04

2.1K 270 43
                                    

Pagi ini untuk ke sekian kalinya Dayana melihat Nathanael dan Arthur berjalan bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini untuk ke sekian kalinya Dayana melihat Nathanael dan Arthur berjalan bersama. Saling bertukar tawa yang jelas jarang sekali Dayana lihat mampir di wajah sang kapten baseball. Benaknya menerka mungkinkah hubungan kedua orang itu lebih dari sekedar teman?

“Arthur itu sodara Nathanael.” Sesosok tangan merangkul hangat pundaknya yang hampir saja membuat Dayana terlonjak kaget. “Pagi, Dayana.” Lanjut Julian, menyambutnya dengan senyuman tersungging lengkap dengan Nicholas yang jalan tak jauh di belakang.

“Dih, awaaas ah.” Dayana coba lepaskan tangan yg melingkari bahunya dan buru-buru membenarkan kemeja seragam yang sempat terkoyak tak sengaja.

“Parah nih, Dayana stalking yah?”

Dayana membelalakkan mata kala Nicholas yang ganti berbicara. Apakah gerak gerik memperhatikan sosok di depannya itu begitu ketara sehingga temannya berucap seperti ini?

“Ngaco banget ngomongnya.”

Kedua teman itu terkikik, dari raut penasaran dan langkah mengendap-edap lelaki itu tadi tentu jelas sedang membuntuti. “Cuma sodara nggak usah cemburu.”

Ah iya juga, saudara? Sejak kapan Nathanael memiliki saudara? Seingatnya lelaki itu tidak mempunyai kakak maupun adik. Tapi entahlah, mereka hanya mantan teman kecil dan hubungannya tidak berlangsung terlalu lama juga.

Lamat mengamati, ia tak sengaja melakukan kontak mata dengan sosok yang menjadi pusat pikirannya. Dengan segera Dayana memutus pandang dan memilih berjalan bergegas mendahului, menyisakan Nicholas dan Julian yang terbirit mengejarnya seraya memanggil.

Ketiganya berpisah di lorong sekolah sebab Julian masuk ke kelas berbeda. Sedang Dayana dan Nicholas segera masuk ke kelas dimana lima menit lagi akan di mulai pelajarannya.

Dayana menyapu pandang ke penjuru ruangan, tak ia lihat Nathanael di kursinya. Bahkan hingga jam pelajaran usai, lelaki itu tidak nampak di kelas seperti biasa.

Ada perasaan kosong yang tercipta di dada, namun Dayana abaikan saja. Sejak kapan kehadiran sosok itu menjadi perlu untuk dirinya?

“Pulang sekolah latihan lagi, Day?” Nicholas yang sudah membawa nampan berisi santap siangnya membuka obrolan. Sekarang mereka sudah duduk di salah satu sudut kafetaria di mana tidak terlalu padat siswa berada di sana.

“Iya, olim juga kumpul ya?”

Nicholas sibuk mengaduk sup yang ia punya sebelum menoleh ke arah Dayana. “Diganti besok, lo bisa istirahat hari ini. Cuman gue kayanya bakal belajar di perpus bareng Terry.”

RIVALS | hajeongwoo au [ on going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang