[ 22 ] Home

1.3K 149 31
                                    

Dari sekian banyak hal yang berkeliaran di pikiran Nathanael, pertandingan bisbol ini menjadi salah satu yang paling mendominasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari sekian banyak hal yang berkeliaran di pikiran Nathanael, pertandingan bisbol ini menjadi salah satu yang paling mendominasi. Segala kemungkinan yang bisa berbalik dari apa yang dia perkirakan benar-benar berisik terdengar di kepala. Nathanael tidak bisa beristirahat bahkan barang sejenak.

"Let's be honest, I know you hate me so much." Rokok yang Jun sesap tadi asapnya mengepul ke udara. Pun sudah lama rasanya dari terakhir kali kedua anak adam ini duduk di rooftop sekolah; tempat yang dulunya menjadi persinggahan wajib bagi mereka.

"Not even a split second I'm thinking about you." Nathanael yang sibuk menggulir layar ponsel pun membalas. "Jangan pede."

Jun terbahak mendengar respon itu. Tahu betul bagaimana sifat mantan teman sekamarnya. Mantan sahabatnya.

Namun perkataan Jun tidak sepenuhnya benar, Nathanael tidak membenci Jun.

Dia mungkin pernah kecewa sebab lelaki itu hampir membuat The Eagles terkena sanksi berat bahkan vakum untuk benerapa waktu. Namun kata membenci, sepertinya terlalu kasar bahkan untuk dipikirkan.

Yang sebenarnya terjadi adalah Jun yang meninggalkan timnya, pun tidak pernah mencoba memperbaikin pertemanannya lagi. Ditambah isu mengenai homopobia, hal ini semakin memberbesar jarak di antara mereka.

"Sekarang planning lo apa buat pertandingan nanti?"

Nathanael yang semua larut dalam imajinernya kini mengambil sebatang rokok dari saku.

"There're some strategies that we'd talked before." Lelaki itu membuang abu rokok sembarang, sebelum menyesap benda itu kembal. "But you're here, anyway. We should talk it again with coach."

Sudut bibir Jun terangkat, Nathanael seperti memberi pintu baginya. Dan lelaki dengan surai cokelat itu mengangguk sedikit bersemangat.

"Can't wait to screw them up."












            

















Dua hari selepas membawa Dayana ke rumahnya, Nathanael belum melihat sosok pemuda itu lagi.

Beberapa kali ia cek kotak pesan di ponselnya namun Dayana sama sekali tidak membaginya pesan. Memang jika dulu mereka sering bertukar kabar, itu karena Nathanael yang harus mendapat pelajaran tambahan dari pemuda itu. Sekedar menanyakan keberadaan, atau menitah Dayana datang ke tempatnya.

Namun sekarang, alasan itu tentu sudah tak bisa ia gunakan.

Lelaki itu pun berjalan ke asramanya seorang diri. Jarak beberapa meter dari pintu masuk, ia tidak sengaja berpapasan dengan Nicholas yang baru keluar dari lobi asrama.

RIVALS | hajeongwoo au [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang