☠︎ᴄ ʜ ᴀ ᴘ ᴛ ᴇ ʀ 30 - Mohon Maaf ....

23.6K 1.1K 606
                                    

Suara derap langkah yang sangat cepat, bersaing dengan suara roda dari ranjang rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara derap langkah yang sangat cepat, bersaing dengan suara roda dari ranjang rumah sakit. Semua berlari sambil mendorong ranjang besi di mana gadis berseragam SMA terbaring tak berdaya.

Sedangkan di samping kanannya, sosok lelaki berpakaian lusuh dan dipenuhi bercak darah nampak frustasi. Tangannya tak sedikit melepaskan tangan dingin Zhea, untaian harapan terus tereja dengan suara gemetar. Hingga, mereka sampai di ruang operasi.

Ya, Zhea harus dilarikan ke ruangan operasi setelah dokter IGD menyatakan luka tusuk yang dialami Zhea terdapat sebuah racun yang mulai menjalar. Elang begitu marah kala mendengar kabar tersebut, tetapi semua diabaikan demi Zhea 

"Silakan yang tidak berkepentingan tunggu di luar," ucap seorang perawat di ambang pintu.

"T-tapi—"

"Maaf, Mas. Patuhi prosedur yang ada." Setelah berkata, perawat wanita itu langsung menutup pintu, menyisakan Elang yang berdiri dengan tatapan kosong. 

Selama beberapa saat, Elang hanya diam bagaikan patung, bayangan Zhea yang menjerit kesakitan menari di kepalanya. Sontak saja, Elang mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menyugar rambutnya dengan sedikit menjambak sambil menjerit frustrasi. "Arghhh, Brengsek!"

Dadanya terlihat naik turun, napasnya tidak teratur, mata memerah antara marah bercampur kesedihan. "Akan kuhabisi tanpa sisa siapa pun yang berani mengusik wanitaku!" ujarnya geram.

Elang lantas mengeluarkan ponselnya, lalu menghubungi Razka. Tanpa panjang lebar, Elang langsung menjelaskan tujuannya menelepon. 

***

Kabar tragedi di gudang tak terpakai itu, cukup menggemparkan para warga, hingga polisi setempat datang untuk menyelidiki. Bukan hanya pihak berwajib saja yang berada di sana, melainkan semua wartawan, dari media cetak, online, televisi, hingga siaran radio berbondong-bondong meliput. Para warga pun, telah memenuhi gudang tersebut. 

Pasalnya, tempat itu, tak pernah sekalipun terjadi tindak kejahatan, dan kali ini cukup menggemparkan warga. Apalagi, tempat tersebut tidak terdapat CCTV, dan cukup jauh dari pemukiman warga, hingga cukup menyulitkan untuk mengidentifikasi.

Sedang di tempat yang cukup jauh dari lokasi Zhea terbusur, Marco berdiri dengan bertolak pinggang, tangan yang dipenuhi lukisan seni itu terpampang jelas, ditambah lagi dengan rahangnya yang mengeras, membuat kesan horor bagi siapa pun yang melihat.

Sementara, lelaki yang sama memiliki tato di tangan, tetapi memiliki rambut gondrong sedang dalam keadaan terduduk lemas di  tanah, dan wajah dipenuhi lebam serta darah menetes di sudut bibir. 

ELANG CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang