PROLOGUE

5K 339 31
                                    








Lorong yang semula sunyi kini berhias derap langkah kaki Dayana yang tanpa ia sadari menjadi tontonan setiap kelas yang dilalui. Pagi itu bukan merupakan tahun ajaran baru melainkan pergantian semester ganjil ke genap. Tentu saja kehadiran sosok pria dengan kulit sawo matang yang merupakan murid baru di sana membuahkan rasa penasaran luar biasa tinggi.

Dayana yang semula menatap lurus ke depan mulai menundukkan wajah. Lantai yang dihiasi pantulan sinar lampu di atasnya menjadi penunjuk ke mana arah langkah yang hendak ia bawa. Ujar petugas sekolah tadi, jika ia berjalan terus di lorong ini maka kelas 11-4 ada di ujung sana. Tangannya ia bawa guna memintal ujung jaket yang masih setia ia kenakan. Dan saat Dayana yakin ia telah sampai, seketika itu juga dirinya memberhentikan langkah.

Segala pikiran kini berkecambuk di kepala. Haruskah ia masuk sekarang? Apa yang harus ia lakukan saat bertemu siswa baru di sana? Bagaimana jika mereka menganggapnya aneh? Benarkah keputusan ia pindah adalah jalan terba

“Kamu murid baru ‘kan?” Sapaan itu seketika membuyarkan lamunan Dayana. Meski ia terdiam beberapa saat, namun Dayana menggangguk pelan pada sosok wanita yang mungkin adalah gurunya. “Ayo masuk! Saya sudah menunggu kedatanganmu.”

Wanita itu tersenyum padanya dan tentu membuat beban di hatinya sedikit berkurang. Namun ketika riuh kelas mulai kembali didengar, deruan jantungnya kembali terasa tak menentu. Ia merasa sesak padahal jelas ruangan kelas ini cukup luas dibanding sekolah lamanya.

“Baik murid-murid, hari ini kita kedatangan teman baru ...” Sang guru memulai perkenalan yang ditunjukkan tak lain kepada Dayana. Sebenarnya ia tidak terlalu menangkap apa yang wanita itu katakan sebab matanya kini terfokus pada seseorang yang sungguh mencuri perhatiannya; meski sosok itu nampak sepenuhnya acuh dengan kehadirannya.

“Kau boleh memperkenalkan diri sekarang.” Guru itu mempersilahkan.

Dayana seketika mengangguk pada guru yang ia baru ketahui bernama Ms. Levina, tenaga pengajar matematika dan semoga saja wanita itu akan seterusnya ramah seperti kesan pertamanya saat ini.

“Nama saya Dayana Elijah, saya—”

You look so cute, pretty boy ...”

“Jaden!” Perkenalan Dayana seketika terhenti saat sosok murid dengan rambut pirangnya menginterupsi. “Tolong semuanya diam setidaknya sampai Dayana selesai berbicara.”

“Ya, Miss...” Jawab semua murid kompak dan membuat suasana otomatis berubah hening. Dayana menelan ludahnya kasar, atmosfirnya jelas amat tak ia sukai. “Lanjutkan, Dayana.”

Yang lebih muda mengangguk pasrah. Tangannya masih setia memintal ujung jaket namun entah mengapa sekarang matanya jadi terkunci pada sosok yang menatapnya dari kejauhan. Bukan berarti siswa lain tidak memperhatikannya meski memang sebagian siswa bersikap bodo amat, namun yang menatapnya itu adalah sosok familiar yang di awal tadi mencuri perhatiannya.

Nathanael.” Gumamnya pelan, bahkan mungkin hanya dirinya saja yang bisa menangkap gumaman itu.

Usai memperkenalan diri, bibir Dayana sedikit terangkat sebab mengetahui ia berada di kelas yang sama dengan orang yang tak asing lagi baginya. Walau sejujurnya ia pun masih mengukur apakah seseorang yang datang dari masa lalu akan menguntungkan baginya atau tidak, sebab kepindahan Dayana ke tempat ini memang tak ingin membawa kembali ingatan masa lalunya yang lain.

Setelah Ms. Levina mempersilahkan Dayana untuk memilih tempat duduk yang masih kosong wanita itu pun pamit untuk mengambil sesuatundi ruang guru sementata lelaki itu segera berjalan ke arah Nathanael —sosok yang ia kenalo tadi.

RIVALS | hajeongwoo au [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang