[ 13 ] Ice Cream

2.5K 273 72
                                    

cw // b x g 🔞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

cw // b x g 🔞

Bagi Nathanael, sekolah bukan hal yang terlalu ia pentingkan. Sejak ia mengenal baseball, keinginannya hanya agar bisa menjadi pemain profesional suatu saat nanti.

Bermain di lapangan bersama timnya, terkena sepoi angin ketika tongkatnya memukul bola, berlari melewati satu base dan lainnya, itu adalah kebahagian tersendiri bagi Nathanael. Rasa bebas yang tak berhenti ia cari selama ini.

Sebenarnya orang tuanya — Ayahnya — tidak terlalu peduli dengan keseharian Nathanael. Lelaki paruh baya itu bahkan tidak ambil pusing ketika anaknya berbuat onar di sekolah. Lelaki itu menganggap hal itu sebagai perbuatan umum anak laki-laki.

Atau ketika Nathanel memutuskan untuk menindik telinga dan bibirnya, juga melihat tattoo baru yang menghias tubuh putranya itu dari waktu ke waktu. Ayah Nathanael sepenuhnya tidak ambil pusing.

Yang jadi persoalan hanya satu, Nathanael harus bisa menjaga nilainya di sekolah. Kurang lebih sama dengan kasus Jaden tempo hari.

Lelaki itu selalu ketat dengan perolehan nilai Nathanael. Tidak pernah memberi ampun jika sang anak mendapatkan nilai yang menurutnya tidak memuaskan.

Jika kalian beranggapan bisa saja ayah nathanael memanipulasi nilai sebab ia salah satu pemegang yayasan, sumber dana terbesar dari keberlangsungan sekolah ini dan jawabannya adalah iya, itu bisa saja terjadi.

Tapi ayahnya tentu terlalu gengsi melihat anaknya bodoh apalagi untuk mengemis nilai. Namun tanpa mau turun tangan untuk membimbing langsung sang putra.

“Nathan, please fuck me harder.” Lenguhan seorang wanita terdengar memenuhi bilik kamar mandi. Tidak ada yang datang ke tempat ini selain beberapa siswa yang memang sudah sering memakainya.

Bitch, shut up?” Wanita itu mencengkram tangan Nathanael yang memegang pinggangnya sedari tadi namun langsung sang lelaki tepis. “Jangan pegang tangan gue — argh.”

Mati-matian Nathanael mencoba untuk mencapai titiknya, namun sepertinya ia tidak bisa. Lagi. Keringatnya sudah penuh menghiasi kulit, sedang wanita di hadapannya ini sepertinya juga sudah kelelahan juga.

Jadi di satu-dua hentakan lain, Nathanael menjauhkan diri dan membalik tubuh wanita yang rupanya sudah tak menentu. Ia elus pelan rahang si wanita sebelum akhirnya membuang pengaman yang ia kenakan ke tong sampah, membetulkan pakaiannya sendiri lalu keluar dari bilik kamar mandi.

“Nathan... Nathan...” Sadar dirinya ditinggalkan, buru-buru wanita itu memakai kembali seragamnya dan menyusul Nathanael yang kini sudah berada di depan wastafel. “Kok udah sih?” Lanjutnya lagi sembari memintal rambutnya, wanita ini gigih menggoda.

“Ya — udah beres?” Nathan membasuh mukanya dengan air lalu memandangi dirinya di pantulan kaca. “Lo harus balik sebelum ada anak lain yang liat.”

RIVALS | hajeongwoo au [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang