar menegangkan mereka

"Sebelumnya saya minta maaf,kalian juga sudah mendengar apa yang di katakan oleh Hasan bahwa dia menolak lamaran dari Shofi jadi kita tidak bisa berbuat apa-apa"

"Imran tapi kita sudah berpuluh-puluh tahun berteman apa kau tidak ingat"-kekeh ayah Shofi yang tidak terima dengan namanya penolakan

"Walaupun putra kamu menolak lamaran putri kalian kau dengan suamiku masih bisa berteman,tidak ada halangan untuk itu"
Umma yang membela abah tanpa mengurangi rasa hormat kepada temannya

"Lagi pula silahturahmi bisa terjalin tanpa suatu hubungan pernikahan bukan"
Orang tua Shofi berdiri dan mereka serempak juga berdiri

"Kami merasa terhina di sini,Shofi bereskan barangmu dan kita pulang jangan lagi mengajar di sini"
Marah ayah Shofi yang lamarannya di tolak mentah-mentah oleh sahabatnya

"Gak Shofi masih tetep mau di sini yah,Shofi gak mau pulang"-regek dirinya kepada orang tuanya

"Shofi buat apa kamu di sini,kamu gak ada gunanya di sini"
Ucap bundanya yang benar-benar sudah marah dan tidak terima di permalukan seperti ini oleh mereka

"Maaf Ustadz,biarkan Shofi tetep mengajar di pondok pesantren kami jangan memaksanya pulang saat dia tidak mau"
Ucap Hasan yang berbicara santun kepada mereka

Karena kenapa harus menghentikan niat baik putri mereka yang ingin mengajar orang-orang di pondok Al-imran

Bukan maksud Hasan membela Shofi akan tetapi Shofi di pondok Al ikhlas ini dia sedang mengajar jadi Hasan memepertahankan ustadzah yang mengajar di pondok bukan Shofinya

"Gak iso awakmu tetep muleh, gak usah neng kene"-Kekehnya  kepada anaknya
(Gak bisa kamu harus tetap pulang,gak usah di sini lagi)

"Manaf iki iso di omongne apik-apik gak usah ngeneki"
Abah pun angkat bicara agar semua ini cepat selesai
(Manaf ini bisa di bicarakan dengan baik-baik,tidak perlu seperti ini)


"Ora iso"
(Gak bisa)
Mereka pergi dan membawa Shofi yang sedang menangis karena penolakan

"Ustadz Hasan tolongin saya"
Ucap Shofi yang tetep minta pertolongan kepada Hasan

Mereka bertiga pergi meninggalkan ndalem
"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam Fira"
Ucap mereka tertegun saat melihat diriku dan aku langsung mencium tangan mereka satu persatu dan mas Hasan lagi dan lagi dia melayangkan ciuman di keningku dan kedua pipiku

"Gimana sekolahnya cantik"-tanya Hasan seperti tidak terjadi apa-apa


"Alhamdulillah menyenangkan"
Ucapku yang seperti tidak tahu apa-apa
-------------------

"Wis lah nduk,wong lanang jek akeh gak dek e tok"
Ucap ayahnya kepada Shofi agar putrinya itu tidak buta oleh cintanya

"Tapi yah laki laki lain di luar sana gak kayak mas Hasan dan tidak akan pernah ada seperti mas Hasan"
Ucap Shofi yang kekeh hanya mau
Hasan seorang saja

"Terus kamu iku mau apa jika dia saja tidak mau kamu"-ayahnya berusaha menyadarkan putrinya

"Shofi akan lakukan apapun untuk dapetin dia yah''

"Cah gedheng,ayah udah pondok kin kamu dan besarin kamu sampai jadi seperti sekarang tapi kamu malah akhirnya ngejar-ngejar cowok gak jelas kayak gini"
Marah ayah Shofi karena jawaban dari putrinya

"Yah anak kita itu udah bener,dia tahu mana laki-laki yang bisa membuat dirinya bahagia"

"Ayah tahu dia Hasan adalah pewaris pondok ini ayah tahu kan pondok ini sebesar apa"

Ucap bunda Shofi yang membela putrinya karena dia suka sama ustadz Hasan

"Wes ora habis pikir aku Karo awakmu Kabeh Iki"
pusingnya karena istri dan anaknya sudah kekeh kompak

"Tenang Shofi,bunda akan dukung kamu"
Shofi langsung memeluk bundanya karena dia mendapatkan dukungan

Kenapa sih bunda Shofi harus membela putrinya padahalan kan sudah jelas bahwa putrinya di tolak lamarannya


Sampai sini dulu, sampai jumpa

TBC

Istri bocil UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang