[ 24 ] Diversion

1.5K 139 33
                                    

"We could find another book, Elena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"We could find another book, Elena."

Sorot mata wanita itu langsung terpatri pada sosok tinggi yang berada di sisinya. "Rick, kita butuh buku itu buat researchnya Dayana."

Si pemuda berambut pirang seketika mengerlingkan mata, tahu betul Elena akan bersikukuh jika ada sangkut pautnya dengan Dayana. "Lo nyebut nama dia lagi besok traktir makan, ya!" Elena seketika mendengus tak suka. "Lagian kita temenan berempat yang disebut Dayana mulu, bosen gue."

"Soalnya kamu sama Theo bisa ngurusin masing-masing."

Keduanya berjalan keluar perpustakaan beriringan, pun suasana sekolah sudah mampak sepi berkat bel tanda pulang yang sudah lama berdering.

"Cowok segede Dayana lo pikir nggak bisa ngurus diri sendiri? Lo beneran aneh Elena." Ricky menggelengkan kepala bersama suara lembutnya yang hampir tak terdengar, namun berkat sepinya lorong ini membuat Elena benar menangkap segala yang pemuda itu ucap.

Dan lagi, Ricky tidak salah. Dayana memang bisa melakukan segala hal seorang diri, namun ada satu sisi yang kedua temannya ini tidak ketahui dan hanya Elena yang bisa merasakan. Ada sosok rapuh di balik kerasnya tingkah Dayana. Maka dari itu, Elena tak pernah menyerah untuk mendekati si pemuda berkulit cokelat.

"Kamu cuma nggak ngerti." Elena menutup kata-katanya dengan senyum tipis.

Langkahnya lalu terhenti sebab Ricky menghentikan langkahnya tiba-tiba. Lelaki itu menatap pada Elena lekat-lekat; mata tajam yang biasa Ricky umbar, sama bisa membuat salah paham orang-orang berkat perawakannya yang dinilai keras.

"Jaga diri lo, Elena." Ricky berkata dengan raut wajah cemas. Ada banyak yang ingin ia ungkapkan namun lelaki itu memilih untuk menahannya. "He has a bad reputation, you know that."

Elena yang kala itu memakai pita di rambutnya hanya tersenyum pada Ricky sembari memiringkan kepalanya. "Dan kamu juga tau Dayana nggak bakal ngelakuin hal buruk sama aku."

"I hope so."

•••

Hujan yang tiba-tiba saja turun membuat seluruh tubuh Elena basah kuyup jadinya. Ia pun berusaha mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang diusap-usap di kepala. Untung tadi saja ia sampai rumah tidak berselang lama.

Rumahnya kini nampak sepi meski memang sebenarnya selalu sepi. Langit yang tidak meninggalkan jejak senja di hari itu membuat penerangan hunian Elena hanya berasal dari ruang tengah yang sengaja lampunya dinyalakan.

Namun yang tidak biasa, adalah kehadiran Dayana yang duduk di sofa tak jauh darinya. Lelaki itu usai mengganti pakaian yang merupakan milik kakak Elena. Kakak satu-satunya yang bersekolah di kota lain sebab mereka memang terpisah semenjak perceraian orang tua keduanya.

Sang kakak ikut bersama ayahnya, hidup dengan layak dan tidak perlu memikirkan banyak hal kecil seperti menu makan setiap harinya. Sedang dirinya, harus tinggal di rumah ini bersama sang ibu yang bekerja dari pagi sampai petang untuk memenuhi kebutuhan mereka yang sudah tidak dibantu oleh siapa pun.

RIVALS | hajeongwoo au [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang