Wanita paruh baya yang ditaksir berusia kepala empat, melangkah tergesa-gesa menyusuri lorong rumah sakit. Pakaian yang sangat sederhana dipadukan dengan sendal jepit warna hitam dan sudah lusuh. Langkah yang tergesa-gesa bersaing dengan embusan napas lelah serta suara sendal yang beradu dengan lantai rumah sakit.
Setibanya di ruangan ICU, dia sempat terkejut dengan suasana depan ICU yang nampak ramai dengan para remaja yang asing. Memilih tak peduli, dia mendekati dinding kaca transparan yang bisa langsung menunjukkan keadaan di dalam ruangan.
Detik itu juga, air mata wanita paruh baya yang tak lain adalah ibu panti seketika jatuh tanpa bisa dicegah. Tangan keriput yang menunjukkan urat-urat kebiruan memegang kaca seakan sedang mengelus wajah perempuan cantik itu.
Bibir yang bergetar terus saja mengucapkan doa-doa permohonan agar putrinya bisa segera bangun. Hati siapa yang tak akan sakit, melihat banyaknya selang yang menempel gadis remaja.
Andai saja tadi, dia tak melihat berita di televisi sampai kapan pun dia tak akan tahu kondisi yang menimpa anak asuhnya. Dengan gemetar dia menyeka lelehan air mata yang tak kunjung berhenti, kemudian beranjak dari depan kaca, niatnya ingin menemui dokter dan menanyakan kemungkinan putrinya sadar. Namun, pandangannya justru beradu dengan lelaki bertubuh tinggi yang sedang berdiri menatap Zhea dengan tatapan sedih.
“Kamu kenal dengan gadis di dalam?” Refleks dia bertanya, dan langsung diangguki oleh lelaki tampan itu.
“Iya, kenal,” jawabnya, lalu mengulurkan tangan, wanita paruh baya itu menerima dengan ramah. “Saya Elang, dan ibu siapa?”
Wanita yang diketahui bernama Dina mendadak tegang, bibirnya sedikit terbuka saking terkejutnya mendengar nama lelaki yang telah didengar sebelumnya dalam cerita anak asuhnya.
“Kamu Elang?” tanya Bu Dina memastikan, suaranya pun terdengar berat.
Elang pun mengangguk dengan wajah berbalut kebingungan. Sontak saja Bu Dina menarik tangannya dengan kasar, lalu menunjuk dengan tatapan tajam.
“Ternyata kamu laki-laki yang telah merusak hidup anak saya!” teriak Bu Dina kelepasan, membuat para anggota RAVLOSKA, dan Rubby, langsung bangkit dari tempat duduk. Raut wajah semua orang mendadak tegang.
Elang sendiri pun terkejut dengan perkataan wanita yang bahkan belum sempat menyebutkan identitasnya itu.
“Saya tidak menyangka hari ini akan bertemu dengan lelaki berhati iblis yang tega menghancurkan masa depan seorang anak perempuan.” Bu Dina menatap penuh kebencian. “Kenapa kamu berada di sini, hah?! Mau membunuh anak saya lagi?!” cecarnya setengah berteriak.
Amarah yang telah merasuki pikirannya, membuatnya lupa sedang berada di depan ICU.
“Bu.” Elang mencoba meredakan amarah wanita yang baru diketahui adalah orang tua Zhea. Namun, belum sempat dia melanjutkan perkataannya Rubby sudah lebih dulu mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELANG CAKRAWALA
Teen FictionFOLLOW DULU BARU BACA🔪 Follow IG: @astrisd_official FB: Author Astrisd *** "Ternyata lo masih perawan. Gue pikir perempuan seperti lo seperti sampah jalanan!" ujar Elang sarkastis. *** "Sama seperti slogan gang motormu. Darah dibayar darah. Nyawa d...