☠︎ᴄ ʜ ᴀ ᴘ ᴛ ᴇ ʀ 18 - You'r Mine

34.7K 1.5K 499
                                    

Kegembiraan, dan kebahagiaan tercetak jelas di wajah mereka seakan dewi fortuna sedang berpihak pada mereka semua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kegembiraan, dan kebahagiaan tercetak jelas di wajah mereka seakan dewi fortuna sedang berpihak pada mereka semua. Baru beberapa jam yang lalu, dokter menyampaikan jika Marco—ketua GRAVRENTAS sudah mulai pulih kembali, tinggal melanjutkan beberapa rangkaian pemeriksaan saja. Selain dari itu, informasi besar telah mereka dapat dari anggota GRAVENTAS yang selama ini berada di lapangan mencari keberadaan dua orang yang telah membuat ketua mereka sampai koma, dan hasil pencarian itu, salah satu anak buah Elang tertangkap, dan kini berada di markas mereka.

Senyum evil terbit di susut bibir sang leader GRAVENTAS, sedangkan tangan kanannya memegang pundak Marco sambil diberikan pijatan halus. “Sebentar lagi kita akan tahu keberadaan bajingan itu, beserta si pelacur Rubby!” Kata-kata yang terucap cukup santai, tetapi terdengar bagai belati tajam yang siap menguliti habis sang lawan.

“Sekarang, Bos Marco fokus sama kesehatan saja. Biar kami yang urus semuanya,” sambung Axel dengan semangat.

Mendengar para anggotanya berkata, Marco tersenyum tipis. Karena memang kondisi tubuhnya belum 100% pulih, hingga tidak memberikan jawaban apa pun. Dari senyuman itu, sudah menggambarkan  jika Marco bangga dengan kesetiaan, dan kekompakan anak buahnya.

“Ya, sudah. Kalian berdua tungguin Marco di sini, sampai Om, dan Tante kembali. Yang lain ikut gue ke markas sekarang!” ujar Zeandra selaku leader GRAVENTAS.  Kemudian, menoleh lagi pada sang sahabat. “ Gue bali dulu. Besok gue datang lagi, dan berikan kabar baiknya.”

Marco mengangguk pelan.

***

Berita tertangkapnya anak buah Elang tentu saja sampai di telinga Razka—kaki tangan Elang. Setelah kepergian Arden waktu itu menuju Jakarta, Elang membayar mata-mata untuk memantau keadaan Arden. Hari ini, tepatnya pukul dua siang mata-mata itu menghubungi Razka, dengan berita mengejutkan.

Kepanikan semakin mendera suasana markas kecil itu, tatkala Razka tidak bisa menghubungi Elang, yang saat ini masih sibuk memantau Zhea di sekolah.

“Arggh!” erang Razka sambil memukul udara dengan tangan yang menggenggam telepon genggam. “Di saat seperti ini, lo malah susah dihubungi. Sialan!” ujarnya menggebu marah.

“Kita harus bagaimana, Razka?” Jayden, pria berwajah tampan, dan sedikit berkumis tipis itu bertanya dengan sedikit khawatir.

“Jemput Elang sekarang juga! Dia harus tahu, ada kejadian genting saat ini!” perintah Razka sambil bertolak pinggang.

“Kita jemput di mana, Anjir.” Regan ikut menimpali dengan nada kesal. Bagaimana tidak, kepanikan yang ditunjukkan Razka, membuat situasi pun terasa terkontaminasi.

Razka terdiam sejenak mencoba menenangkan, hati dan pikirannya yang kacau. Kemudian, menyambar kunci mobil di atas meja yang sempat dia letakkan saat masuk tadi, seraya berkata, “Biar gue yang jemput Bang Elang!”

ELANG CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang