“Kamu di mana?” tanya Elang ketika sambungan telepon terhubung.
Razka yang kini sedang menyusuri jalanan mencari alamat Rubby sesuai GPS, dikejutkan dengan telepon sang ketua. Padahal baru sekitar sejam lamanya Elang menyuruh dirinya pulang ke rumah.
“Emm, aku lagi di rumah.” Meskipun agak gugup, Razka berhasil memberikan jawaban.
“Di rumah katamu?” Terdengar suara Elang agak nyaring, membuat Razka terpaksa menghentikan mobil di sisi jalan.
“Jangan membohongiku, Razka. Aku sudah berada di rumah, dan kamu tidak berada di sini!” ujar Elang dengan sedikit membentak.
“Apa yang kamu sembunyikan dariku, hah?” Lelaki itu, seolah tak memberikan Razka kesempatan untuk memikirkan sebuah alasan.
“Emm, itu ....” Razka benar-benar dilema harus menjawab jujur atau tidak. Dia jelas ingat perintah Elang untuk menjaga Rubby dengan baik. Sementara, kini keberadaan gadis itu, belum diketahui pasti.
“Razka.” Elang kembali bersuara yang terdengar berat. Tanpa melihat wajah sang ketua RAVLOSKA, dia sudah bisa menebak seperti apa ekspresinya saat ini.
“Maaf, Bang. Aku lagi di luar sama anak-anak. Tadi Rubby ingin jalan-jalan keluar karena kesal, aku dan anak-anak yang lain ikut menemani,” jawabnya berbohong.
“Benarkah seperti itu?” Pertanyaan bernada intimidasi kembali terdengar. “Kalau begitu aku ingin berbicara dengan Rubby. Soalnya dari tadi dia tidak mengangkat teleponku,” ucap Elang kemudian.
Tanpa lelaki itu sadari, wajah Razka telah memucat. Dalam keadaan seperti ini, Razka berusaha memutar otak mencari jawaban yang tidak terkesan mengada-ngada.
Bagai gayung bersambut, dari balik kaca mobil dia melihat dua perempuan melintas. Gegas dia membuka kaca mobil, dan memanggil tanpa suara, seraya memberikan kode agar tidak bersuara terlebih dahulu.
“Kenapa kamu diam, hah?! Alasan apa lagi yang kau piki—“
“Gak, Bang. Aku keluar dulu dari mobil, karena Rubby sedang membeli jajanan," ucap Razka, seraya membuka pintu mobil, dan menutupnya lagi tanpa keluar.
“Rubby!” teriaknya berpura-pura, lalu meminta salah satu perempuan di depannya untuk bersuara agak pelan, seolah-olah berada di tempat jauh. “Rubby! Kakakmu telepon!” ucapnya lagi.
“Ya, bentar,” sahut wanita tersebut.
"Cepatlah, Kakakmu menunggu!"
"Iya!" Wanita itu kembali berseru dengan nada kesal.
Razka mengacungkan ibu jari disertai dengan senyuman.
“Bang Elang. Rubby masih belanja dulu. Nanti kalau dia sudah kembali aku akan memintanya menghubungimu,” ucap Razka
Hanya gumaman yang diberikan Elang di ujung telepon, menandakan jika lelaki itu sudah percaya.
Razka kemudian mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah muda, dan diberikan pada dua wanita tersebut. Tak lupa mengucapkan terima kasih, meskipun hanya gerakan tangan dan bibir saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG CAKRAWALA
Fiksi RemajaFOLLOW DULU BARU BACA🔪 Follow IG: @astrisd_official FB: Author Astrisd *** "Ternyata lo masih perawan. Gue pikir perempuan seperti lo seperti sampah jalanan!" ujar Elang sarkastis. *** "Sama seperti slogan gang motormu. Darah dibayar darah. Nyawa d...